Mendapat KEKUATAN BARU

Sahabat, ada harga yang harus kita bayar ketika kita menantikan sesuatu dari Tuhan.  Menantikan sesuatu dari Tuhan juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan.  Ada cukup banyak orang percaya yang menyerah di tengah jalan ketika yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, dan karena ketidaksabarannya itu akhirnya mereka juga tidak memperoleh apa-apa. Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa.  Setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru (Yesaya 40:31).  Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh.  Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia.  Untuk lebih memahami topik tentang: “Mendapat KEKUATAN BARU”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 130:1-8 dengan penekanan pada ayat 5-6. Sahabat, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi judul  Mazmur 130: “Seruan dari dalam kesusahan.” Kita memang tidak tahu secara persis apa latar belakang dari Pemazmur hingga menuliskan Mazmur ini. Di bagaian awal Pemazmur mengatakan “Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan!” (ayat 1). Dari sini terlihat Pemazmur sedang menghadapi suatu kesusahan yang besar. Karena itu Pemazmur menanti-nantikan pertolongan Tuhan: “Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (ayat 5-6). Dalam keadaan tidak baik pun Pemazmur tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan dan dengan sabar menanti-nantikan pertolongan-Nya.  Sahabat, untuk memiliki kesabaran memang tidak mudah, memerlukan suatu perjuangan. Ketika Tuhan memberikan janji-Nya kepada Abraham (Kejadian 12:2-3), Abraham menantinya dengan sabar. Kata sabar mengandung dua arti yaitu: Pertama,  menunggu dalam waktu yang panjang. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, namun pasti waktu-Nya adalah yang terbaik. Maka di dalam menantikan janji-Nya diperlukan ketaatan dan ketekunan dalam diri kita. Kedua, sabar terhadap tekanan, penderitaan, caci maki dan aniaya. Untuk bisa sabar kita harus senantiasa hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Kita tahu bahwa kesabaran merupakan salah satu dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Seseorang yang memiliki persekutuan dengan Roh Kudus pasti memiliki penguasaan diri dan bisa bersabar dalam segala hal. Abraham mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhan karena dia sabar dan menantikan janji Tuhan itu dengan tekun dan penuh ketaatan. Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari ayat 3-4? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Penantian akan Tuhan menghasilkan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala permasalahan. (pg).

ALLAH Tidak Lupa Pada Janji-Nya

Sahabat, hidup manusia diwarnai kondisi pasang-surut kehidupan. Itulah dinamika hidup yang tengah kita jalani. Dalam kondisi yang baik, hidup itu akan dijalani dengan sukacita, tetapi pada saat manusia hidup dalam pergumulan yang panjang tanpa ada solusi, maka tidak sedikit orang menjadi frustasi dan putus asa. Sebagai orang percaya kita harus sungguh-sungguh percaya pada kesetiaan Allah pada janji-Nya. Allah tidak lupa pada janji-Nya. Percaya akan kesetiaan Allah seharusnya menjadikan orang percaya kuat menghadapi tantangan dan pergumulan, sehingga tidak mudah jatuh dalam dosa. Orang percaya sesungguhnya beroleh semangat hidup karena janji-Nya. Oleh janji itulah kita akan hidup dalam pengharapan akan kepastian janji-Nya. Keyakinan itulah yang memberanikan diri kita untuk membawa segala permasalahan hidup kita dalam doa kepada Allah. Untuk lebih memahami topik tentang: “ALLAH Tidak Lupa Pada Janji-Nya”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 31:22-42 dengan penekanan pada ayat 29. Sahabat,  kalau kita peka, sesungguhnya kita telah menikmati pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita. Itu merupakan anugerah Allah, merupakan hal yang sangat luar biasa dan ajaib, dan merupakan hal yang sesungguhnya tidak pantas kita terima. Kita manusia berdosa yang layak dihukum, tetapi Tuhan tetap mengasihi kita sedemikian rupa. Seperti itulah Tuhan memperlakukan keturunan Abraham. Walaupun Yakub dan keluarganya melakukan hal yang tidak terpuji, ternyata Tuhan tetap memelihara mereka, dengan mencegah Laban mencelakainya.  Sahabat, kebaikan Allah bagi Yakub haruslah dilihat dalam kerangka besar janji Allah kepada Abraham dan Ishak. Allah telah berjanji untuk menjadikan keturunan Abraham sebagai berkat bagi dunia. Sekalipun keturunan Abraham telah menunjukkan sikap yang kurang terpuji sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yakub, Allah tetap setia pada janji-Nya. Perlindungan Allah kepada Yakub, bukan didasarkan pada kepantasan Yakub melainkan karena kasih setia Allah semata-mata. Kepada Yakub yang berdosa itu, Allah tidak akan tinggal diam, Ia akan menunjukkan keadilan-Nya dan akan membentuk hamba- Nya ini menjadi sebuah pribadi yang sesuai dengan kehendak-Nya.  Sahabat, sebagai orang percaya, kita pun seringkali bertindak seperti Yakub. Akan tetapi kita boleh percaya bahwa Allah tetap setia pada janji keselamatan-Nya. Janganlah kita menyepelekan kasih Allah ini, tetapi marilah kita belajar untuk setia kepada Allah yang tetap setia dengan janji-Nya. Belajarlah untuk menghargai kasih karunia- Nya itu dengan hidup setia dan taat pada perintah-Nya sampai Tuhan menjemput kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang dilakukan Allah di ayat 24 sebagai bukti bahwa Ia setia dengan janji-Nya? Hikmat apa yang Sahabat petik melalui perenungan pada hari ini? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kesetiaan Tuhan akan janji-Nya selayaknya kita respons dengan kesetiaan pula. (pg).

BERKAT TUHAN dan KUCURAN KERINGAT

Sahabat, mungkin hampir semua orang setuju bahwa sesungguhnya keberhasilan hidup itu hak semua orang. Lalu di benak banyak orang sering timbul pertanyaan: Apakah keberhasilan hidup itu  karena usaha keras manusia atau berkat Allah? Kepada teman-teman yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan saya sering menyampaikan agar mereka melakukan 5 B: Berdoa, Beriman, Berusaha, Bersabar dan Bersyukur. Bagi saya keberhasilan hidup itu membutuhkan keduanya: Berkat Tuhan dan Kucuran Keringat.   Untuk lebih memahami topik tentang: “BERKAT TUHAN dan KUCURAN KERINGAT”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 30:25-43 dengan penekanan pada ayat 32. Sahabat, setelah mendapat Rahel dan selesai membayar kepada Laban, melalui pekerjaannya, Yakub berpamitan. Namun Laban yang melihat bahwa Tuhan memberkati Yakub (ayat 27),  meminta dia untuk bekerja lagi untuknya dengan perjanjian tentang upah yang disepakati bersama. Yakub sudah mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi karena diminta bekerja lagi maka ia pun kembali memutar otaknya agar kali ini pekerjaannya memberikan hasil yang lebih banyak (ayat 37, 39, 42). Permintaannya sederhana, yaitu kambing yang lahir dengan bintik/belang dan domba dengan warna hitam/gelap adalah ternak yang akan menjadi bagian yang dia miliki (ayat 33). Sahabat, pada umumnya, kambing memiliki warna coklat tua/hitam sedangkan domba umumnya berwarna putih. Hanya sedikit kambing yang memiliki corak bintik/belang. Demikian pula hanya sedikit domba yang memiliki warna hitam/gelap. Laban jelas gembira dengan tawaran Yakub, sebab Laban melihat bahwa dirinya tentu akan lebih diuntungkan dalam perjanjian tersebut. Maka tanpa ayal, Laban pun dengan cepat menyetujui apa yang diminta oleh Yakub (ayat 34). Namun apa yang terjadi kemudian? Yakub malah memperoleh banyak kambing dan domba sehingga harta Yakub menjadi semakin banyak, entah itu kambing, domba, budak perempuan, budak laki-laki, unta, maupun keledai (43). Sahabat, lalu muncul pertanyaan di benak kita: Apakah keberhasilan Yakub dalam memperoleh kekayaan tersebut semata-semata disebabkan oleh kecerdikannya, karena dia itu kreatif dan inovatif,  atau ada faktor lain? Ternyata Yakub pun tahu dan percaya bahwa bukan hanya karena kemampuan dirinya, ia menjadi berhasil,  karena ada Allah yang telah memberkati dirinya dengan keberhasilan (Kejadian 31:7-9). Pengalaman Yakub ini mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan berharap berkat Tuhan turun dari langit. Untuk menikmati keberhasilan hidup, kita harus bekerja keras, bersedia mengucurkan keringat, dan menggunakan kecerdikan,  sambil memohon agar Tuhan memberkati usaha kita. Ingatlah: Keberhasilan itu kita peroleh tidak semata-mata karena usaha keras kita, melainkan karena Allah berkenan untuk memberkati usaha kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh melalui perenunganmu pada hari ini? Pelajaran apa yang Sahabat peroleh dari ayat 32, 37-39, dan 41-42? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Doa tanpa usaha itu bohong. Usaha tanpa doa itu sombong. (pg).