Kamu MENGUASAI DIRI menurut ukuran iman. Meme Firman Hari Ini (26 Agustus 2022).
Allah yang memberi PERTUMBUHAN. Meme Firman Hari Ini (25 Agustus 2022).
Janganlah kamu menjadi hamba uang. Meme Firman Hari Ini (24 Agustus 2022).
Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi. Meme Firman Hari Ini (23 Agustus 2022).
ReKat: SIKAP KITA atas PERISTIWA yang MENIMPA (22 Agustus 2022)
Bacaan Sabda: Kejadian 50 : 15 – 21 Dari hasil perenunganku dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Kitab Kejadian dimulai dengan asal mula terang dan kehidupan, dan diakhiri dengan kematian dan kegelapan. Generasi penerus (Yusuf), melakukan penghormatan terakhir kepada orangtua (Yakub) didasari oleh kesungguhan dan ketulusan dari kedalaman hatinya. Khususnya dari ayat 20 saya mendapatkan bahwa Allah merancangkan pemeliharaan hidup suatu bangsa yang besar. Berbicara tentang pemeliharaan Allah, sungguh nyata dialami oleh bangsa Mesir, bangsa sekitar dan keluarga Yakub dan keturunannya. Maka sikap saya atas petistiwa yang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan saya dan keluarga: Taat kepada kehendak-Nya, hidup sesuai kehendak-Nya, dan menyadari ketidakberdayaan dan keterbatasan diri. Ada pun pemahaman atas ayat 17- 18 yaitu saudara-saudara Yusuf sangat ketakutan karena mereka mengira Yusuf masih mengingat segala perbuatan jahat mereka dan akan membalas dendam ketika ayah mereka sudah meninggal dunia. Tapi kenyataannya Yusuf justru punya pemahaman berbeda, Yusuf sudah mengampuni dan melupakan segala kesalahan saudara-saudaranya. Bagi Yusuf, rancangan Tuhan digenapi melalui serentetan peristiwa yang dia alami. (Haryono)
Menolak air SYILOAH, Memeluk air sungai EFRAT
Sahabat, boleh saja kita minta pertolongan atau bantuan dari orang lain, tapi bukan berarti kita boleh mengandalkan manusia atau berharap penuh kepada manusia, sebab bagaimana pun manusia tak lebih dari alat yang dipakai Tuhan. Kadangkala Tuhan memakai seseorang atau menggerakkan hati seseorang untuk menolong, karena itu kita harus tetap belajar menghormati, menghargai dan tidak lupa berterima kasih kepada orang yang telah menolong kita. Tetapi kita harus memahami benar bahwa pertolongan dan mukjizat bagi kita sesungguhnya bukan datang dari manusia, tapi Tuhan yang bekerja di dalamnya. Mengapa Tuhan memperingatkan kita untuk tidak mengandalkan manusia? Karena kekuatan dan kemampuan manusia sangat terbatas, dan hati manusia cenderung mudah sekali berubah. Karena itu jangan mengandalkan kuasa, kekuatan, dan hikmat manusia. Berhentilah berharap dan mengandalkan manusia! Karena ketika kita mulai mengandalkan manusia, kita akan sepenuhnya di bawah kendali manusia. Ingat, sumber pertolongan dan sumber keberhasilan kita adalah Tuhan, bukan manusia! Tidak ada pilihan lain selain kita harus hidup mengandalkan Tuhan! Jangan sampai kita menolak air Syiloah, dan memeluk air sungai Efrat. Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Menolak air SYILOAH, dan Memeluk air sungai EFRAT”. Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 8:1-10 dengan penekanan pada ayat 6. Sahabat, Ahas, raja Yehuda, merasa sangat takut. Raja Aram dan raja Israel telah bersatu untuk memerangi Yerusalem. Dua kerajaan besar lainnya, Mesir dan Asyur juga menjadi ancaman bagi Yehuda. Saat itulah Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepadanya, agar ia mengandalkan Tuhan. Namun Ahas memilih untuk mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengabaikan firman Tuhan. Ia lebih memilih percaya kepada para berhalanya, bahkan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api. Ia pun mengikat perjanjian dengan raja Asyur. Ia rela membayar upeti dan tunduk kepada Asyur, asalkan Yehuda diselamatkan dari tangan raja Aram dan Israel (2 Raja-Raja 16). Melalui Yesaya, Tuhan menggambarkan sikap Raja Ahas itu sebagai tindakan menolak air Syiloah yang mengalir lamban. Syiloah (nama dalam bahasa Ibrani, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut Siloam) adalah kolam di Yerusalem yang menjadi sumber air suci yang digunakan untuk berbagai upacara di Bait Allah. Sebaliknya, Ahas memeluk air sungai Efrat yang kuat dan besar, sebagai gambaran Asyur. Sahabat, Ahas beranggapan bahwa hikmat dan kuasa manusia lebih hebat dari kuasa Allah. Ia mengira Asyur akan menjadi penyelamatnya. Padahal nantinya, Asyur sendiri menjadi ancaman baginya, serupa sungai besar yang meluap dan menenggelamkan mereka (ayat 7-8). Ahas memilih mengandalkan hikmat manusia, dan ia berakhir dengan kegagalan. Kiranya kita dapat memetik pelajaran dari kesalahannya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari kita mendorong diri untuk sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, dan percaya bahwa Ia akan memberikan jawaban atas apa yang kita imani. (pg).
KUTUK marani SUNDUK
Sahabat, ada paribasan (ungkapan dalam bahasa Jawa) yang berbunyi: Kutuk marani sunduk. Secara harifiah artinya sebagai berikut: Kutuk artinya ikan gabus; maraniartinya menghampiri; sedangkan sunduk artinya alat yang digunakan untuk membawa ikan hasil pancingan dengan cara memasukkan alat ini ke mulut dan dikeluarkan melalui insangnya. Jadi secara harfiah arti dari Kutuk marani sunduk yaitu ikan gabus yang meghampiri sendiri alat yang digunakan untuk menangkapnya. Paribasan itu merujuk kepada orang yang menghampiri perantara kematiannya. Sedangkan arti yang tersirat dari paribasan tersebut adalah Njarak marani bebaya (baca: njarak marani beboyo) yang artinya berjalan mendekati bahaya. Peribahasa ini merujuk kepada orang yang melakukan perbuatan berbahaya atau mendatangi bahaya bagi dirinya sendiri. Saat ini sering kita menemui di media sosial konten-konten yang berbahaya demi kata viral. Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang berbahaya. Maka perbuatan tersebut sama dengan maksud dari paribasan: Kutuk marani sunduk. Maka sebaiknya janganlah kita melakukan perbuatan bodoh yang membahayakan nyawa hanya demi kata viral. Hari ini kita masih melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “KUTUK marani SUNDUK”. Untuk itu Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 7:6-27. Sahabat, anak muda yang menikmati dosa perzinaan diibaratkan seperti: Kutuk marani sunduk. Mengapa? Karena mereka dengan sengaja menghampiri godaan tersebut (ayat 7-8). Kita tidak tahu apa motifnya, namun yang jelas anak muda lugu itu sedang menjerumuskan dirinya sendiri. Apalagi, si perempuan licik tersebut bukan sosok yang mudah menyerah. Dia menggunakan berbagai trik dan rayuan mautnya, sehingga anak muda yang lugu dan bodoh tersebut akhirnya jatuh ke dalam godaan (ayat 10-21). Bahkan, Amsal menyebut anak muda itu seperti lembu yang akan dibawa ke pejagalan (ayat 22), seperti burung yang masuk perangkap, namun tidak sadar hidupnya sedang terancam (ayat 23). Sahabat, penulis Amsal dengan serius menasihati agar anak muda tidak masuk dalam perangkap perempuan tersebut (ayat 25). Pasalnya, banyak orang yang telah mati dibunuh dan akhir dari semua itu adalah masuk ke dalam dunia orang mati (ayat 26-27). Senada dengan Amsal, Rasul Paulus juga pernah menulis hal serupa dalam Roma 6:15-23. Paulus menuliskan tentang kemerdekaan seorang anak Tuhan, yaitu ketika terbebas dari belenggu dosa. Satu-satunya yang dapat membebaskan dari belenggu dosa adalah Tuhan Yesus Kristus. Sahabat, selama kita masih hidup, kita akan menemukan “perempuan-perempuan” licik seperti itu. Jangan terjebak! Penulis Amsal telah mengingatkan kita akan konsekuensi-konsekuensinya yang sangat mengerikan. Bersyukur kita mengenal Yesus Kristus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Oleh karena itu, akuilah bahwa kita adalah anak muda bodoh yang terbelenggu. Kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk melepaskan diri kita dari belenggu dosa yang menjerat kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nasihat apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7-9? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Iblis mengetahui titik kelemahan kita, pencobaan apa yang paling tepat untuk menggoda kita, kapan waktu untuk menawarkannya. (pg).
Jika kamu PERCAYA, kamu TEGUH Jaya
Pernahkah Sahabat mendapat ancaman dan tekanan dari pihak yang lebih kuat? Biasanya hal seperti itu akan mendatangkan kepanikan, kegelisahan, bahkan ketakutan yang menguras tenaga dan pikiran. Bisa saja hal tersebut menyita fokus hidup kita. Hidup menjadi tidak produktif bahkan kita bisa sampai meragukan keberadaan Tuhan. Sesungguhnya banyak hal bisa membuat hati kita tidak tenang: Sakit yang lama belum sembuh, pekerjaan yang sedang bermasalah, keluarga yang sedang mengalami pergumulan, dan sebagainya. Namun, jika kamu percaya, kamu teguh jaya. Hari ini kembali kita akan mempelajari kitab Yesaya dengan tema: “Jika kamu PERCAYA, kamu TEGUH Jaya.” Untuk itu Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 7:1-9 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, Israel telah terpisah menjadi dua negara, yaitu bagian Utara disebut Israel dan bagian Selatan yang disebut Yehuda (ayat 1). Saat itu tengah terjadi perlawanan terhadap Kerajaan Asyur. Rezin (Raja Aram) dan Remalya (Raja Israel) telah bersekutu mengajak Ahas, Raja Yehuda. Namun ajakan mereka ditolak oleh Ahas. Itu sebabnya Aram dan Israel hendak menyerang Yehuda. Di tengah situasi yang panas, Yesaya hadir dan meminta Ahas tidak perlu takut (ayat 4) dan menyarankan agar ia percaya sehingga menjadi teguh jaya (ayat 9). Keadaan Yehuda memang serbasalah. Dalam perhitungan politik, melawan Kerajaan Asyur bukan perkara gampang. Sedangkan ajakan untuk bersekutu yang ditawarkan Rezin dan Remalya belum tentu mampu mengalahkan Asyur. Bagi Ahas, hal tersebut bukan menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah baru. Karena itu, Ahas mengambil keputusan menolak ajakan Rezin dan Remalya. Keputusannya itu tentu membuat Rezin dan Remalya marah. Kedua raja tersebut bersiap menyerang Yehuda. Situasi genting dan memanas membuat Ahas dan rakyatnya berada dalam ketakutan (ayat 2). Sahabat, Tuhan mengutus Yesaya untuk memberikan dukungan kepada Ahas agar tidak takut menghadapi ancaman Rezin dan Remalya. Yang dibutuhkan Ahas dan rakyatnya hanyalah berpegang teguh pada Tuhan. Melalui Yesaya, Tuhan menjanjikan bahwa apa yang ditakuti Ahas dan rakyatnya, tidak akan terjadi (ayat 7). Tampaknya janji Tuhan tidak mampu meredakan rasa cemas dan takut pada Ahas. Malahan Ahas mencari perlindungan pada bangsa Asyur (2 Raja-Raja 16:7). Ketakutan Ahas membuatnya mengabaikan keberadaan dan sabda Tuhan. Ahas lebih memilih mengandalkan kekuatan manusia daripada Tuhan. Sahabat, orang yang berada dalam ketakutan sering kali mengambil tindakan gegabah dan jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Alhasil, ketakutan justru menciptakan persoalan baru. Karena itu, kita perlu belajar bahwa di tengah ketakutan semestinya BERPEGANG TEGUH pada JANJI Tuhan. Sebab IA TIDAK PERNAH MENGECEWAKAN kita. Haleluya! Berdasarkan hasil perenunganmudari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3-4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan biarkan rasa takut melumpuhkan keyakinan kita akan kekuatan dan kekuasaan Tuhan! (pg).
Don’t DELAY until TOMORROW
Ada ungkapan lama dalam bahasa Inggris, “Don’t delay until tomorrow, what you can do today”. Jangan tunda sampai besok apa yang dapat kamu lakukan pada hari ini. Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan oleh cukup banyak orang. Menunda pekerjaan yang seharusnya bisa kita kerjakan saat ini adalah suatu tindakan yang justru akan merugikan diri kita sendiri. Sahabat, ada beberapa jenis beruang biasanya berhibernasi (Keadaan istirahat atau tidur pada binatang selama musim dingin). Untuk itu, mereka perlu menimbun cadangan lemak secukupnya sebelum musim dingin datang. Alkisah, seekor induk beruang menyuruh anaknya untuk mulai mempersiapkan diri sejak awal musim gugur dengan mencari makan sendiri. Tetapi, si anak terus menunda-nunda dengan alasan bahwa masih banyak waktu. Akhirnya musim dingin pun tiba. Anak beruang itu mulai cemas karena tubuhnya tidak memiliki cukup lemak untuk bertahan melewati musim dingin. Sudah terlambat, karena di luar sana salju turun semakin lebat, tidak mungkin lagi ia mencari bahan makanan. Sesungguhnya tidak ada tempat, toko, supermarket atau mal di dunia ini yang menjual waktu atau menyediakan waktu cadangan. Semakin kita terbiasa menunda-nunda pekerjaan semakin membuat kita menjadi malas. Ingat! Semakin kita menunda-nunda waktu semakin berat tugas dan pekerjaan kita. Pengalaman hidup kita bercerita, belum lagi selesai mengerjakan pekerjaan pertama, sudah datang lagi pekerjaan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Karena itu don’t delay until tomorrow … Kerjakanlah apa yang dapat kamu kerjakan pada hari ini. Hari ini kita akan melanjutkan belajar kitab Amsal dengan topik: “Don’t DELAY until TOMORROW”. Untuk itu Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 6:1-11 dengan penekanan pada ayat 6. Sahabat, menunda berarti menyia-nyiakan waktu yang ada; menunda berarti kita telah kehilangan waktu, karena waktu yang hilang tidak akan bisa tergantikan. Kalau kita kehilangan suatu barang, kita masih dapat membelinya. Namun sekali kita kehilangan waktu atau kesempatan, itu tidak akan pernah kembali. Menunda-nunda adalah suatu kebiasaan buruk yang sering kali berbuntut panjang. Alkitab mengajarkan kita agar jangan suka menunda-nunda. Bacaan kita pada hari ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan memperbaiki kesalahan yang kita perbuat (ayat 1-5), dan tentang bekerja (ayat 9-11). Di situ dikatakan bahwa kalau kita telanjur berbuat kesalahan, hendaknya kita segera mencari solusi untuk memperbaiki kesalahan kita. Hendaknya kita juga jangan suka menunda-nunda dalam melakukan pekerjaan, agar kita terhindar dari KEMISKINAN dan KEGAGALAN. Sahabat, secara praktis, bagi yang sedang sekolah atau kuliah, belajarlah dari sekarang tanpa harus menunggu ujian mendekat. Bagi yang bekerja, kerjakanlah semua tugas tanpa harus menunggu tenggat waktu mendekat. Bagi Sahabat dan saya, kerjakanlah hari ini apa yang bisa kita kerjakan hari ini, tanpa harus menunda hingga besok. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nasihat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-8? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan membiasakan diri menunda-nunda mengerjakan tugas; Kerjakan saat ini juga apa yang bisa kita kerjakan saat ini. (pg).