TRANSFORMASI HIDUP

Sahabat, hari ini, 29 September 2022, atas kasih karunia Tuhan, saya dapat mensyukuri ulang tahun saya yang ke-66. Ulang tahun menjadi momen yang  menyenangkan bagi saya. Pertambahan usia menandai begitu banyak pengalaman hidup yang telah saya alami:  Ada suka dan duka, ada belajar dan mengajar, ada mendapat dan memberi, ada masalah dan solusi. Singkatnya, saya selalu mengalami transformasi di sepanjang hidup. Sesungguhnya jika kita dapat menjalani hari-hari hingga detik ini dan bisa menikmati berkat-berkat-Nya, itu semua adalah karena anugerah-Nya semata.  Kalau bukan karena tangan Tuhan yang menuntun dan menopang, kita pasti tidak memiliki kesanggupan untuk menjalani dan melewati hari-hari yang berat selama lebih dari dua tahun terakhir ini.  Karena itu kita harus tetap berkeyakinan bahwa di hari-hari mendatang Tuhan pasti tetap menyertai dan terus melanjutkan perbuatan baik-Nya atas kita,  “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”  (Filipi 1:6). Hari ini dalam rangka mensyukuri ulang tahun saya, kita akan merenungkan satu topik: “TRANSFORMASI HIDUP”. Bacaan Sabda saya ambil dari 1 Korintus 15:1-11 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, seringkali kita merasa tidak puas dan menggerutu dengan keadaan kita saat ini, Pengalaman buruk di masa lalu terkadang terus menghantui perjalanan hidup kita. Inilah yang membuat kita tak dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Andaikata kita dapat menyadari keadaan diri sendiri, seberapa kekuatan atau kelemahan kita, kita akan lebih dapat menerima diri kita sebagaimana adanya. Sahabat, bagaimana pun keadaan kita di masa lalu janganlah menjadi masalah yang dibesar-besarkan. Yang penting adalah keadaan kita sekarang ini yaitu “…bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan , dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci,” (ayat 3b-4). Keberadaan kita adalah karena kasih karunia Allah. Rasul Paulus tidak merasa rendah diri atau menyalahkan dirinya di masa lalu. Sebaliknya dia semakin giat bekerja buat Tuhan tanpa merasa lelah atau menggerutu meski harus menghadapi banyak penderitaan. Paulus mengakui, “…aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetap karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (ayat  9-10). Sahabat, pernahkah kita merenungkan waktu dan peristiwa hidup yang telah kita tempuh sampai saat ini? Apakah kita sungguh menyadari bahwa ada begitu banyak pemberian Allah yang membuat kita ada sebagaimana adanya saat ini? Memang, tidak semua berupa pengalaman yang manis. Mungkin saat ini juga kita sedang mengalami pergumulan yang berat. Tetapi, biarlah kita tetap percaya bahwa kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kita tidak sia-sia. Selalu ada transformasi kehidupan di dalam kasih karunia-Nya. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini,jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 10? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pertolongan dan berkat Tuhan pasti datang tepat pada waktunya. (pg).

JAGALAH Perkataan Kita

Sahabat, seorang perempuan kulit putih mengajak anaknya naik taksi yang dikemudikan laki-laki  berkulit hitam. Anak tersebut baru pertama kali melihat orang berkulit hitam sehingga ia ketakutan, “Bu, apakah orang itu penjahat? Apakah yang dilakukannya sehingga kulitnya begitu hitam?” Sang sopir terdiam sedih. Ibu itu menjelaskan, “Bukan, Nak. Ia orang yang baik. Kamu ingat ketika kita bermain di kebun bunga? Ingat biji-biji bunga yang kita lihat itu? Banyak yang berwarna hitam, tetapi bunga yang memenuhi taman itu berwarna-warni!” Anak itu mengangguk-angguk. Kini ia tersenyum, tidak takut lagi pada sang sopir taksi. Sahabat, menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan itu baik dan perlu. Namun jangan lupa bahwa ada bahaya yang mengancam lewat mulut yang tidak terjaga. Karena itu jagalah perkataan kita. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Amsal dengan topik: “JAGALAH Perkataan Kita”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 15:1-33 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat, topik hari ini mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan  sangat luar biasa.  Apalagi kita sebagai orang percaya harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui perkataan  (1 Timotius 4:12b). Di ayat pertama, penulis Amsal 15 membandingkan antara jawaban yang lemah lembut dengan perkataan yang pedas.  Di ayat yang kedua, dia membandingkan antara lidah orang bijak dengan mulut orang bebal. Sedangkan di ayat ketujuh, dia membandingkan bibir orang bijak dengan hati orang bebal. Lebih lanjut Sang Penulis menjelaskan bahwa  hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat (ayat 28). Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan (ayat 2), tetapi lidah curang melukai hati (ayat 4). Menyadari betapa besar peran perkataan,  Pemazmur memiliki tekad, untuk menjaga diri, supaya jangan berdosa dengan lidahnya, ia hendak menahan mulutnya dengan kekang (Mazmur 39:2), dan memohon Tuhan untuk mengawasi mulut dan berjaga pada pintu bibirnya (Mazmur 141:3). Pengalaman hidup kita dalam bermasyrakat bercerita bahwa cukup banyak orang menggunakan mulutnya untuk mengucapkan kata-kata yang melemahkan dan menghancurkan kehidupan orang lain. Hampir setiap berbicara, dari mulutnya keluar:  Silet, pisau, parang, clurit, golok, samurai,  yaitu perkataan yang menyayat, menyakiti, melukai dan memedihkan perasaan orang lain. Sahabat, hendaklah kita menggunakan mulut secara bijak sehingga jawaban dan penjelasan kita dapat membangun, menguatkan orang lain, menenangkan dan menyejukkan suasana. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari Yakobus 1:26? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” (Amsal 21:23). (pg).

KEANGKUHAN mendatangkan HUKUMAN

Sahabat, kapan biasanya kita mendengar orang meratap dan berkabung?  Ketika kita menghadiri sebuah acara pemakaman, atau ketika kita ditinggalkan oleh orang yang terkasih untuk selama-lamanya  Saat kita sedang berada di rumah duka dalam keadaan meratap dan berkabung saat itulah kita menyadari betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini;  dan kita pun diingatkan untuk lebih memperhatikan hidup, tidak lagi sembrono dan menghargai betapa pentingnya waktu dan kesempatan. Dalam kitab Yesaya 15:2 dinyatakan bahwa ratapan dan perkabungan harus dialami oleh orang-orang di Moab.  Tuhan menjatuhkan hukuman dan malapetka atas mereka oleh karena mereka memberontak kepada Tuhan dan melakukan banyak kejahatan.  Kita tahu bahwa orang-orang Moab adalah keturunan Lot dari hasil inses (persetubuhan   sedarah)  dengan anak kandungnya.  Suku bangsa Moab dikenal sebagai suku bangsa yang keras kapala dan tegar tengkuk. Suku bangsa Moab adalah suku bangsa yang angkuh, mereka lupa akan asal-usul mereka yang dicap menjadi kekejian bagi TUHAN, bahkan sampai TUHAN melarang suku bangsa Moab untuk masuk menjadi bagian di dalam rumah TUHAN (Ulangan 23:3). Keangkuhan mereka mendatangkan hukuman yang mengerikan. Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “KEANGKUHAN mendatangkan HUKUMAN”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 15:1 – 16:14. Sahabat, Allah mengizinkan Asyur menghancurkan dua kota paling penting di Moab, yaitu Ar-Moab dan Kir-Moab dalam satu malam (Yesaya 15: 1). Penduduknya berlarian karena tidak bisa menyelamatkan diri. Siapa yang mampu menolong mereka? Orang Moab pergi ke bukit-bukit penyembahan untuk menyembah dewa-dewi sembahan mereka di Dibon (Yesaya 15:2), padahal berhala itu hanya diam dan tidak mampu berbuat apa-apa. Tindakan mereka itu membuat Allah makin murka. Jeritan dan perkabungan terdengar di seluruh kota. Tentara yang gagah sekalipun tak mampu bertindak. Atas segala penderitaan yang terjadi, Yesaya menjerit karena tak sanggup menyaksikannya (Yesaya 15:2-9). Gambaran dari penghakiman dan penghukuman TUHAN kepada Moab dipaparkan dalam Yesaya 16:7-8. Sahabat, Allah bukan tidak pernah memberikan peringatan kepada Moab agar bertobat, menanggalkan keangkuhannya, lalu berpaling kepada Allah dan menyembah-Nya. Ada keselamatan melalui takhta Daud. Rencana Allah untuk menyelamatkan Moab dari kebinasaan bukan tidak pernah disampaikan nabi kepada mereka. Karena keangkuhan, mereka tidak mau mendengarkan dan tunduk kepada perkataan Allah. Peristiwa kehancuran Moab membuktikan bahwa Allah tidak kompromi terhadap umat yang menyembah berhala. Tetapi melalui Mesias, Allah menyediakan keselamatan bagi mereka yang mau bertobat dan setia kepada-Nya. Sahabat, keangkuhan  akan mendatangkan penghakiman dan penghukuman. Di satu sisi,  keangkuhan seseorang akan membuatnya mengandalkan dirinya sendiri; dan di sisi yang lain,  keangkuhan itu membuatnya menolak TUHAN dan tidak percaya kepada-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari Yesaya 15:2-9? Apa yang Sahabat pahami dari Yesaya 16:7-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.”  (Ayub 5:17). (pg).

MENYEMBAH BERHALA: Membuat TUHAN MURKA

Sahabat, mendengar kata berhala, hampir semua orang pikirannya langsung tertuju kepada sesuatu yang berwujud patung, pohon besar, kuburan kuno, keris, ukiran, jimat, atau hal-hal yang berkaitan dengan dunia perdukunan atau paranormal, yang didewakan, disembah, dikultuskan, diagungkan dan dipuja-puja.  Itu tidak salah!  Semuanya adalah bentuk-bentuk berhala yang secara kasatmata dapat terlihat, di mana cukup banyak orang datang untuk menyembah.  Tapi dalam teks bahasa Yunani, berhala adalah idololatres, ini berkaitan erat dengan pengabdian atau pelayanan.  Jadi berhala adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk melakukan pengabdian atau pelayanan terhadap suatu obyek tertentu, selain Tuhan. Satu hal yang sudah pasti, menyembah berhala membuat Tuhan murka. Menyembah berhala membuat Tuhan menghakimi dan menghukum siapa yang melakukannya. Waspadalah! Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “MENYEMBAH BERHALA: Membuat TUHAN MURKA”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 17:1-14 dengan penekanan pada ayat 7-8. Sahabat,  Tuhan tegas melarang umat ciptaan-Nya menyembah berhala atau membuat patung untuk disembah (Imamat 19:4). Secara logika saja jelaslah bahwa berhala atau patung adalah buatan tangan manusia sendiri, mungkinkah ia dapat menolong dan menyelamatkan para pemujanya? Kehancuran Moab diikuti oleh kehancuran bangsa-bangsa lain. Hal itu karena mereka melupakan Allah dan kebenaran-Nya. Sungguh tragis. Hal ini merupakan ucapan Allah yang diberikan melalui nabi Yesaya. Damsyik (ibukota Kerajaan Aram) akan dihancurkan: Rumah, gerbang, dan benteng-bentengnya akan diruntuhkan, dan penduduknya dijadikan tawanan. Kemuliaan Damsyik dihancurkan menjadi reruntuhan dan puing-puing. Efraim (Kerajaan Israel Utara)  pun akan dibuat-Nya menderita. Benteng-benteng Israel dan kerajaan sepuluh suku akan hancur. Kubu-kubu akan hilang dari Efraim karena Efraim bersekutu dengan Aram dan bersepakat menyerang Yehuda secara biadab (ayat 1-6). Allah murka kepada mereka yang ikut serta mengambil bagian dalam tindakan dosa. Perbuatan mereka setimpal dengan hukuman yang mereka terima. Pada akhirnya, mereka yang tersisa meninggalkan berhala dan berbalik kepada Allah Israel.Tak ada gunanya bersandar pada berhala karena ilah buatan manusia tidak bisa membantu umatnya (ayat 7-8). Selain itu, Allah bukan hanya menghardik, tetapi juga menghancurkan bangsa-bangsa yang terus-menerus meneror dan mengancam umat Allah. Dalam sekejap Allah menghancurkan kekuatan para musuh, sekalipun kekuatan mereka terlihat tangguh (ayat 10-14). Sahabat, masalah penyembahan berhala bukanlah masalah yang sepele atau bisa kita remehkan.  Jika kita melanggarnya ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Tuhan yang adalah Sang Pencipta langit dan bumi dan segala isinya, tidak menghendaki umat yang diciptakan-Nya menyembah kepada allah lain, selain Dia, Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang bertahta di dalam Kerajaan Surga. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Peringatan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Di mata Tuhan menyembah berhala adalah dosa yang sangat mematikan, sebab Ia telah berfirman:  “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”  (Keluaran 20:3). (pg).

ReKat: TUNAS menjadi KEPERMAIAN dan KEMULIAAN (29 Agustus 2022)

Bacaan Sabda: Yesaya 4 : 2 – 6 Dari hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Hikmat yang saya peroleh: Sesungguh Allah yang akan bertindak membangkitkan tunas kecil, dari tunas kecil itulah yang justru kemudian akan menghasilkan buah yang berlipat ganda. Pada waktu yang bertepatan yaitu saat Yerusalem dihancurkan dan bangsa Yahudi tersebar,  kerajaan Mesias akan didirikan. Kristus ditinggikan, Dialah Tunas yang ditumbuhkan. Hamba-Ku Sang Tunas, tunas keadilan. Suatu tunas yg keluar dari tunggul Isai. Pemahaman saya dari ayat 5-6: Allah akan menjadi pelindung sejati untuk Jemaat-Nya yang dikasihi  termasuk di dalamnya semua orang, milik-Nya. Mereka dimurnikan dan diperbaharui, sehingga mereka tidak akan rentan terhadap ancaman berbagai marabahaya yang datang menerjang. Allah yang akan memberikan perhatian-Nya kepada mereka, orang-orang  yang dikuduskan,  yang dilindungi dengan kasih sayang-Nya. Allah menjadi Pembimbing dan Penjaga mereka. (Haryono)