ReKat: Tidak Bisa Main PETAK UMPET dengan TUHAN (01 Agustus 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 139:1-24 Dari hasil perenunganmu dari Bacaan Sabda, saya mendapatkan: Dari hasil perenunganku pada hari ini, saya  memperoleh hikmat, bahwaTuhan yang kita sembah adalah: Tuhan yang Mahatahu, Tuhan yang Mahahadir, dan Tuhan yang Mahakuasa. Jadi kita tidak dapat melarikan diri ataupun bersembunyi dari hadapan Tuhan. Respons saya ketika saya semakin  menyadari bahwa Tuhan itu Mahatahu: Saya tidak perlu merasa takut ataupun khawatir di dalam menghadapi badai kehidupan, karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita untuk bergumul sendiri, serta penyertaan-Nya adalah sempurna. Biarlah kita semakin mendekat kepada Tuhan yang Mahatahu dan Mahahadir di dalam segala situasi dan kondisi kehidupan kita. (Swan Lioe)

Haleluya! ALLAH kita UNIK

Haleluya! Sahabat, sering kita mendengar dan mengucapkan kata UNIK. Apa itu unik? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), unik yaitu tersendiri dalam  bentuk atau jenisnya; lain daripada yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain.   Salah satu sifat manusia adalah kagum akan hal-hal yang unik. Sesuatu yang unik akan bernilai lebih, dan keunikan itu kita sematkan pada sesuatu atau satu pribadi yang tidak ada bandingannya. Sudahkah kita  menyadari betapa uniknya Allah kita. Betapa uniknya manusia ciptaan-Nya. Pernahkah Sahabat berpikir,  sudah berapa banyak manusia yang pernah hidup di muka bumi ini semenjak Adam dan Hawa? Adakah yang pernah  sama persis dari ujung rambut sampai ujung kaki? Yang kembar siam sekalipun masih juga bisa kita bedakan. Tidak pernah ada  seorang pun dari kita yang  sama persis. Masing-masing dengan keistimewaannya sendiri, masing-masing dengan keunikannya sendiri, sifat, hobi serta kemampuan atau talentanya sendiri. Betapa uniknya Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Untuk lebih memahami topik tentang: “HALELUYA!  ALLAH kita UNIK”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 147:1-20. Sahabat, Mazmur 147 menguraikan keunikan Allah yang hidup. Allah membangun kota di mana umat-Nya menyembah Dia, dan memulihkan mereka yang patah hati (ayat 2-3). Dia berdiri sebagai pembela kaum yang lemah dan menentang mereka yang fasik (ayat 6). Allah menciptakan bumi dan memelihara segenap ciptaan (ayat 8-9). Ia meneguhkan umat-Nya dan memberkati mereka dengan kesejahteraan hidup (ayat 13-14). Dengan kuasa firman-Nya, Ia memerintah bumi (ayat 15-18) dan berkomunikasi dengan umat pilihan-Nya (ayat 19). Inilah rangkuman segala karya Allah yang diberikan secara unik dan khusus kepada umat-Nya (ayat 20). Sahabat, Pemazmur menegaskan bahwa semua tindakan Allah dikerjakan semata-mata oleh kedaulatan-Nya, tanpa meminta nasihat dari ciptaan-Nya. Maka, satu-satunya respons yang tepat adalah: “Haleluya!” (ayat 1, 20). Pujian inilah yang mengawali dan mengakhiri Mazmur. Allah yang kita sembah di dalam Alkitab adalah Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun dan siapa pun  di dunia ini. Allah kita benar-benar unik. Maka, memuliakan Allah adalah sikap dan tindakan yang seharusnya muncul secara alami dari dalam diri kita. Sayangnya, manusia memilih untuk menghindari Allah. Dosa menjadi penghalang bagi kita untuk melihat dan mengenali kemuliaan Allah yang unik. Keunikan Allah justru digantikan dengan apa yang fana dari dunia ini. Itulah sebabnya, Pemazmur mengingatkan kita kepada pelbagai karya Allah. Dunia tidak mengenali firman Allah, tetapi kita dapat melihat kuasa Allah dan mendengarkan pengajaran-Nya. Seunik itulah pengenalan kita akan Allah! Maka, sekarang kita hidup untuk Allah yang unik, dalam arti menyembah-Nya sebagai satu-satunya Allah yang sejati. Sahabat, kemegahan Allah dinyatakan ketika Dia mampu memperlihatkan keunikan-Nya yang melampaui siapa pun. Kepada Allah yang demikian kita bermazmur dan menyanyikan: “Haleluya!”  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pengertian baru apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Menurut pemahaman Sahabat, apa yang unik dari Mazmur 147? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;”  (Mazmur 147:3). Haleluya!. (pg).

PEMIMPIN yang BIJAKSANA

Sahabat, menemukan pemimpin yang baik,  berkualitas, dan berintegritas tidaklah mudah. Dibutuhkan kepribadian yang bertanggung jawab agar pemimpin yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. Belajar dari Musa, ketika dia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang baik dan berkualitas untuk membantunya mengurus umat Allah, maka kriteria yang pertama yang ditetapkannya yaitu BIJAKSANA (Ulangan 1:13). Lalu apa artinya bijaksana? Secara umum, arti bijaksana adalah sikap seseorang yang selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan logis sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan dan peristiwa. Sikap bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, dan kebeningan hati. Orang yang  bijaksana selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan ilmu pengetahuannya); arif; tajam pikiran, pandai dan hati-hati (cermat dan teliti) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya. Maka kita perlu memiliki pemimpin yang bijaksana. Untuk lebih memahami topik tentang: “PEMIMPIN yang BIJAKSANA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 47:13-26. Sahabat, wabah kelaparan selama tujuh tahun, seperti mimpi Firaun, akhirnya terjadi. Itu menyebabkan segenap  rakyat Mesir bergantung total kepada pemerintah. Dalam situasi ini, Yusuflah yang menjadi penanggungjawabnya. Pada awalnya rakyat memakai uangnya untuk membeli makanan (ayat 15). Setelah uang mereka habis, Yusuf meminta agar makanan ditukar dengan ternak (ayat 16-17). Ketika uang dan ternak pun habis, maka tanah dijadikan sebagai alat tukar. Hingga akhirnya, mereka pun ikhlas menjadi hamba Firaun asal mendapatkan makanan (ayat 19). Kemudian Yusuf membeli seluruh tanah di Mesir. Dia hanya menyisakan tanah para imam karena mereka mendapat tunjangan tetap dari Firaun (ayat 22). Akibatnya seluruh  negeri itu menjadi milik Firaun (ayat 20) serta seluruh rakyat mengabdi menjadi hambanya (ayat 21). Setelah itu Yusuf memberi rakyatnya benih untuk ditanam di ladang yang telah dibeli Firaun. Dia menetapkan bahwa seperlima dari hasil ladang adalah milik Firaun (ayat 23-24). Rakyat tidak keberatan. Mereka menerima kebijakan itu dengan baik dan senang hati (ayat 25-26). Sahabat, ketika berada di puncak kekuasaannya, Yusuf melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Dia menguntungkan Firaun, tetapi juga berbelas kasihan menolong rakyatnya. Rasa syukur rakyat membuktikan bahwa Yusuf dinilai melakukan kebajikan. Yusuf merupakan seorang pemimpin yang bijaksana. Semoga rakyat Indonesia diberi hikmat dan bijaksana oleh Tuhan dalam memilih dan menentukan para pemimpin, sehingga Indonesia memiliki banyak pemimpin yang bijaksana. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 25-26? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan memilih orang-orang yang mau tunduk kepada-Nya, bukan mereka yang merasa diri bisa. (pg).