Di mana ada kebenaran, di situ akan tumbuh damai sejahtera. Meme Firman Hari Ini (13 Juli 2022).
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN. Sapaan Malam.
Jangan Terkecoh oleh KEMAKMURAN HIDUP Seseorang
Sahabat, pengalaman hidup kita dalam berjemaat dan bermasyarakat bercerita bahwa kalau seseorang berhasil dalam satu bidang, belum tentu dia juga berhasil dalam bidang-bidang yang lain. Misalnya, kalau ada seseorang berhasil dalam meniti karier politiknya, belum tentu dia berhasil dalam kehidupan berkeluarga. Kalau seseorang berhasil dalam bidang pendidikan, belum tentu dia juga berhasil dalam bisnisnya. Banyak hal yang mempengaruhinya: Bidang minat, fokus hidup, nilai-nilai hidup yang diusung, faktor budaya, latar belakang keluarga, dan lain sebagainya. Karena itu kita perlu terus belajar untuk tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan. Jangan terkecoh oleh kemakmuran hidup seseorang. Untuk lebih memahami topik tentang: “Jangan Terkecoh oleh KEMAKMURAN HIDUP Seseorang”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 36:1-43. Sahabat, coba kita ingat betapa marahnya Esau ketika berkat yang seharusnya menjadi miliknya ternyata diambil oleh Yakub dengan cara menipu ayah mereka. Saat itu Esau hanya menerima bagian berkat yang kedua, yang menempatkan dirinya sebagai hamba dari saudara kembarnya, Yakub. Bahkan kemakmuran pun akan jauh dari hidupnya (Kejadian 27). Namun, kalimat terakhir dari berkat yang diberikan Ishak kepada Esau, bernada ada pengharapan, yakni jika Esau berusaha dengan sungguh-sungguh maka kemungkinan untuk memperoleh hidup yang lebih baik tetap terbuka baginya. Dia dapat menikmati keberhasilan hidup dan kemakmuran. Namun adakah hidup Esau kemudian berjalan baik? Sepintas Kejadian 36 memang mencatat tanda-tanda kehidupan Esau yang diberkati, yakni ia memperoleh keturunan dan juga materi yang melimpah (ayat 6-7). Namun itu semua tidak sebanding dengan hal-hal utama yang telah hilang dari hidupnya: Hak kesulungannya telah terjual, berkat sebagai anak sulung lenyap, dan ia pun kehilangan kasih orangtuanya karena mengambil istri dari perempuan-perempuan Kanaan dan keturunan Ismael (Kejadian 28:6-9). Sahabat, kita perlu menyadari bahwa memiliki banyak hal dalam hidup ternyata bukan jaminan bahwa Tuhan memberkati hidup orang tersebut. Justru oleh karena banyaknya harta yang dimiliki, Esau malah memutuskan untuk keluar dari tanah perjanjian Kanaan dan memilih tinggal di pegunungan Seir. Sebuah keputusan yang tampaknya arif dari seorang kakak yang ingin mengalah terhadap adiknya. Namun tanpa disadari, keputusan tersebut merupakan sebuah penggenapan bahwa Esau tidak akan mengambil bagian dalam rencana Tuhan. Terbukti, setelah Kejadian 36, tidak ada lagi catatan tentang Esau dan keturunannya. Sekalipun kaum keturunannya dikenal sebagai orang-orang perkasa sebelum masa raja-raja di Israel (ayat 31-43), tetapi sejarah mereka hanya tercatat sebagai musuh yang turut memerangi Israel. Sahabat, maka jangan terkecoh oleh kemakmuran hidup seseorang. Apa yang tampak merupakan berkat bisa jadi malah kebalikannya. Berkat Tuhan tidak melulu berupa materi. Kasih, campur tangan, dan pemeliharaan Tuhan itulah BERKAT SEJATI bagi kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini? Mengapa setelah Kejadian 36 tidak ada lagi catatan tentang Esau dan keturunannya? (Kejadian 28:6-9 dan 2 Korintus 6:14) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kriteria utama dalam memilih pasangan hidup: Seorang yang takut akan Tuhan, yang merupakan pasangan yang seimbang. (pg).
Mengapa Kita MEMUJI TUHAN
Sahabat, memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang percaya. Karena itu dalam setiap peribadatan, puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan. Hal itu menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya. Lalu, mengapa kita memuji Tuhan? Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umat-Nya, karena itu Ia selalu hadir dan bertakhta di atas pujian kita. Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup, biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita. Kehadiran-Nya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita: Memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita. Untuk lebih memahami topik tentang: “Mengapa Kita MEMUJI TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 135:1-21. Sahabat, Mazmur 135 secara ritmis menyenandungkan pujian untuk kemuliaan nama Tuhan, yakni sebuah ungkapan pujian yang sangat dikenal dan gampang dihafal oleh umat. Itulah mengapa Mazmur 135 termasuk jenis kidung ziarah yang mengajak banyak orang, imam dan umat semuanya mendengarkan panggilan dan melibatkan diri dalam irama memuji nama Tuhan (ayat 1-3). Sahabat, mengapa memuji nama Tuhan menjadi seruan penting dalam melakukan ziarah? Menyerukan nama Tuhan adalah salah satu cara mendekati Sang Sumber Kehidupan. TUHAN (Yahweh) adalah sebutan untuk Allah Pencipta alam semesta. Dengan menyebut nama-Nya berarti kita sebagai ciptaan ingin selalu berelasi dengan Sang Pencipta. Lalu mengapa Tuhan layak dipuji sedemikian rupa? Pengalaman iman leluhur Israel telah menjadi dasar yang kuat. Tuhan adalah Pencipta sekaligus Pelindung Israel. Sudah terbukti bahwa kuasa-Nya melebihi segala allah dan raja dari bangsa mana pun (ayat 5-12). Tuhan yang membebaskan Israel dari Mesir, memimpin mereka masuk ke Kanaan, dan memelihara mereka untuk selamanya. Pengalaman iman inilah yang terus dipelihara oleh umat lewat ziarah ke Yerusalem. Paling tidak, dalam satu tahun liturgi, tiga kali umat Israel berziarah. Pada hari raya Paskah, Pentakosta dan Pondok Daun, umat berziarah dan mengenang penyertaan Tuhan Yang Mahakuasa. Berziarah pada hari raya merupakan sarana efektif supaya nama Tuhan mendapat tempat di dalam hati setiap generasi. “Ya TUHAN, nama-Mu adalah untuk selama-lamanya; ya TUHAN, Engkau diingat turun-temurun” (ayat 13). Sahabat, Tuhan bukan patung buatan yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhan yang kita puji adalah Allah yang hidup, yang selalu memberikan keadilan dan kasih-Nya kepada umat-Nya. Dia memelihara dan menjaga umat-Nya dalam segala keadaan. Berkat ketekunan memuji nama Tuhan, niscaya ziarah dalam hidup kita pun makin bermakna. Kemahakuasaan Tuhan, seperti yang disaksikan para leluhur iman, juga bisa kita saksikan di masa kini. Pujilah Nama-Nya yang agung demi memuliakan-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8-9? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 15-17? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasa-Nya: Mengubah tangisan menjadi tarian. (pg).
KETAATAN mendatangkan PEMULIHAN dan KESELAMATAN
Sahabat, masalah ketaatan adalah masalah yang mungkin mudah untuk dijalankan ketika kita sedang dalam keadaan tenang, tapi bisa menjadi sulit ketika kita berada dalam kesesakan. Kenyataannya ada banyak orang yang tergiur dalam berbagai godaan ketika berada dalam keadaan tertekan dan terjatuh ke dalam beragam alternatif yang mengarah pada kejahatan di mata Tuhan, atau bahkan kepada pilihan-pilihan yang jelas-jelas bertentangan dengan firman Tuhan sendiri. Sesungguhnya tidak ada seorang pun manusia yang senang hidup menderita. Jika bisa tentu kita ingin hidup kita selalu lancar tanpa masalah. Namun dalam kehidupan kita tidak akan pernah selamanya berada dalam keadaan tenang. Ada waktu dimana kita mengalami kesulitan, dan disana sebenarnya iman kita diuji. Mampukah kita terus taat, tetap bersabar dan memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, atau kita justru terjatuh akibat ketidaksabaran? Ketaatan sungguh penting dan merupakan kunci penting untuk terjadinya pemulihan dalam hidup kita. Dalam keadaan seperti apapun kita tetaplah dituntut untuk taat dan setia sepenuhnya kepada Tuhan. Dia mampu melepaskan kita pada waktunya, Dia akan selalu bisa melakukan hal-hal yang mustahil sekalipun. Yakinlah ketaatan mendatangkan pemulihan dan keselamatan. Untuk lebih memahami topik tentang: “KETAATAN mendatangkan PEMULIHAN dan KESELAMATAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 35:1-15. Sahabat, peristiwa yang dialami Yakub bersama seisi rumahnya membuat ia harus meninggalkan Sikhem (Kejadian 34). Kemudian Allah menyuruh Yakub pergi ke Betel dan mendirikan mezbah di sana bagi-Nya (ayat 1). Sahabat, perlu dicatat, ada maksud dari perintah Allah kepada Yakub untuk pergi ke Betel. Allah ingin, supaya kelak, Yakub kembali ke sana dan hidup semakin taat kepada-Nya. Untungnya, Yakub sadar akan rencana tersebut. Dia memerintahkan semua orang dan seisi rumahnya untuk membuang dewa-dewa asing dan menahirkan diri. Mereka mendengar dan melakukan apa yang dikatakan oleh Yakub (ayat 2-4). Ketaatan membuat Allah menyelamatkan Yakub serta seisi rumahnya. Tidak hanya itu saja, Allah juga berjanji memberkati Yakub bersama dengan keturunan-keturunannya kelak (ayat 5-12). Di sini Yakub berhasil menjadi pemimpin yang baik bagi keluarga serta orang-orang terdekatnya. Itu ditunjukkan lewat ketaatannya kepada Allah. Yakub dapat mengajak mereka untuk taat yang mendatangkan pemulihan dan keelamatan bagi mereka. Sahabat, dalam keseharian, kita mungkin masih belum mampu menjadi Yakub masa kini. Sebab kita sendiri pun terkadang masih sulit untuk memimpin diri sendiri, apalagi orang lain. Oleh sebab itu, marilah kita terus mengarahkan diri agar tetap hidup sesuai kehendak-Nya. Kita memohon agar Tuhan menuntun, sehingga kita bisa jadi pemimpin yang baik. Baik bagi diri sendiri, keluarga, gereja, dan masyarakat. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Bagaimana Tuhan Yesus menggambarkan orang yang taat? (Matius 7:24-27) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan menuntut ketaatan kita sebagai bukti bahwa kita percaya kepada-Nya dan mengasihi Dia, tidak ada ketaatan tanpa ada bukti. (pg)