ReKat: The LORD: a MIGHTY TOWER (03 Oktober 2022)
Bacaan Sabda: Amsal 18:1-24 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pemahaman saya dari ayat 2, 6, dan 7 sebagai berikut: Ayat 2: Perkataan orang bebal, sesungguhnya mengungkapkan jati dirinya, siapa sesungguhnya dia. Berarti pula itulah sesungguhnya keberadaan hatinya yang kemudian terlontar melalui perkataannya yang buruk. Ayat 6: Dampak dari perkataan orang bebal, jelas dan pasti menimbulkan pertengkaran dan perkelahian diantara sesamanya. Ayat 7: Dampak berikutnya, yaitulah terjerat oleh perkataannya sendiri. Kitab Amsal mengajarkan tentang nilai-nilai praktis kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya merupakan kesempatan, peluang untuk belajar banyak hal, agar menjalani aktifitas setiap hari menampakkan perilaku yang bernilai benar. Pemahaman ayat 14: Menunjukan bahwa seseorang yang tidak memiliki semangat juang di dalam dirinya tidak akan tahan menderita. (Haryono)
The Right Choice of being A Blessing
Sahabat, sadar atau tidak, setiap hari kita bertemu dengan begitu banyak pilihan dan keputusan kita akan sangat menentukan langkah selanjutnya. Ketika kita bangun pagi, kita bisa memilih apakah mau mengambil waktu sejenak untuk benar-benar bangun terlebih dahulu, kemudian bersaat teduh; atau langsung mandi; atau langsung menikmati segelas kopi hangat; atau langsung menikmati sepiring buah segar? Sampai kita kembali tidur kita akan terus bertemu dengan berbagai macam pilihan yang akan berbeda hasilnya tergantung dari apa yang kita pilih. Ingatlah: Pilihan tepat jadi berkat. The right choice of being a blessing. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kita Amsal dengan topik: “The Right Choice of being A Blessing.” Bacaan Sabda saya ambil dari kitab Amsal 28:1-28 dengan penekanan pada ayat 18. Sahabat, Pengamsal dalam Amsal 28 mencoba membandingkan kehidupan orang fasik dan orang benar. Betapa orang yang terus-menerus berbuat fasik akan senantiasa dilanda ketakutan, mereka siap lari walaupun tidak ada yang mengejarnya. Meskipun mereka berpura-pura tenang, ada ketakutan- ketakutan tersembunyi yang menghantui mereka ke mana pun mereka pergi, sehingga mereka takut sekalipun tidak ada bahaya yang menimpa atau mengancam mereka. Sebaliknya, alangkah tenteramnya orang-orang yang senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni dan bebas dari pelanggaran, dan dengan demikian menjaga diri mereka tetap ada di dalam kasih Allah, mereka menikmati keamanan dan ketenangan pikiran dengan rasa kudus: Orang benar merasa aman seperti singa, ya seperti singa muda. Selanjutnya dalam ayat 18, Pengamsal membandingkan orang jujur dan tidak jujur. Orang yang jujur selalu aman. Orang yang berbuat jujur, yang berbicara seperti ia berpikir, yang matanya dalam segala hal hanya tertuju semata kepada kemuliaan Allah dan kebaikan saudara-saudaranya, yang tidak mau, demi apa pun di dunia, melakukan suatu hal yang tidak adil jika ia mengetahuinya, yang segala perilaku hidupnya tidak bercela, ia akan diselamatkan di kehidupan nanti. Kita mendapati sekumpulan orang-orang mulia dari orang-orang yang di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta (Wahyu 14:5). Mereka akan aman sekarang. Sahabat, kejujuran dan kelurusan akan menjaga orang, akan memberi mereka rasa aman yang kudus di masa-masa terburuk. Mereka bisa saja terluka, tetapi tidak bisa disakiti. Sebaliknya, orang-orang yang palsu dan tidak jujur tidak pernah aman: Siapa berliku-liku jalannya, yang ingin mengamankan dirinya dengan perbuatan-perbuatan curang, dengan menipu dan berkhianat, atau dengan menumpuk harta benda yang diperoleh secara keji, ia akan jatuh, bahkan, ia akan langsung jatuh ke dalam lobang, bukan secara perlahan-lahan, dan dengan diberi peringatan sebelumnya, melainkan secara tiba-tiba, tanpa diberitahu sebelumnya. Keadaannya paling tidak aman ketika ia merasa paling terlindungi. Ia langsung jatuh, sehingga tidak mempunyai waktu entah untuk berjaga-jaga melawan kehancurannya atau membuat persediaan untuk menghadapinya, karena datangnya mengejutkan, maka itu akan menjadi kengerian yang luar biasa hebat baginya. Sahabat, jatuh bangunnya seseorang dan juga institusi tergantung pada pilihan kita sendiri. Pilihan untuk hidup dalam kefasikan atau kebenaran, kejujuran atau kedustaan, takut akan Tuhan atau mengeraskan hati, dan seterusnya. Selamat menjalani hidup dengan pilihan yang tepat. The right choice of being a blessing. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 19? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 20? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dalam kehidupan, kita selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Karena itu, pilihlah sesuatu yang membawa kepada kehidupan. (pg).
TUHAN siap MENOLONG kita
Dalam menempuh perjalanan hidup, kita seringkali dihadapkan pada ujian, tantangan dan rintangan, dan tidak bisa dipungkiri hal itu membuat kita lemah, patah semangat dan frustasi. Saat berada di situasi sulit seperti itu terkadang kita baru menyadari bahwa kehadiran Tuhan dan pimpinan-Nya sangat kita butuhkan. Kita butuh pertolongan Tuhan dan sesungguhnya Tuhan siap menolong kita. PERTOLONGAN. Semua orang yang pernah berada dalam kondisi terdesak dan tanpa daya tahu persis betapa berartinya hal tersebut. Pemazmur bercerita: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mazmur 121:1-2) Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “TUHAN siap MENOLONG kita.” Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 30:1-17. Sahabat, bacaan kita pada hari ini menceritakan bahwa pada saat itu situasi politik sangat genting dan panas. Bangsa Israel mendapat ancaman yang mengerikan. Negeri Asyur yang saat itu merupakan kekuatan adidaya, mengancam untuk menyerang dan menghancurkan mereka. Jika dibandingkan, kekuatan militer Asyur dengan Yehuda sangat tidak seimbang. Sebagai negara adidaya, Asyur jauh lebih kuat dibandingkan Yehuda. Ini membuat Yehuda sangat gentar di dalam menghadapi kekuatan yang sangat besar itu. Sahabat, namun yang mengherankan, Israel tidak memohon pertolongan kepada Tuhan. Padahal mereka tentu tahu pengakuan iman mereka kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa yang membawa mereka keluar dari Mesir dan membuat mereka berhasil melawan kekuatan-kekuatan besar dalam perjalanan mereka hanya Tuhan saja. Ya, hanya karena Tuhan menyertai dan menolong mereka. Namun hal itu semua seolah hilang dari ingatan mereka karena mereka justru memohon pertolongan kepada kekuatan Mesir. Itulah sebabnya Tuhan berkata: “… Mesir yang memberi pertolongan yang tak berguna dan percuma; …” (ayat 7). Maka ajakan untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan diberikan kepada umat Yehuda. Namun jika mereka masih tetap tidak mau berbalik kepada Tuhan maka hukuman akan dijatuhkan (ayat 15-17). Pengakuan iman bahwa pertolongan bagi kita hanya datang dari Tuhan, kiranya ada pada kita. Hal itu bermakna bahwa kita harus senantiasa menantikan pertolongan dari Tuhan, dan bukan yang lain. Ingatlah selalu sesungguhnya Tuhan siap menolong kita. Sahabat, kita sebagai komunitas orang percaya dipanggil untuk mencerminkan Tuhan di dunia ini. Setiap kita yang telah merasakan pertolongan, anugerah, dan kasih-Nya, seharusnya berkenan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong sesama. Tiap hari di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Kiranya kita tidak hanya puas menjadi penonton-penonton yang duduk manis, tetapi menyediakan diri dipakai menjadi saluran berkat, membawa mereka mengenal Tuhan, satu-satunya Penolong yang sejati. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini,jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 1-5? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan menolong kita agar kita dapat menolong sesama. (pg).