Kita menaruh PENGHARAPAN kita kepada ALLAH yang HIDUP. Meme Firman Hari Ini (17 Oktober 2022).
Be Careful of Mockery and Influence
Sahabat, menurut KBBI, “EJEKAN” berasal dari kata dasar “EJEK” yang berarti: Perbuatan mengejek, olok-olokan, dan sindiran. Fakta sosial juga membuktikan bahwa ejekan merupakan ungkapan yang sangat menyakitkan dalam hubungan sosial. Ejekan selalu bernada negatif yang dapat menyakiti kelompok tertentu bahkan secara individu. Sedangkan “AJAKAN” berasal dari kata dasar “AJAK” yang berarti mengharapkan suatu tindakan dari orang lain; meminta kepada seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu bersama-sama. Selain itu dapat berarti menyuruh seseorang atau sekelompok orang melakukan sesuatu atau memercayai sesuatu. Sahabat, kehidupan kita bisa saja tidak luput dari ejekan dan ajakan. Ejekan ditujukan kepada keyakinan kita kepada TUHAN, yaitu bahwa keyakinan tersebut tidak cukup untuk menolong dan menyelamatkan kita. Ajakan ditujukan agar kita mau mengikuti dan bersandar kepada ilah-ilah mereka. Karena itu kita perlu hati-hati terhadap ejekan dan ajakan. Be Careful of Mockery and Influence. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan tema: “Be Careful of Mockery and Influence”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 36:1-22. Sahabat, kisah dalam bacaan kita pada hari ini adalah tentang bagaimana bangsa Asyur, dengan rajanya yang bernama Sanherib, menyerbu dan menguasai kota-kota berkubu Yehuda. Raja Asyur mengutus juru minumannya ke Yehuda untuk berbicara dengan raja Hizkia. Yang menemui utusan tersebut adalah utusan raja Hizkia. Perkataan Raja Asyur merupakan penghinaan terhadap kepemimpinan Raja Hizkia. Raja Asyur tahu bahwa Yehuda berharap kepada Mesir. Bagi Asyur, Mesir itu seperti tongkat bambu yang patah dan justru akan melukai Yehuda (ayat 6). Sahabat, ejekan Asyur tidak berhenti sampai di situ. Ejekan terhadap Yehuda bukan saja dikaitkan dengan Mesir, tetapi juga dengan keyakinan kepada TUHAN. Utusan itu memberi bukti-bukti bahwa Asyur telah mengalahkan banyak bangsa dan ilah-ilah bangsa-bangsa itu tidak dapat menolong mereka (ayat 18-20). Mereka bukan saja mengejek raja Hizkia, tetapi juga menghasut rakyat Yehuda untuk tidak mempercayai TUHAN. Raja Asyur menyuruh rakyat Yehuda membuat perjanjian dengan Asyur dengan janji akan kesejahteraan. Menghadapi serangan mental seperti itu, Hizkia memilih untuk tidak memberikan respons. Ia memilih untuk DIAM. Ia memerintahkan kepada semua rakyatnya untuk tidak memberikan respons apa-apa, kecuali diam (ayat 21). Menghadapi ancaman, hinaan, dan intimidasi dari orang lain yang begitu merendahkan, apalagi jika sudah menyangkut pada kepercayaan bisa membuat kita kesal, marah, sakit hati, atau memberikan perlawanan. Namun ada satu teladan raja Hizkia yang sangat bijaksana, yaitu BERDIAM DIRI! Berdiam diri di hadapan Allah akan menghindarkan kita dari keinginan untuk membalas dan melawan yang justru bisa berakibat merugikan diri sendiri. Diam bukan berarti membenarkan, juga bukan berarti kekalahan. Diam artinya memberikan ruang bagi Allah untuk bekerja. DALAM DIAM DAN PERCAYA, DISITULAH TERLETAK KEKUATAN KITA. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 18-20? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita tidak perlu takut kepada kesombongan orang fasik. Allah pasti akan menghancurkan mereka berikut kesombongannya. (pg).
LIFE in VAIN?
Uang, kekayaan, kedudukan, pangkat dan popularitas merupakan hal-hal yang selalu dikejar oleh hampir semua orang yang ada di muka bumi. Ketika seseorang memiliki semuanya itu, ia berpikir hidupnya sudah lengkap dan tak ada yang patut dikhawatirkan lagi. Dunia selalu mengukur dan menilai keberhasilan hidup seseorang dari apa yang dimiliki atau yang kasatmata, padahal semuanya itu hanya bersifat sementara dan sampai kapan pun takkan pernah memberikan kepuasan. Sahabat, syukur kemarin kita telah menyelesai belajar kitab Amsal. Mulai hari ini kita akan belajar kitab Pengkhotbah, dengan topik: “LIFE in VAIN?” Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 1:1-11. Sahabat, Pengkhotbah adalah seorang yang merenungkan secara mendalam arti hidup manusia dari mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di bawah matahari. Ia tiba pada kesimpulan yang mengejutkan: SEMUANYA SIA-SIA. Kata yang digunakannya berarti hampa, sesuatu yang tanpa bobot seperti angin. Dengan menyebut kata itu dua kali (ayat 2) ia sungguh menegaskan bahwa hidup ini amat sangat sia-sia. Manusia lahir lalu mati, demikian seterusnya. Hari lepas hari lewat, berbagai peristiwa alam bergulir rutin. Semuanya berulang tanpa makna. HIDUP ITU SIA-SIA? LIFE in VAIN? Segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang mungkin kita bangga-banggakan, kita agungkan, dan usahakan serta pertahankan adalah sia-sia. Bukan saja rutinitas peristiwa alam membuatnya menyimpulkan kesia-siaan hidup, namun semua kerja, kekayaan, hikmat yang boleh manusia alami pun sia-sia saja. Penekanan pada kefanaan hidup terlihat pada ayat 4 yang mengontraskan manusia yang pergi dan datang, dengan bumi yang tetap ada. Kondisi bumi digambarkan sebagai matahari terbenam dan akan terbit kembali (ayat 5), angin yang terus berputar kembali ke tempat yang sama (ayat 6), dan sungai yang terus mengalir (ayat 7). Walau bumi tetap ada, segala sesuatu pasti membosankan karena semua bergerak monoton, membuat mata tidak puas melihat dan telinga tidak puas mendengar (ayat 8). Tingkah laku manusia selalu sama dan tidak ada yang baru (ayat 9-10). Yang lebih menyedihkan adalah singkatnya hidup manusia membuat dirinya dilupakan setelah mati, kenangan-kenangan dari masa lampau tidak ada (ayat 11). Sahabat, lalu apa maksud pengkhotbah sebenarnya? Pengkhotbah bukan meremehkan arti penciptaan Allah, akan tetapi ingin menghancurkan semua harapan palsu manusia pada dunia ini atau diri sendiri. Ia ingin menyadarkan kita bahwa segala sesuatu hanya akan berarti bila dalam iman kepada Allah. Berharap kepada dunia dan diri sendiri adalah sia-sia, tetapi berharap kepada Allah tidaklah sia-sia. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 1-2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ambillah komitmen untuk menggantungkan harapan hanya kepada Allah bukan kepada dunia dan diri sendiri! (pg).
STRENGTHEN the Weak Hands
Sahabat, kita harus mengakui bahwa tidak mudah menjadi orang percaya. Masih cukup banyak yang mengira setelah percaya kepada Tuhan Yesus, kehidupan akan lancar dan bebas hambatan. Sejatinya, Allah tidak pernah menjanjikan hal tersebut. Selama kita masih hidup di dunia, kita pasti akan mengalami persoalan hidup: Sakit, masalah keluarga, perselisihan, masalah keuangan, dan pergumulan lainnya yang bisa saja berkepanjangan. Bahkan dalam menghadapi pergumulan hidup, seringkali tangan kita lemah dan lesu bahkan lutut kita pun goyah. Kita tidak mampu lagi menghadapi permasalahan hidup yang menerpa kita. Ada banyak masalah yang terbentang di hadapan kita yang tidak bisa kita hindari dan kita pun bingung mana yang harus kita selesaikan lebih dulu. Kita hampir putus asa dalam menghadapinya. Hanya Tuhan yang dapat menguatkan tangan yang lemah lesu. Strengthen the weak hands. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “STRENGTHEN the Weak Hands”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 35:1-10 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, Yesaya dalam tulisannya beribu-ribu tahun yang lalu, telah menuliskan sebuah prinsip penting bagi kita, yaitu agar kita MENGUATKAN TANGAN YANG LEMAH LESU dan MENEGUHKAN LUTUT YANG GOYAH (ayat 3). Tangan yang lemah lesu berbicara tentang orang-orang yang sudah tidak mampu melakukan hal lain, yaitu orang-orang yang sudah mengalami masalah berat dan sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sementara itu lutut yang goyah menggambarkan orang-orang yang sudah tidak dapat berdiri dan bangkit karena masalah yang ia hadapi. Sahabat, Tuhan meminta kita untuk mengabarkan berita sukacita ini: “Kuatkan hati dan jangan takut” (ayat 4a). Satu-satunya alasan yang membuat kita boleh kuat dan tidak takut adalah karena kita memiliki Allah (ayat 4b). Kita memiliki Allah yang luar biasa, yang mampu datang dengan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita juga mengabarkan berita sukacita itu kepada orang lain yang membutuhkan, kepada orang-orang yang tangannya sudah lemah lesu, kepada orang-orang yang lututnya sudah goyah. Adakah orang-orang yang membutuhkan kita yang saat ini sedang ada di sekitar kita? Adakah orang-orang di sekitar kita yang tangannya lesu dan lututnya goyah? Mungkin orang itu sesama anggota jemaat di gereja kita, atau mungkin teman sekantor, atau mungkin dia tetangga kita? Sudahkah kita membantunya? Hanya ada satu jalan untuk masalah mereka, yaitu Yesus Kristus. Ia akan memberi kelegaan kepada orang-orang yang mau datang kepada-Nya (Matius 11:28). Tugas kita adalah menuntun orang-orang tersebut kepada Yesus, melalui perkataan kita, perbuatan kita, atau dengan cara-cara pendekatan lainnya. Mari kita menguatkan orang-orang yang lemah dan membutuhkan kita. Sahabat, jadilah sama seperti Kristus yang memberikan solusi kepada mereka, sehingga mereka menemukan jalan keluar dalam hidupnya. Karena itu, jadilah kita menjadi orang yang menolong dan menguatkan Saudara kita yang lemah lesu agar mereka mendapatkan pertolongan. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6a? Apa yang Sahabat pahami dari 6b-7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan pernah berhenti berharap kepada Tuhan. (pg).
Hard Work’s Fruits
Sahabat, di tengah pendapatan kami (saya dan istri) yang cenderung menurun, dalam menetapkan anggaran bulanan setiap awal bulan, kami tetap menganggarkan dana untuk rekreasi. Hampir setiap Sabtu dan Minggu kami meluangkan waktu berdua untuk menikmati makan bersama di tempat yang kami suka. Bagi kami, menyediakan anggaran khusus untuk rekreasi dengan makan bersama di tempat yang kami suka merupakan salah satu bentuk kami menikmati berkat yang Tuhan berikan melalui jerih lelah kami. Sesungguhnya merupakan satu karunia Tuhan kalau kita dapat menikmati hasil jerih payah kita. Kita diberi karunia untuk menikmati buah dari kerja keras kita. Hard work’s fruits. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkotbah dengan topik: “Hard Work’s Fruits”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Pengkhobah 2:1-26 dengan penekanan pada ayat 24-25. Sahabat, sosok Pengkhotbah adalah Raja Salomo, anak Daud. Ia sangat kaya dan berdaya upaya mencari kunci kehidupan melalui semua kesenangan yang dapat dibeli dengan harta (ayat 4-8). Sangat menarik dalam ayat 4-8, kata “BAGIKU” muncul beberapa kali: mendirikan bagiku rumah-rumah; menanami bagiku kebun-kebun anggur; mengusahakan bagi ku kebun-kebun; menggali bagiku kolam-kolam; mengumpulkan bagiku perak dan emas, dan mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita. Hal tersebut memperlihatkan bahwa ia melakukannya untuk kesenangan diri belaka. Pada saat yang sama, semua yang dilakukannya berdasarkan akal budi (ayat 3) dan hikmatnya (ayat 9). Sahabat, dalam pencarian arti hidup melalui semua kesenangan, Pengkhotbah melihat bahwa semuanya sia-sia dan usaha menjaring angin (ayat 11). Artinya, ia tidak dapat menemukan arti hidup yang sejati melalui semua kesenangan tersebut. Tetapi, ia menemukan sesuatu dari hasil uji coba tersebut, yaitu hatinya bersukacita karena segala jerih payahnya dan itulah buah segala jerih lelahnya (ayat 10). Walau ia tidak mendapatkan arti hidup yang sejati dari semua eksperimen terhadap kesenangannya, setidaknya ia telah menyelidiki apa yang baik untuk dilakukan oleh manusia (ayat 3). Akhirnya, ia dapat menikmati jerih payahnya (ayat 10). Menurut Pengkhotbah, tak ada yang lebih baik selain makan, minum, dan bersenang-senang sebagai bagian dari menikmati hasil jerih payah dalam berkat Tuhan. Jika tanpa berkat Tuhan, sekuat apa pun seseorang berusaha, hasilnya bisa menguap dalam sekejap. Tak ada yang dapat merasakan makan, minum, atau menikmati hidup di luar Dia (ayat 25). Namun, dalam menikmati berkat yang Tuhan berikan, baik untuk makanan, minuman, atau hiburan, tetaplah ada batasan yang perlu kita perhatikan. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan penyakit dan tidak semua hiburan yang ada berkenan di hadapan Allah. Sahabat, Tuhan memberikan berkat, dalam hal ini pendapatan, supaya kita dapat menikmati hasil jerih payah kita di dalam Dia. Tak ada yang salah dengan menikmati berkat Tuhan, selagi masih dalam takaran normal dan tidak menabrak kebenaran firman Tuhan. Mari bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan. Bersyukurlah, bersukacitalah, bersenang-senanglah, dan nikmatilah berkat-Nya bersama dengan orang yang kita kasihi. Haleluya! Tuhan itu baik. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 10? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kemampuan untuk menikmati, itupun merupakan karunia Allah yang penting untuk kita miliki. (pg).