God’s Warning is God’s Love

Sahabat, pengalaman kita dalam bermasyarakat bercerita bahwa ada cukup banyak orang yang tidak suka bila DITEGUR.  Sekalipun sudah jelas-jelas dia melakukan kesalahan. Orang-orang yang tak berjiwa besar tak mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, malah merasa tersinggung, marah dan menyalahkan orang lain saat ditegur.  Selain itu, ada cukup banyak orang percaya yang mengambek dan kemudian mogok tak mau lagi beribadah, bahkan pindah ke gereja lain, karena merasa tersinggung dengan teguran firman Tuhan yang disampaikan Gembala Jemaat di atas mimbar, apalagi kalau teguran tersebut berkenaan dengan dosa. Sesungguhnya jika Tuhan menegur kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat seharusnya kita bersyukur dan berbahagia.  Mengapa?  Teguran Tuhan adalah bukti bahwa Dia masih memerhatikan dan mengasihi kita.  Terkadang teguran-Nya memang keras dan menyakitkan tapi bertujuan mendidik kita (Ibrani 12:5-6). Yakinlah: Ditegur Tuhan itu berarti dikasihi Tuhan. God’s warning is God’s love. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “God’s Warning is God’s Love”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 43:22-28. Sahabat, adakah seorang anak yang tidak pernah ditegur oleh orangtuanya?  Tuhan menegur kita supaya kita tidak tersesat dan menyimpang jauh dari jalan-jalan-Nya, sebab menyimpang dari jalan Tuhan berarti sedang berjalan menuju kepada kehancuran dan kebinasaan.  Dalam bacaan kita pada hari ini, umat Israel mendapat teguran yang keras dari Allah. Mereka dilepaskan untuk masuk ke dalam pembuangan di bawah penindasan bangsa Babel. Ini karena mereka terbukti bersalah di hadapan Tuhan (ayat 26-28). Sahabat, bangsa Israel hidup dalam pemeliharaan Allah, namun rupanya mereka mengecewakan Allah. Mereka tidak memanggil-Nya, itu berarti mereka meninggalkan doa-doa kepada Allah (ayat 22). Padahal, Yakub leluhur Israel adalah seorang PENDOA. Mereka tidak lagi mempersembahkan korban penebusan dosa kepada Allah. Mereka bersungut-sungut karena harus mengeluarkan biaya untuk ibadah mereka kepada Allah (ayat 23). Mereka tidak pula bersedia mengeluarkan biaya untuk membeli tebu wangi bagi minyak kudus sebagai wewangian dalam ibadah (ayat 24a). Lebih parah lagi, sebagian di antara mereka bersikap ceroboh dan munafik, padahal Allah telah memberikan keringanan bagi mereka (ayat 24b). Umat Israel tidak mau diberatkan dengan perintah Allah; tetapi sebaliknya, mereka MEMBERATKAN Allah dengan DOSA dan PEMBEROTAKAN mereka. Sesungguhnya,  TEGURAN ALLAH merupakan wujud KASIH SAYANG dan BELAS KASIHAN ALLAH yang dinyatakan kepada umat Israel. Sebab, Ia tetap menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang mengampuni dosa (ayat 25). Apa yang dinyatakan Allah mendorong umat untuk bertobat, sebab DALAM ALLAH ADA PENGAMPUNAN. Sahabat, jika saat ini kita sedang ditegur oleh Allah, hayatilah bahwa di dalamnya ada KASIH dan RAHMAT Allah. Dia tengah membentuk kita menjadi pribadi yang makin kuat dan taat kepada-Nya. Bersyukurlah dalam melakukan kehendak-Nya. Dalam keadaan yang berat, mintalah hikmat Allah supaya kita mengerti bahwa apa yang kita alami adalah cara-Nya untuk membentuk kita menjadi pribadi yang berkenan kepada-Nya.  Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 25? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pengampunan Allah yang sempurna memampukan seseorang melakukan hal yang sama terhadap sesamanya. (pg).

ENJOYING LIFE before the Death comes

Sahabat, hidup kita di dunia ini hanya sekali dan singkat. Itu berarti hidup adalah kesempatan yang sangat berharga. Maka  Rasul Paulus mengingatkan kita agar kita benar-benar serius memerhatikan bagaimana kita hidup (Efesus 5:15-16) Kita dapat berkarya dan bekerja hanya selama kita hidup. Demikian juga kita hanya dapat menikmati hasil dari karya dan kerja kita selama kita hidup. Maka mari menikmati hidup sebelum kematian datang. Enjoying life before the death comes. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “ENJOYING LIFE before the Death comes”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Pengkhotbah 9:1-12. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini Pengkhotbah berpesan: Nikmatilah hidup sebelum kematian datang (ayat 7-9). Mengapa demikian? Pertama, NASIB SEMUA ORANG SAMA. Baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. … MEREKA SEMUA MENUJU ALAM ORANG MATI (ayat 2-3). Kedua, SEGALA SESUATU YANG HIDUP LEBIH BERHARGA DARIPADA YANG  MATI. Siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan. Ingatlah anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati (ayat 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat bagaimanapun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati. Ketiga, HANYA DALAM DUNIA ORANG HIDUP ADA: Harapan, pekerjaan, upah, kenangan, dinamika hidup, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (ayat 4-6 dan 10). Keempat, MANUSIA TIDAK TAHU KAPAN IA AKAN MATI (ayat 12). Sahabat, jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara diluar nalar manusia. Kedua, menikmati hidup harus dengan sukacita. Secara gamblang Pengkhotbah mengatakan, “Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.” (ayat 7-8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita. Ketiga, menikmati segala sesuatu yang sudah disediakan Allah. Roti yang  kita makan, anggur yang  kita minum, minyak yang kita curahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu, adalah berasal dari Allah. Sahabat, Pengkhotbah menyatakan bahwa nasib semua orang sama, yang membedakan antara yang satu dengan yang lain adalah apakah kita bisa menggunakan kesempatan dalam hidup ini dengan baik, ataukah justru menyia-nyiakannya   Selagi ada waktu dan kesempatan, selagi kita masih diberi nafas hidup oleh Tuhan, mari kita kerjakan segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan dalam bidang apa pun dengan  sepenuh hati (ayat 10). Haleluya. Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup berarti bekerja memberi buah bagi kemuliaan Allah. (pg).

The SECRET of Happy Life

Sahabat, mungkin tanpa  sadar, kita sering mengidentikkan kebahagiaan dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, atau mempunyai keturunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran kalau cukup banyak orang mendewakan dan mengejar semua itu dengan cara apa saja. Lalu pertanyaan yang  diajukan oleh cukup banyak orang, “Apa yang menjadi rahasia hidup bahagia?” The secret of happy life. Bagi Pemazmur, hidup bahagia itu tumbuh melalui serangkaian pilihan dan keputusan yang membentuk kebiasaan seumur hidup. Coba kita simak Mazmur 1:1-6. Pada ayat 1 Pemazmur meyakinkan kita bahwa kebahagiaan tidak didapat dari perbuatan fasik/berdosa.  Maka, orang yang mau berbahagia harus menjauhi semua hal yang membawanya berdosa. Jikalau tidak, kehidupan berdosa akan membawa kegagalan hidup (ayat 4), dan akhirnya kebinasaan (ayat 6b).  Lebih jauh Pemazmur menyampaikan bahwa kebahagiaan hanya didapatkan di dalam hidup sesuai dengan firman Tuhan (ayat 2). Orang yang hidup seturut firman- Nya akan diberkati dengan keberhasilan (ayat 3) dan Tuhan berkenan kepadanya (ayat 6a).  Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan judul: “The SECRET of  Happy Life”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 8:9-17. Sahabat, Pengkhotbah mengamati ada satu ironi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan. Ia seolah ingin menyampaikan bahwa orang benar harus pergi dari kota sedangkan orang fasik diperbolehkan berada di dalam kota (ayat 10). Adapun salah satu fungsi kota adalah memberi perlindungan dan keamanan kepada penduduknya. Namun, ia justru melihat kenyataan yang berbeda. Orang benar mendapat hukuman, sedangkan orang fasik mendapat pujian (ayat 14). Hal tersebut sungguh-sungguh ironis. Ironi tersebut seakan-akan mengatakan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara apa pun. Namun, sesungguhnya Pengkhotbah tidak berpendapat  demikian. Justru ia berkata bahwa semua itu adalah kesia-siaan belaka (ayat 10 dan 14). Orang fasik tidak akan pernah bahagia, sekalipun mereka bebas melakukan kejahatan. Mereka akan segera lenyap dengan seketika seperti bayang-bayang. Mereka tidak akan bertahan lama. Pengkhotbah menggaris bawahi bahwa mereka yang berbahagia adalah orang yang takut akan Allah dan hadirat-Nya (ayat 12). Takut dapat berarti menghormati Allah, beribadah kepada-Nya, atau menaati peraturan-Nya. Jadi, mereka yang berbahagia adalah orang-orang benar karena merekalah yang takut akan Allah. Sahabat,  rahasia hidup bahagia adalah hidup yang berpusat pada Allah. Kebahagiaan bukanlah perkara mendapatkan sesuatu. Sesungguhnya apa pun yang kita miliki sekarang adalah murni pemberian Allah. Kebahagiaan adalah perkara menikmati pemberian itu. Allah adalah sumber segala yang kita miliki dan kita nikmati. Oleh karena itu, berbahagialah dalam Tuhan. Kebahagiaan sejati kita adalah menikmati kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupan kita. Sahabat, jadi pilihan kebahagiaan adalah tanggung jawab kita sendiri. Allah menyediakan jalannya, tetapi Ia tidak memaksa kita untuk menjalani kehidupan ini menurut kehendak-Nya. Keputusan ada di tangan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat perloleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berbahagia pada situasi apa pun adalah ciri orang beriman pada Allah, sebaliknya karena iman pada Allahlah, kita disebut berbahagia. (pg).

Learn How to SEE and LISTEN More

Sahabat, coba luangkan waktu sejenak untuk mengamati apa yang ada di kepala kita.  Tuhan memberi kita dua telinga, dua mata,  dan satu mulut, dengan tujuan agar kita lebih banyak melihat dan mendengar daripada berbicara. Masalahnya, tidak semua orang otomatis punya keterampilan melihat dan  mendengar. Coba kita evaluasi apa yang terjadi dengan diri kita sendiri. Kadang kita terlihat sedang memerhatikan dan mendengarkan, namun pikiran kita menerawang jauh entah ke mana,  ke dunia lain. Banyak orang tidak dapat mengulangi atau meringkaskan inti dari sesuatu yang baru saja mereka perhatikan dan dengar. Banyak juga yang mendengarkan hanya untuk berbasa-basi, agar dapat sekadar menanggapi percakapan. Maka kita perlu terus belajar untuk lebih banyak melihat dan mendengar. Learn how to see and listen more. Hari ini kita melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Learn How to SEE and LISTEN More”.  Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 42:18-25 dengan penekanan pada ayat 20. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini Tuhan mengecam umat-Nya yang buta dan tuli. BUTA dan TULI di sini bisa menunjuk kepada orang-orang (ayat 7), yang memerlukan pimpinan Tuhan karena kebutaan mereka (ayat 16). Namun, di sini UMAT ISRAEL, sebagai hamba Tuhan dikatakan sebagai buta dan tuli (ayat 19). KEBUTAAN merupakan metafora untuk kebutuhan rohani pada ayat 16-17. Kebutaan Israel menunjukkan bahwa sama seperti bangsa yang lain, Israel juga membutuhkan keselamatan dari Tuhan. Sedangkan KETULIAN  Israel menunjukkan bahwa mereka tidak mau mendengarkan apa yang telah Allah firmankan, walau sesungguhnya Allah telah banyak berbicara kepada umat-Nya (ayat 20). Sahabat, sesungguhnya Tuhan berkenan untuk menunjukkan pengajaran-Nya kepada bangsa-bangsa lain melalui Israel. Yang terjadi justru sebaliknya. Israel malah ikut-ikutan keberdosaan bangsa-bangsa lain, sehingga mereka yang menjadi dominan dan Israel menjadi jarahan mereka (ayat 22). Namun masih ada pengharapan, di tengah-tengah umat yang tidak taat, Tuhan memanggil mereka yang mau memasang telinga untuk Tuhan pakai di kemudian hari (ayat 23). Sahabat, sangat menarik, dalam ayat 24 terdapat kata pengganti yang berubah dari “KITA ” menjadi “MEREKA” (“Sebab kepada-Nya kita telah berdosa, tetapi mereka tidak mau mengikuti jalan yang telah ditunjuk-Nya; LAI menerjemahkan “MEREKA” dengan “ORANG”). Itu berarti Yesaya mengidentifikasikan dirinya dengan umat Allah dalam keberdosaan mereka, tetapi ia memisahkan diri dengan umat yang tidak mau mengikuti Allah. Apakah kita merupakan umat yang seperti Yesaya yang mau mengikuti jalan Tuhan? Ataukah kita seperti umat yang buta dan tuli, yang tidak mau mendengarkan perintah Tuhan? Harusnya mengikuti jalan Tuhan bukan pilihan bebas melainkan kebutuhan dan kesadaran diri! Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut  ini: Nilai hidup apa yang Sahabat pereoleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-25? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan ingin kita senantiasa memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan hanya  yang di bumi, karena keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara. (pg).