PENDOSA dipilih MENJADI UTUSAN

Sahabat, bertemu dengan orang yang sangat kita hormati tentu menyenangkan dan sekaligus menggetarkan. Bagaimana kalau manusia berjumpa dengan Tuhan? Tentu hal yang jauh lebih menakjubkan dan menggetarkan. Itulah yang merupakan harapan banyak orang. Hari ini kita masih tetap melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “PENDOSA dipilih MENJADI UTUSAN”. Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 6:1-13 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, siapakah yang dipanggil oleh Tuhan untuk berkarya bersama dengan Dia? Apakah mereka yang mempunyai kesempurnaan, kesucian, kemampuan, ketampanan, kepintaran,  dan kefasihan? Kematian Raja Uzia membuat keadaan Yehuda tidak kondusif. Umat hanyut dalam ritual penyembahan berhala. Perilaku mereka menyimpang dan menjauh dari persekutuan dengan Tuhan. Walaupun keadaan Yehuda sudah tidak seperti yang Tuhan harapkan, ternyata Ia tidak tinggal diam. Setelah rentetan berita penghukuman, Tuhan tetap memperhatikan umat-Nya. Ia memberi mereka pengharapan dengan mengutus seorang nabi. Nabi ini menjadi juru bicara Tuhan dalam menyampaikan pesan-Nya kepada umat. Ketika Tuhan hendak mengutus nabi-Nya, terlebih dahulu Ia mempersiapkan nabi itu agar layak menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Cara Tuhan mengutus Yesaya digambarkan dengan luar biasa. Dalam penglihatannya, Yesaya melihat Tuhan! (ayat 1) dan para Serafim yang berseru tentang kekudusan-Nya (ayat 3). Penglihatan itu menggetarkan hati Yesaya. Dengan penuh ketakutan ia berseru, “Celakalah aku! Aku binasa!” (ayat 5). Sebab Yesaya menyadari bahwa dirinya berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, Tuhan sendiri yang berkenan melayakkan hamba-Nya (ayat 7). Yesaya pun diutus menjadi nabi di tengah-tengah bangsa yang keras hati (ayat 8). Di satu sisi, ada perasaan bangga dan bahagia saat Yesaya melihat Tuhan, namun di sisi lain ada perasaan yang mencekam dan menakutkan yang dialami oleh Yesaya. Ditambah lagi ada seruan yang menggetarkan dari para Serafim tentang hakikat Tuhan yang kudus. Dengan perasaan takut dan gentar Yesaya mengakui bahwa dirinya tidak pantas berada di hadapan Tuhan. Yesaya pun mengakui bahwa dirinya hidup di tengah lingkungan yang najis bibir dan ia pun tertular oleh kenajisan itu. Sahabat, Tuhan tahu kondisi Yesaya dan Ia tidak mempersoalkan hal tersebut. Dengan cara yang ajaib, Tuhan menghapus kesalahannya dan mengampuni hamba-Nya (ayat7). Kini, Yesaya diminta untuk menjadi utusan Tuhan. Dengan kemantapan hati Yesaya menyerahkan dirinya pada misi Tuhan (ayat 8). Ia menyatakan kesiapannya untuk menjadi penyambung lidah Tuhan untuk menyatakan penghukuman bagi bangsanya. Namun, Yesaya bertanya sampai berapa lama berita penghukuman itu akan disampaikan? (ayat 11a). Jawaban Tuhan tegas, yakni sampai seluruh wilayah Israel menjadi sunyi sepi (ayat 11b). Setelah itu barulah tumbuh tunas yang kudus (ayat 13). Sahabat, sesungguhnya dalam hal melayani, Tuhan tidak mencari orang saleh dan benar untuk mewujudkan kehendak-Nya di dunia. Yang dibutuhkan oleh Tuhan adalah orang yang mau diubahkan oleh Firman-Nya. Bagaimana dengan saya dan Sahabat? Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menjadi utusan Tuhan merupakan kehormatan bagi kita. (pg).