Hati yang TENANG MENYEGARKAN tubuh. Meme Firman Hari Ini (03 Oktober 2022)
Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Meme Firman Hari Ini (02 Oktober 2022).
BLESSING in DISGUISE
Sahabat, ada ungkapan lama dalam bahasa Inggris yang sangat terkenal: “Blessing In Disguise”, yang artinya berkat yang tersembunyi atau berkat terselubung. Ungkapan tersebut hendak menyampaikan bahwa kadang kita sulit mengenali berkat Tuhan yang diberikan kepada kita. Berkat itu tersamar dalam suatu peristiwa yang tidak terduga. Berkat itu sulit terlihat karena tertutupi pengalaman yang tidak menyenangkan. Teman sepelayanan istri saya bercerita, pagi itu dia berencana terbang dari Semarang ke Jakarta dan selanjutnya bersama-sama dengan teman-temannya dari berbagai daerah akan mengikuti tur ke Thailand. Pagi itu dia terlambat tiba di bandara karena ada hambatan di perjalanan daratnya, akibatnya dia ketinggalan pesawat. Ketika dia sedang mencari peswat pengganti, HP- nya berbunyi dan ada berita yang sangat mengejutkan: Suaminya mendadak meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Maka cepat-cepat dia kembali ke rumahnya Pada mulanya dia merasa menyesal, jengkel, dan tidak beruntung karena ketinggalan pesawat. Namun pada akhirnya, ia melihat peristiwa itu sebagai berkat Tuhan yang luar biasa baginya. Memang tidak mudah untuk mengenali berkat yang tersembunyi itu. Butuh waktu untuk mengendapkan dan mengenalinya. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “BLESSING in DISGUISE”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 29:1-8. Sahabat, Dalam bacaan kita, Yesaya menyampaikan bahwa Yerusalem akan mengalami pengepungan oleh musuh, keadaan mereka pada saat itu akan sangat mengerikan (ayat 1-4). Memang pada akhirnya Allah melepaskan mereka. Namun, cara Allah menolong umat-Nya sungguh mengerikan karena dengan menimbulkan guntur, gempa, suara hebat, puting beliung, badai, dan nyala api (ayat 5-6). Memang semua itu membuat musuh mundur, akan tetapi penduduk Yerusalem juga merasakan kengeriannya. Bagaimana mereka bisa melihat bahwa hal itu adalah cara Allah menolong mereka? Mungkin saja pada akhirnya mereka justru bersungut-sungut karena ketakutan. Sudah dikepung musuh, mereka masih juga harus dikelilingi bencana alam. Sahabat, mungkin kadang sesekali kita mengalami peristiwa yang membuat Allah sulit dipahami. Dalam situasi seperti itu, sebaiknya kita berusaha untuk diam dan tenang. Melihat ke dalam diri kita dan bertanya, “Mengapa Allah mengizinkan keadaan yang sulit terjadi? Apa yang harus diubah dalam hidupku?” Kita perlu merendahkan hati dan melakukan refleksi dari pengalaman buruk itu. Marilah kita membuka mata lebih lebar untuk melihat lebih dekat supaya dapat belajar mengerti kehendak Allah melalui peristiwa tersebut. Semoga dengan usaha tersebut, Allah yang tadinya sulit dipahami akan semakin kita kenal lebih dekat. Dengan demikian, kita dapat melihat berkat-Nya yang tersembunyi. Sahabat, pertolongan Tuhan memang tak dapat dideteksi kapan dan bagaimana akan terjadi. Kita hanya perlu mengimaninya. Kita mungkin tidak dapat menebak jalan-Nya, namun kita dapat meyakini kebaikan-Nya. Jika pertolongan-Nya dapat dideteksi, kita mungkin tidak mau bergantung pada-Nya lagi. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita mungkin tidak dapat menebak jalan-Nya, namun kita dapat meyakini kebaikan-Nya. (pg).
Memang LIDAH TAK BERTULANG
Sahabat, penyanyi senior Indonesia Bob Tutupoly tutup usia, Selasa dinihari 5 Juli 2022. Ia meninggalkan banyak lagu legendaris yang pernah populer, salah satunya adalah lagu yang berjudul “Tinggi Gunung Seribu Janji”. Syair bait pertama dari lagu tersebut berbunyi, “Memang lidah tak bertulang;/ Tak terbekas kata-kata;/ Tinggi gunung seribu janji;/ Lain di bibir, lain di hati. Saya angkat lirik di baris pertama dari bait pertama dari lagu tersebut sebagai judul “Sejenak Merenung” pada hari ini. Adapun arti peribahasa: Lidah tak bertulang yaitu mudah saja mengatakan (menjanjikan) sesuatu, yang berat adalah melaksanakannya; manusia sangat mudah untuk mengumbar janji; janji seseorang yang tidak bisa dipegang. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Memang LIDAH TAK BERTULANG”. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 26:17-28. Sahabat, berkata-kata yang benar dan baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Jika berkata-kata hal yang tidak sepantasnya, pasti menimbulkan perpecahan, ibarat menembakkan panah api (ayat 18-19). Lebih lanjut Pengamsal berkata bahwa pertengkaran tidak akan terjadi apabila informasi yang disampaikan tidak diplintir kebenarannya (ayat 20-21). Memang tidak semua informasi benar adanya. Karena itu, kita harus menyelidiki dengan saksama. Adakalanya muncul berita-berita yang kelihatannya baik, sebenarnya berita hoax (ayat 22-23). Selain itu, Pengamsal juga memerhatikan adanya bahaya lain, yaitu si pembawa berita. Ia digambarkan sebagai orang yang berpura-pura ramah (ayat 24-25). Tidak jarang orang-orang terjerat pada berita yang disampaikannya, padahal isi dan motif berita itu mengandung kebencian terhadap musuhnya (ayat 26-28). Raja Salomo memberi nasihat kepada kita untuk waspada dalam berkata-kata. Adakalanya saat bersosialisasi dengan orang lain, tanpa disadari kita menyampaikan hal-hal yang yang tidak sepantasnya. Pengamsal juga tidak menghendaki kita menggunakan kata-kata indah yang isinya tipu muslihat. Karena dalamnya hati dan pikiran seseorang tidak dapat diketahui orang lain. Takutnya ada kekejian terselubung yang tidak kita ketahui, yang mungkin dapat berakibat fatal di kemudian hari. Sahabat, Pengamsal memberikan gambaran jelas bagaimana seharusnya kita sebagai komunitas orang percaya mempergunakan lidah. Tidak sepatutnya kita menggunakan lidah dengan tujuan penipuan, sebab siapa yang menggali lubang akan jatuh di dalamnya. Bijaksanalah menggunakannya, sebab memang lidah tak bertulang. Mari kita menggunakan lidah untuk kebaikan dan memberkati sesama. Bukan lidah yang menguasai kita, tetapi kita yang menguasai lidah. Kita bisa memulainya dengan melatih diri bergaul dengan firman Tuhan sehingga terhindar dari perbendaharaan kata yang dapat melukai orang lain. Hendaknya lidah kita gunakan untuk bersaksi tentang kasih Kristus pada manusia melalui kalimat-kalimat penghiburan, penguatan, teguran yang lembut dan peneguhan. Biarlah lidah kita bukan merusak sesama, melainkan membangun hidup mereka. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 22-23? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Memang lidah tak bertulang, tetapi cukup kuat untuk menghancurkan atau memelihara sebuah kehidupan. (pg).
Untuk SEGALA SESUATU ada WAKTUNYA
Sahabat, Salomo dalam Pengkotbah 3:1-2 mengingatkan kita: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;” Saya sangat tertarik dengan 2 ayat tersebut terutama di bagian paling akhir yang berkaitan dengan dunia pertanian, dunia bercocok tanam, “…ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;” Kita yang hidup di Indonesia, tentu tidak asing dengan dunia pertanian. Bagi seorang petani, dia tentu paham betul bahwa ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai. Untuk segala sesuatu ada waktunya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Untuk SEGALA SESUATU ada WAKTUNYA”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 28:23-29. Sahabat, bacaan kita pada hari ini merupakan sebuah metafora yang mengambil latar pertanian untuk menunjukkan kebijaksanaan Allah. Di sini, petani itu adalah Yesaya yang melaksanakan kehendak Allah, yaitu menyampaikan pesan Allah kepada umat-Nya dan kepada semua pembesar. Sahabat, seorang petani akan melakukan segala kebiasaannya dalam bercocok tanam agar semua tumbuhan yang ditanam menghasilkan yang terbaik pada waktunya. Kebiasaan yang dimulai dengan menabur benih itu, diatur dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dan dilakukan dengan tidak asal-asalan (ayat 24-25). Proses mempersiapkan lahan subur merupakan keharusan awal. Setelah lahan subur disiapkan, tibalah saat menabur. Banyaknya jenis benih yang ditanam menunjukkan bahwa firman keselamatan bukan hanya monopoli Yehuda dan Israel, melainkan juga bagi bangsa-bangsa lain. Di dalam merawat tanam-tanaman yang sudah tumbuh, para petani menjalankan adat kebiasaan yang telah ditentukan (ayat 26). Mengirik, memukul, dan menggiling tidak dilakukan secara terus menerus agar hasil pertanian tidak menjadi hancur (ayat 27-28). Karena itu ada waktu untuk berhenti mengirik, memukul, dan menggiling. Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan itu berbeda-beda juga. Maka harus digunakan secara tepat agar menghasilkan yang terbaik, dan tidak menghancurkannya. Hukuman merupakan konsekuensi bagi manusia yang berbuat salah di mata Tuhan. Namun hukuman itu akan berhenti bila manusia berbalik kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang adil dan mengasihi. Tidak selamanya Dia menghukum manusia. Untuk itulah kita seharusnya bersyukur dengan pujian: “… Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan” (ayat 29). Sahabat, berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjian-Nya. Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Berkat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 24? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah memberikan dan mengatur tatanan umat-Nya agar kita selalu hidup berpadanan dengan kehendak dan hukum-Nya. (pg).