Janganlah TAKUT, Akulah yang MENOLONG engkau. Meme Firman Hari Ini (29 Agustus 2022).
Dialah yang MENYINGKAPKAN hal-hal yang TIDAK TERDUGA. Meme Firman Hari Ini (28 Agustus 2022).
Si BIJAK dan Si PENCEMOOH
Sahabat, KONTRAS itu selalu menarik perhatian. Apa itu kontras? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) mencatat: Kontras memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila diperbandingkan; memperlihatkan perbedaan nyata (dalam hal warna, rupa, ukuran, dan sebagainya). Kontras itu memiliki daya tarik yang sangat kuat karena memperlihatkan perbedaan yang menyolok. Dunia selalu berada dalam dua sisi yang saling kontras. Kebaikan kontras dengan kejahatan. Kekayaan kontras dengan kemiskinan. Kejujuran kontras dengan kebohongan. Keadilan kontras dengan ketidakadilan. Kebijakan kontras dengan kebodohan. Namun, di balik realitas tersebut, kita mempunyai kesempatan untuk memilih: Apakah kita mau menjadi Si Bijak atau Si Pencemooh. Hari ini kembali kita belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Si BIJAK dan Si PENCEMOOH.” Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 9:1-18 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, pada masa Perang Salib banyak kekonyolan terjadi dengan mengatasnamakan Tuhan. Suatu saat penguasa Yerusalem bernama Guy de Lusignan maju melawan pasukan Sultan Saladin. Sebenarnya ia sudah diperingatkan oleh penasihatnya untuk tidak nekat berperang di luar kota Yerusalem karena mereka akan sulit memperoleh air minum di tengah gurun yang ganas. Apalagi, mereka menghadapi pasukan Saladin yang lebih berpengalaman di padang pasir. Sayang, ia mengabaikan nasihat tersebut, bahkan ia berkata dengan lantang bahwa perang itu merupakan kehendak Tuhan. Hasilnya, ia dikalahkan oleh pasukan Saladin yang memang lebih menguasai medan. Amsal 9, khususnya ayat 7-9, membandingkan antara Si Bijak dan Si Pencemooh. Si Bijak tidak takut dan tidak marah apabila diberi masukan, termasuk kecaman atau teguran yang keras. Ia mampu menerima dan mengolah kritik sebagai sarana untuk membangun dirinya. Ia memiliki kelenturan dan kelembutan yang luar biasa terhadap kritik. Ia tidak mudah dihancurkan oleh kritik. Sebaliknya, Si Pencemooh tidak suka terhadap kritik dan membenci orang yang menasihatinya. Ia cenderung menganggap masukan sebagai serangan pribadi. Sahabat, pada waktu dinasihati, bagaimana reaksimu? Apakah kamu mengakrabi atau memusuhi masukan? Memang, tidak semua masukan berguna dan harus diterima. Tetapi, mendengarkan masukan menuntun Sahabat lebih bijaksana dan penuh pertimbangan. Sebaliknya, bila kita menutup telinga terhadap masukan, kita kehilangan kesempatan untuk diperbaiki dan dijaga oleh masukan yang baik! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa perbedaan orang yang bijaksana dengan seorang pencemooh dalam menghadapi kritik? Mengapa Salomo menggambarkan kebijaksanaan dan kebodohan seperti seorang wanita yang membujuk kita? (Ayat 13-18) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bagaimana sikapmu setiap kali menerima kritik dari orang lain? Belajarlah menilai diri sendiri dengan jujur! (pg).
Ketika SALOMO berbagi HIKMAT
Sahabat, ada cukup banyak orang mengalami penderitaan yang berat dalam kehidupannya sebagai buah dari pengambilan keputusannya di masa lalu yang keliru karena tergesa-gesa dan tidak berpikir panjang. Di satu sisi, kita merasa iba terhadap orang seperti itu. Namun, disisi lain, kita belajar bahwa persoalan hidupnya disebabkan oleh ketidakmengertiannya sendiri. Ketika seseorang tidak sungguh-sungguh mencari HIKMAT sebelum memutuskan sesuatu, ia akan menanggung akibat yang buruk di kemudian hari sebagai konsekuensinya. Malcolm Muggeridge adalah seorang wartawan dan kritikus sosial yang terkenal dari Inggris. Ia beriman kepada Kristus pada usia 60 tahun. Di ulang tahunnya yang ke-75, ia memberikan 25 butir hasil pengamatannya yang mendalam tentang kehidupan ini. Salah satunya: “Saya tidak pernah bertemu seorang kaya yang bahagia, tetapi saya sangat jarang bertemu orang miskin yang tidak ingin menjadi kaya.” Sebagaian besar dari kita tentu setuju bahwa uang tidak akan membuat kita bahagia. Namun menariknya, kita selalu ingin memiliki lebih banyak uang untuk memastikan pendapat kita. Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Ketika SALOMO berbagi HIKMAT”. Bacaan Sabda hari ini saya ambil dari Amsal 8:1-21. Sahabat, Amsal 8 berbicara tentang pentingnya kita mencintai dan memiliki hikmat. Hikmat adalah suatu ketrampilan hati yang berasal dari Tuhan dalam mengambil keputusan di tengah situasi tertentu berdasarkan pengetahuan, kecerdasan, dan sikap yang menghormati Tuhan (ayat 7, 9-10, 12-14). Orang yang berhikmat akan diganjar kebahagiaan, kehormatan, bahkan kehidupan yang menyenangkan Tuhan dan sesama. Sahabat, kekayaan bersih Raja Salomo konon berjumlah lebih dari dua triliun dolar AS. Meskipun sangat kaya, ia sadar bahwa uang memiliki banyak keterbatasan. Amsal 8 didasarkan pada pengalamannya dan berisi “WEJANGAN HIKMAT” yang ditujukan kepada semua orang: “Hai, umat manusia, kepadamu aku berseru; setiap insan di bumi, perhatikanlah himbauanku. Yang kukatakan, betul semua, sebab aku benci kepada dusta.” (ayat 4 dan 7 BIS) Salomo melanjutkan himbauannya: “Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan. Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (ayat 10-11). Hikmat berkata, “Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan. Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan, supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka” (ayat 19-21). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa hubungan hikmat dengan pengetahuan, kebenaran, dan keadilan? Apa saja berkat yang tersedia bagi orang yang mencintai hikmat? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Apakah Sahabat termasuk orang yang mencintai hikmat? Berdoalah supaya Sahabat diberikan kerendahan hati dan kecintaan akan hikmat. (pg).
HUKUMAN menimbulkan PENDERITAAN
Sahabat, hukuman dan penderitaan adalah buah yang dipetik bila peringatan atau teguran diabaikan. Nasihat orang bijak: “Orang harus menjaga kebaikannya, karena itu adalah investasi yang baik bagi kehidupan”. Artinya, orang yang selalu berbuat baik, pasti menuai kebaikan sepanjang hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga kebaikannya, tentulah akan menuai keburukan. Tinggi hati, tidak mendengarkan teguran Tuhan, tidak beribadah kepada Tuhan, dan tidak memuliakan nama Tuhan adalah sifat dan kebiasaan buruk manusia yang pasti akan membawa kepada hukuman yang menimbulkan penderitaan. Pengalaman kita dalam hidup bermasyarakat bercerita betapa sering kita menjumpai dalam beberapa kasus berskala nasional yang terungkap, banyak upaya dilakukan manusia untuk menutupi kesalahannya. Misalnya, dengan mengarang cerita bohong, lalu menyalahkan orang lain demi menyelamatkan diri. Akibatnya, orang lain dipersalahkan atas kesalahan yang tidak pernah dibuatnya. Hari ini kita tetap melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “HUKUMAN menimbulkan PENDERITAAN”. Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya Yesaya 9:7 – 10:4. Sahabat, melalui nubuat Yesaya, Allah hendak menyatakan hukuman-Nya terhadap Israel Utara (Samaria) karena menunjukkan kesombongannya. Allah mengingatkan agar Israel kembali kepada-Nya, namun mereka acuh tak acuh. Efraim dengan sesumbar mau membangun kembali negerinya lebih kuat dan gagah setelah dihancurkan oleh Kerajaan Asyur (ayat 7-9). Selain itu, terjadi ketidakadilan dalam mengejar kekayaan. Israel tidak bisa diperbaiki karena tidak mau meninggalkan dosa-dosanya dan kembali kepada Allah. Para pemimpin tidak memberi contoh yang baik, malahan melakukan tindakan jahat (ayat 13-15). Berkali-kali Allah memberikan peringatan untuk bertobat, namun mereka tidak mengindahkannya, bahkan kejahatan mereka semakin menjadi-jadi. Para pemimpin menindas rakyat dengan biadab dan menyalahgunakan kekuasaannya. Efraim dan Manasye terlibat perang saudara karena keegoisan dan kefasikan mereka (ayat 17-20). Sahabat, siapa pun yang melakukan kesalahan harus siap menerima hukuman. Sayangnya, banyak orang menghindar dari hukuman dan berupaya membenarkan diri dengan berbagai macam alasan dan argumen. Lebih parah lagi, mereka menganggap tindakannya sebagai hal yang benar. Tuhan akan menghukum setiap kejahatan dan ketidakadilan. Contohnya, peperangan antara Efraim dan Manasye yang membawa penderitaan tidak luput dari hukuman Tuhan. Marilah kita menjauhkan diri dari perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang dapat mendatangkan hukuman dan penderitaan! Ingat! Kesempatan itu anugerah Tuhan, jangan diabaikan, agar kita menuai kebaikan-kebaikan Tuhan, bukan hukuman yang menimbulkan penderitaan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 13-15? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hukuman akan menimbulkan penderitaan, bahkan rasa malu yang mendalam. (pg)