HALELUYA! TUHAN PENOLONG yang SEJATI

Sahabat, kita sering mengucapkan dan menyanyikan kata “HALELUYA”. Pertanyaannya: apakah kita tahu makna kata yang kita ucapkan atau nyanyikan itu? Secara harfiah, arti haleluya adalah PUJILAH TUHAN. Kata haleluya berasal dari bahasa Ibrani yang diserap ke dalam bahasa Latin menjadi ALLELUIA. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut menjadi HALLELUJAH. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti haleluya adalah ungkapan untuk menyatakan pujian, rasa syukur, atau rasa sukacita atas anugerah Tuhan. Berdasarkan ibadat Israel, kata haleluya sering digunakan sebagai ajakan untuk menyembah Tuhan. Seperti yang telah dicatat dalam kitab Mazmur, kata haleluya selalu berada di bagian awal maupun akhir pada sebuah pujian. Tak hanya untuk menyampaikan pujian, kata haleluya juga bisa digunakan sebagai salah satu cara mengugkapkan syukur atau rasa terima kasih kepada Tuhan secara spontan. Haleluya! Pujilah Tuhan sebab Tuhan penolong yang sejati. Untuk lebih memahami topik tentang: “HALELUYA! TUHAN PENOLONG yang SEJATI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 146:1-10 dengan penekanan pada ayat 5. Sahabat, Pemazmur mengawali dengan memuji Tuhan (ayat 1-2), dan dia segera mengingatkan kita untuk tidak menaruh kepercayaan kita kepada manusia, seberapa pun tinggi pangkat dan kedudukannya (ayat 3). Lebih lanjut Pemazmur mengingatkan tentang betapa fananya manusia yang tidak memiliki keselamatan pada dirinya. Ketika manusia mati, lenyaplah segala ingatan dan kenangan atas dirinya (ayat 4). Apa yang terjadi dengan harta dan simpanannya? Ke mana segala hal yang menjadi tumpuan dan pegangannya selama ini? Itu semua sirna begitu saja. Maka, diberkatilah mereka yang memiliki Tuhan Allah sebagai sandarannya (ayat 5). Ia menciptakan dunia, menebus umat-Nya dari penindasan, dan memulihkan hidup mereka (ayat 6-9). Bahkan, kematian tidak dapat menaklukkan-Nya karena Dia adalah Raja untuk selama-lamanya (ayat 10). Sahabat, inilah keyakinan iman bagi kita yang bersandar pada Tuhan Yesus Kristus, yang berkuasa atas kematian. Dialah jaminan abadi bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Dari keyakinan inilah kita menyanyikan “Haleluya!” Seruan “haleluya” bukanlah sebuah mantra atau ucapan jimat yang menenteramkan jiwa. Lebih daripada itu! Haleluya adalah ungkapan pengakuan iman kita ketika kita mengenali siapa Allah yang kita sembah. Persoalan terbesar dalam diri banyak manusia adalah mereka ingin memiliki kuasa atas diri dan kehidupan mereka. Manusia lupa bahwa hakikat hidupnya adalah buah karya ciptaan Allah Yang Mahakuasa. Maka, kepada Allahlah kita seharusnya bersandar. Siapa yang kita puji bukan lagi orang lain, atau diri sendiri, melainkan Tuhan, Sang Raja kita. Sebab di dalam nama-Nya ada keselamatan dan pemeliharaan yang kekal. Sahabat, jangan mengandalkan harapan pada apa yang fana, karena kuasa kasih Allah jauh lebih nyata, dan akan tetap ada untuk selamanya. Sampai kapan pun, dengan penuh keyakinan iman kita menyanyikan “Haleluya! Tuhan penolong yang sejati. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?  Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4? (Yesaya 2:22) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mengandalkan manusia akan tiba pada kekecewaan. Memercayai Allah akan memiliki kebahagiaan sejati. (pg).

Memiliki STRATEGI HIDUP

Sahabat, kompleksnya hidup  menuntut kita untuk memiliki STRATEGI HIDUP. Apa itu strategi hidup? Strategi merupakan pendekatan secara umum yang berisi penjelasan bagaimana kita mencapai sasaran dan memecahkan masalah kita atau keahlian membuat beberapa proyek, rancangan, atau cara mencapai tujuan. Strategi hidup Kristen dipahami sebagai pelibatan Allah dalam seluruh kegiatan strategis orang percaya untuk mencapai tujuan dan sasaran Allah itu sendiri. Sedangkan strategi hidup merupakan seni dan ilmu menggunakan kecerdasan, kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sesungguhnya strategi hidup bukan suatu formula ajaib untuk menyulap hidup ini menjadi serba hebat, namun merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut terjadi pemikiran, langkah-langkah hidup berdasarkan pada kehendak Allah dan kesadaran realistis sehingga pelaksanaannya terjadi pada kondisi yang menguntungkan. Karena itu kita perlu memiliki strategi hidup. Untuk lebih memahami topik tentang: “Memiliki STRATEGI HIDUP”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 46:1-34 dengan penekanan pada ayat 34. Sahabat, Yakub mengerti risiko perjalanannya ke Mesir. Artinya, ia tidak akan kembali lagi ke tanah Kanaan. Itu sebabnya ia membawa segala harta miliknya. Sebelum itu, ia pergi dulu ke Bersyeba untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Dalam penglihatan, Ia menyatakan penyertaan-Nya kepada Yakub. Ia berjanji akan membuat keturunannya menjadi bangsa yang besar di Mesir (ayat 1-4). Yakub pun memboyong segenap keturunannya ke Mesir. Jumlahnya enam puluh enam orang (ayat 26). Tetapi, jika dihitung dengan Efraim dan Manasye, yang lahir di Mesir, berjumlah tujuh puluh jiwa (ayat 27). Angka tujuh puluh bisa dipahami sebagai angka simbolik perlambang kesempurnaan. Yusuf langsung membawa mereka ke tanah Gosyen. Padahal Firaun belum memberi izin. Yusuf kemudian berstrategi supaya keluarganya dapat tinggal di sana. Caranya dengan meminta saudaranya memberitahu Firaun bahwa mereka adalah peternak, sebab segala gembala kambing domba adalah suatu kekejian bagi orang Mesir. Dengan begitu, mereka akan diperbolehkan tinggal di Gosyen (ayat 33-34). Suatu tempat terpisah dari hunian orang Mesir. Marilah kita seperti Yusuf. Seseorang yang berusaha memberikan yang terbaik bagi Kerajaan Allah dimana pun ditempatkan. Orang dunia sangat cerdik. Karenanya, kita harus lebih cerdik daripada mereka. Mintalah hikmat kepada Tuhan supaya kita memiliki strategi hidup. Sahabat, orang yang tidak memiliki strategi hidup, maka hidupnya tidak akan terarah dengan baik. Hidupnya akan menjadi kacau, tidak ada semangat karena tidak ada yang ingin dicapai. Sebagai orang percaya, apakah kita ingin menjadi seperti itu? Tentunya tidak. Untuk itu milikilah strategi hidup. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Mengapa Israel dengan mantap meninggalkan Kanaan dan melangkah menuju ke Mesir? (Ayat 3-4) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sesulit apa pun situasi yang kita alami, kita harus tetap percaya bahwa ada Allah yang tidak sedetik pun meninggalkan kita. (pg).

TUHAN: Sang Penopang Hidup

Sahabat, hidup tidak selalu terasa indah dan menyenangkan. Terkadang, kehidupan terasa menyesakkan dan begitu berat untuk dijalani. Saat itu, mungkin kamu hanya mampu  berteriak, “Tuhan beri aku kekuatan untuk melewati semua itu.” Kekuatan dari Tuhan, Sang Penolong yang akan memampukan kita menghadapi dan melewati segala tantangan hidup. Berapa pun usia kita dan betapa kayanya pengalaman hidup yang kita miliki, kita tidak akan mampu mengatasi tantangan dan rintangan hidup dengan kekuatan sendiri. Kekuatan Tuhan yang akan menjadi PENOPANG kita dalam masa kesukaran. Hal itu karena Tuhan setia kepada umat-Nya. Dia akan mendengar setiap teriakan minta pertolongan yang diucapkan hamba-Nya. Sesungguhnya hanya Tuhan yang dapat menjadi penopang hidup kita. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN: Sang Penopang Hidup”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 145:1-21. Sahabat, Mazmur 145 merupakan mazmur yang merangkum pengenalan Daud akan Allah yang dia sembah, sebuah pujian syukur atas pemeliharaan Allah yang senantiasa bermurah hati kepada umat-Nya. Daud sebagai manusia biasa seperti kita,  mengalami pergumulan hidup yang tak beda jauh dengan kita, bahkan mungkin lebih berat karena masalah yang dialaminya dapat mengancam keselamatan jiwanya.  Namun meski berada di bawah bayang-bayang maut setiap hari Daud tetap mampu menjaga sikap hatinya, sehingga dari bibirnya selalu keluar ucapan yang memuliakan Tuhan (ayat 1-2).  Hal tersebut  jelas berbeda dengan respons hati kebanyakan orang percaya yang ketika masalah datang, lupa akan kasih dan kebaikan Tuhan, dan tak menunggu waktu lama mereka akan langsung mengeluh dan bersungut-sungut kepada-Nya. Sahabat, untuk dapat memuji Tuhan di segala segala musim kehidupan,  harus ada pengertian dan pengakuan terhadap kebaikan-Nya,  “TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”  (ayat 8-9).  Jika orang tidak pernah merasa bahwa Tuhan itu baik dan pengasih, mana mungkin ia dapat memuji Dia?  Sebaliknya yang keluar dari mulutnya adalah ungkapan-ungkapan kekecewaan dan ketidakpuasan kepada Tuhan atas masalah yang sedang  menimpanya. Sahabat, sebagai umat ciptaan-Nya sepatutnya kita bersyukur kepada Tuhan (ayat 10).  Orang yang telah mengalami pertolongan Tuhan dan kebaikan-Nya pasti tahu arti pentingnya berterima kasih dan mengucap syukur (ayat 16 – 18). Karya agung-Nya akan diberitakan ke seluruh penjuru dunia. Tuhan menopang dan memelihara hidup umat-Nya. Segala jalan-Nya ditandai dengan keadilan dan kesetiaan (ayat 10b-20). Karena itu, Daud menyimpulkan puji-pujian kepada Allah sebagai tindakan yang berkelanjutan untuk selamanya (ayat 21). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh melalui perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16-18? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Di sepanjang sejarah, Allah adalah Raja atas umat-Nya. (pg).