Orang yang SABAR besar PENGERTIANNYA. Meme Firman Hari Ini (22 September 2022).
TUHAN itu DEKAT kepada orang-orang yang PATAH HATI. Meme Firman Hari Ini (21 September 2022)
ReKat: MADAH Syukur akan KESELAMATAN (14 September 2022)
Bacaan Sabda: Yesaya 12 : 1 – 6. Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Pemahaman saya dari ayat 2 – 3: Allah itu adil dan kasih. Berlaku adil, Allah murka terhadap perilaku jahat. Allah kasih, dinyatakan kepada yang mentaati-Nya. Puji-pujian kemuliaan bagi Allah atas rencana dan karya-Nya yang agung dan mulia. Puji-pujian kemuliaan kepada Allah bersifat eksklusif, terbatas dipujikan oleh umat Allah yang telah mengalami kasih dan keadilan-Nya. Allah itu sudah selayaknya dipuji oleh umat-Nya, karena Dialah pembebas, dan penyelamat umat-Nya. Puji-pujian tetap dan harus dilantunkan walau di dalam situasi, kondisi yang tidak kondusif sekalipun. Pemahaman saya dari ayat 4 – 6: Puji-pujian kepada Allah yang bersifat inklusif, yaitu pujian yg dilantunkan oleh bangsa-bangsa lainnya, selain umat Allah. Tentulah menjadi tugas umat-Nya, untuk berperan aktif mengajak bangsa-bangsa lain agar mereka itu juga dapat mengenal Allah yang baik, kasih dan yang berkuasa. Dialah Allah penyelamat. Keselamatan yang bersumberkan Allah itu pasti terjadi, tidak akan dapat dipungkiri. Itukah sebabnya Allah yang patut dipuji. (Haryono)
Tiada yang dapat MENANDINGI TUHAN
Sahabat, tidak semua orang yang percaya kepada Tuhan mengenal pribadi-Nya dengan benar dan intim. Adakalanya, pengenalan kita terhadap Tuhan karena kepentingan dan ego pribadi. Ada juga orang yang memahami Tuhan berdasarkan khayalan pikiran yang sempit. Ternyata, itu bukanlah Tuhan yang dinyatakan Alkitab. Apakah kita mengenal Tuhan dengan benar?. Pengenalan bahwa Tuhan itu sangat besar dan TAK TERTANDINGI akan menyebabkan ungkapan pujian yang semakin besar kepada Allah. Semakin biasa dan datar sebuah ungkapan pujian seseorang menunjukkan kadar pengenalannya akan Allah juga biasa-biasa saja. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Tiada yang dapat MENANDINGI TUHAN”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 21:16-31 dengan penekanan pada ayat 30. Sahabat, Kitab Amsal kental sekali dengan pengajaran tentang kehidupan orang yang berhikmat dan yang tidak berhikmat, seperti halnya yang terdapat pada bacaan kita pada hari ini. Sekali lagi, pengamsal memberikan gambaran yang mendetail tentang kehidupan ORANG YANG TIDAK BERHIKMAT sebagai berikut: Orang yang tidak mau menerima pengajaran(ayat 16); orang yang suka berfoya-foya dan gila harta (ayat 17); orang fasik dan pengkhianat (ayat 18 dan 27); orang yang suka bertengkar dan pemarah (ayat 19); orang yang bebal (ayat 20); orang yang kurang ajar dan sombong (ayat 24); dan orang yang malas (ayat 25). Sahabat, jika dilihat dari penampilan luar, orang yang tidak berhikmat tampaknya berkuasa dan kuat. Tetapi, sekuat apapun kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki orang yang tidak berhikmat, sesungguhnya kemenangan ada di tangan Tuhan (ayat 31). Sedangkan ORANG YANG BERHIKMAT dipaparkan oleh Pengamsal sebagai berikut: Orang yang mengejar kebenaran dan kasih (ayat 21); orang yang memelihara mulut dan lidahnya (ayat 23); orang yang suka memberi (ayat 26); orang yang bersedia mendengarkan keluhan dan penderitaan orang lain (ayat 28); dan orang yang jujur (ayat 29). Sahabat, sedalam apapun hikmat yang dimiliki oleh seseorang, Pengamsal mengingatkan bahwa tidak ada HIKMAT dan PENGERTIAN yang DAPAT MENANDINGI KEMAHATAHUAN TUHAN (ayat 30). Pengajaran amsal pada bagian ini sangat indah, karena mengingatkan kita sekali lagi SIAPAKAH KITA di hadapan Tuhan. Apapun yang kita perbuat, Tuhan tahu. Sebesar apapun kekuatan kita, tetap tidak dapat menandingi kemahakuasaan Tuhan. Sedalam apapun hikmat yang kita miliki, TIDAK DAPAT MENANDINGI HIKMAT TUHAN. Semua itu disebabkan oleh status serta kedudukan Tuhan sebagai Pencipta semesta alam, sedangkan kita hanyalah ciptaan-Nya yang fana. Kiranya pemahaman ini mendorong kita untuk lebih mengagumi, mengasihi-Nya, serta hidup seturut kehendak-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 28? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tetaplah bertekun di dalam Tuhan karena kemenangan orang percaya ada di dalam Dia sepenuhnya. (pg).
Menjadi KAYA itu BOLEH
Sahabat, KESOMBONGAN adalah dosa yang sering kurang disadari oleh banyak orang, termasuk orang percaya, padahal dosa ini mengantarkan si pelaku kepada kehancuran. Ada pun ciri-ciri orang yang berlaku sombong adalah: Merasa diri hebat, paling benar dan patut dihormati. Orang yang berlaku demikian memiliki kecenderungan untuk merendahkan orang lain. Sadar atau tidak kesombongan akan terus membawa orang kepada dosa-dosa yang lain. Sahabat, kesombongan sering kali menjadi pemisah dalam sebuah relasi. Sebab, kesombongan membuat kita merasa lebih baik daripada orang lain. Ironisnya, manusia berani menyombongkan diri di hadapan Allah Yang Mahakuasa dan Empunya segalanya. Jadi, tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa kesombongan manusia mendahului kejatuhan dan kehancurannya. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Menjadi KAYA itu BOLEH”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 23:1-18. Sahabat, topik kita pada hari ini: Menjadi kaya itu boleh. Lalu apa yang tidak boleh? Jelas, yang TIDAK BOLEH itu kalau kita menjadi orang kaya kemudian kita MENJADI SOMBONG. Kesombongan itulah yang dilakukan oleh penduduk Tirus dan Sidon sehingga Allah menghukum mereka (ayat 9). Kedua kota itu maju, menjadi pusat perdagangan, dan memiliki pelabuhan terbesar pada masa itu. Kehidupan penduduknya sangat sejahtera karena memiliki kekayaan besar. Kota Tirus dan Sidon merupakan kota yang kaya raya. Penduduknya banyak yang menjadi saudagar yang kaya. (ayat 8) Sayangnya, kekayaan itu hanya sebatas materi, tidak diikuti dengan kekayaan Moral. Hati dan perbuatan mereka penuh dengan kejahatan. Mereka menjadi sombong. Allah tidak menyukai kesombongan. Sebab, hal tersebut merusak atau memisahkan relasi antara kita dengan-Nya.. Maka tidak heran jika banyak nabi yang diutus Allah untuk menegur mereka. Misalnya, Yeremia, Yehezkiel, Yoel, Amos, Zakharia, dan termasuk Yesaya. Tujuannya supaya mereka bertobat dan terhindar dari penghukuman Allah. Namun, mereka tidak mau mendengarkan teguran itu. Mereka justru semakin tenggelam dalam kejahatan dan tidak mau bertobat. Akibatnya, Allah menyatakan penghukuman-Nya (ayat 11). Oleh sebab itu, marilah kita mencoba memeriksa hati dan mengevaluasi diri. Adakah kesombongan dalam hati kita? Adakah kita menyadari bahwa kita mulai tidak melibatkan Allah dalam rencana hidup kita? Apakah kita tidak pernah lagi melibatkan Allah dalam mengambil keputusan penting dalam hidup kita? Apakah kita sudah merasa mampu mengatasi semua persoalan hidup seorang diri saja dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri? Jika ya, mari kita mohon ampun pada Allah dan bertobat, sebab itu adalah tanda dan bentuk kesombongan kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 11? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sesungguhnya, kita lemah dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah. Oleh karena itu, mari kita tinggalkan kesombongan dan bergantung penuh kepada-Nya. (pg).
Hampir SEMUA menjadi RELATIF
Sahabat, dalam konteks zaman yang serba pragmatis, relatif, dan konsumtif, batasan antara yang benar dan salah; baik dan yang tidak baik sudah menjadi semakin samar. Tanpa disadari, cukup banyak orang sudah terpengaruh semangat zaman ini, apa yang benar dan salah MENJADI RELATIF. Seolah-olah segala sesuatu diarahkan bergantung kepada kepercayaan dan pandangan masing-masing orang. Dengan demikian hampir semua menjadi relatif. Sesungguhnya Tuhan menghendaki kehidupan anak-anak-Nya senantiasa kudus dan terpisah dari hal-hal duniawi, atau bisa dikatakan hidup selaras dengan firman-Nya. Karena itu kita harus menjaga segenap roh, jiwa dan tubuh kita tanpa cacat cela setiap waktu dengan menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan (1 Tesalonika 5:22-23). Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, kehidupan kita harus benar-benar berubah. Perubahan itu harus tampak jelas. Kita harus mengubah diri dari tingkah laku kita yang lama dan hal-hal yang biasa kita lakukan, termasuk juga dalam hal berpikir (Roma 12:2 dan 2 Korintus 5:17) Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Hampir SEMUA menjadi RELATIF”. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 20:1-15. Sahabat, bacaan kita pada hari ini merupakan pandangan Pengamsal mengenai apa yang benar dan yang tidak benar. Pengamsal dengan tegas mengajarkan hal ini kepada umat Allah. Pengamsal menyampaikan beberapa potret kepribadian yang tidak benar di dalam hidup: Peminum (ayat 1), orang yang suka membangkitkan amarah orang lain (ayat 2), orang bodoh yang pemarah (ayat 3), pemalas (ayat 4 dan 13), dan orang yang berlaku curang (ayat 10 dan 14). Orang-orang seperti itu hidupnya hanya akan menyusahkan orang lain dan mencelakakan dirinya sendiri. Sahabat, menurut Pengamsal, berikut perilaku yang benar dan yang seharusnya dilakukan umat Allah di dalam hidupnya: Menjauhi perbantahan (ayat 3), merancang hidupnya dengan baik (ayat 5), hidup dengan setia (ayat 6), berlaku bersih dan jujur (ayat 11), serta bijaksana dalam perkataan (ayat 15). Semua perilaku seperti itu akan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Terlebih lagi, sikap hidup seperti itu akan mencerminkan karakter Allah melalui hidup kita. Karena itu mari jalani hidup ini dengan benar di hadapan Tuhan. Belajarlah dari firman Tuhan hari ini: Jauhilah perbantahan dan pertengkaran yang tidak perlu; rencanakanlah hidupmu dengan baik; hiduplah dengan bersih dan jujur di hadapan Tuhan; bijaksanalah dalam perkataan dan perbuatan; hiduplah setia dengan pasanganmu dan keluargamu; dan terlebih lagi kepada Tuhan. Semua itu agar kehidupan kita mencerminkan kemuliaan Tuhan. Tidak hanya itu, kita juga harus selalu menyenangkan hati Tuhan dan berserah penuh kepada kehendak-Nya di setiap aspek kehidupan. Itu berarti kita perlu memiliki ketaatan penuh kepada Tuhan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2 dan 3? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4 dan 13? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berjalan bersama Tuhan berarti hidup benar di hadapan Tuhan! (pg).