Makna KEHADIRAN TUHAN

Alkitab menceritakan bagaimana Daud membawa Tabut Perjanjian dari rumah Obed-Edom menuju ke kota Yerusalem (2 Samuel 6:1-23).  Pada waktu itu Daud baru saja dinobatkan jadi raja atas seluruh Israel dan baru saja memindahkan ibu kota ke Yerusalem, dan dia baru saja berhasil mempertahankan Yerusalem dari serangan Filistin.  Lalu Daud berusaha untuk mengembalikan Tabut Perjanjian, yang adalah lambang kehadiran Tuhan, Ke Yerusalem, di mana selama 20 tahun Tabut Perjanjian tidak berada di tempat semestinya karena dirampas oleh bangsa Filistin;  dan meski orang Filistin telah mengembalikannya, tapi tabut itu berada di Kiryat-Yearim yang merupakan pinggiran dari wilayah Israel.  Karena itu Daud ingin mengembalikan tabut ini ke Yerusalem, kota Daud, pusat pemerintahan. Di sepanjang perjalanan Daud mengekspresikan rasa syukurnya, karena ia tahu bahwa Tabut Perjanjian adalah lambang kehadiran Tuhan,  Kala Tabut Perjanjian berada di tangan musuh, bangsa Israel selalu mengalami kekalahan demi kekalahan, namun setelah Tabut Perjanjian itu kembali berada di tangan orang Israel, terjadilah suatu pemulihan yang luar biasa. Itulah makna kehadiran Tuhan. Untuk lebih memahami topik tentang: “Makna KEHADIRAN TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 28:10-21 dengan penekanan pada ayat 16-18. Sahabat, satu-satunya cara bagi Yakub untuk terhindar dari ancaman dan dendam kesumat Esau adalah melarikan diri ke rumah pamannya, Laban. Yakub juga tidak menyadari betapa Allah hadir sangat dekat dengannya, sebelum ia mengalami peristiwa luar biasa dalam perjalanannya ke Padan- Aram (ayat 16). Mungkin ia terlalu larut dalam kesendiriannya. Ia tak lagi bisa menatap orangtuanya, terutama sang ibu yang selama ini dekat dengannya. Ia juga tak lagi bisa dekat-dekat dengan sang kakak yang menaruh dendam. Namun, dalam mimpi yang menakjubkan, Tuhan menyatakan bahwa Yakub tidak sendirian karena Tuhan menyertainya (ayat 12-15). Sahabat, Tuhan memperkenalkan pribadi-Nya kepada Yakub, dan memberikan janji berkat, serta penyertaan sebagaimana yang Dia berikan kepada para bapa leluhur Yakub (ayat 13-15). Betapa hal itu mengubah sikap Yakub (ayat 17-18). Ia menyebut tempat pertemuannya dengan Tuhan sebagai “pintu gerbang surga”, “rumah Allah”, atau Betel (Bait-El). Ia juga merespons perjumpaan itu dengan komitmen untuk selalu memberikan persembahan kepada Tuhan. Dalam hal-hal apa kesadaran kita akan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya mengendur? Mintalah kepada Tuhan, supaya baik dalam susah dan senang, kesadaran akan hadirat-Nya tetap menyala dalam hati kita. Kesadaran itu akan membuat perbedaan besar dalam pilihan sikap hidup kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pelajaran apa yang Sahabat peroleh dari perenungan kita pada hari ini (Perikop: “Mimpi Yakub di Betel”)? Apa respons Yakub ketika dia menyadari kehadiran Tuhandalam hidupnya? (Ayat 16-22) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati:  Sesungguhnya kehadiran Tuhan tidak pernah undur, kesadaran kitalah yang sering mengendur. (pg).

TUHAN: Dasar dan Pusat Kehidupan

Sahabat, memiliki DASAR yang teguh dalam kehidupan merupakan suatu hal yang esensial. Bagi orang percaya, Tuhan harus menjadi fondasi dalam seluruh area kehidupan, baik dalam membangun rumah, karier maupun keluarga. Tanpa Tuhan segalanya akan berakhir dengan kesia-siaan. Sedangkan PUSAT disini sama artinya dengan fokus, tujuan, arti atau makna dan nilai. Menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan berarti menjadikan-Nya sebagai fokus hidup, tujuan, arti atau makna dan nilai kehidupan ini. Tanpa Tuhan, hidup ini tidak bertujuan, tidak berarti, tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali. Maka kita perlu menjadikan Tuhan sebagai dasar dan pusat kehidupan. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN: Dasar dan Pusat  Kehidupan”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 127:1-5 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat,  Salomo melihat bahwa keluarga membangun rumah dan penjaga menjaga kota (ayat 1). Namun, jikalau Tuhan tidak dilibatkan, semua akan berakhir dengan kesia-siaan. Usaha dan jerih lelah manusia tidak akan menghasilkan apa-apa jikalau Tuhan tidak hadir dan turut bekerja. Sahabat, jangan salah mengerti,  Salomo tidak menentang segala usaha yang manusia lakukan, melainkan ia menekankan tentang keseimbangan antara bekerja dan beristirahat di dalam kehidupan manusia (ayat 2). Tuhan yang memberikan berkat bagi hidup manusia. Sesungguhnya Salomo ingin menekankan bahwa dalam bekerja maupun beristirahat, ingatlah senantiasa akan Tuhan. Salomo melanjutkan bahwa anak-anak adalah pemberian dan warisan yang Allah berikan kepada sebuah keluarga dalam kehidupan yang sementara ini (ayat 3-5). Artinya, baik keluarga maupun pekerjaan berasal dari Tuhan. Hargailah setiap kepercayaan yang Tuhan berikan. Sahabat, fondasi yang benar dalam mengerjakan segala sesuatu merupakan hal yang mutlak dipahami oleh setiap orang percaya. Di dalam setiap aspek, Tuhan harus menjadi dasar dan pusat kehidupan. Rumah tangga dibangun atas dasar takut akan Tuhan. Keamanan yang sesungguhnya hanya diperoleh di dalam Tuhan. Keamanan bukan hanya menyangkut keselamatan jiwa semata, tetapi juga kebutuhan fisik yang diperlukan hari demi hari. Dan ini semua tersedia dalam pemberian Tuhan. Ingatlah, kerja keras dari pagi hingga larut malam tanpa Tuhan justru akan mengorbankan banyak hal, baik kesehatan maupun relasi dengan sesama anggota keluarga. Hubungan orangtua dan anak menjadi rusak akibat orangtua yang gila kerja. Semua aspek kehidupan yang kita jalani, jangan sampai berlalu tanpa kemampuan untuk melihat campur tangan Tuhan di dalamnya. Tuhan berdaulat dalam kehidupan kita. Jangan pernah melupakan-Nya. Jangan Lupakan Tuhan! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenungan kita pada hari ini? Apa pemahaman Sahabat dengan frasa kunci dalam Mazmur 127: “Jikalau bukan Tuhan …”? (Ayat 1) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam  di hati: Jika Tuhan tidak ikut campur tangan dalam hidup kita, tidak ada hal baik yang dapat kita hasilkan. (pg)

GIGIH MEMPERJUANGKAN PEMULIHAN

Apakah Sahabat ingin bahagia, sukses dan mudah bergaul dengan  banyak orang? Sahabat cukup mengembangkan kegigihan seperti yang dikutip Genius Beauty: Setelah 33 kali mengajukan kepada bank, Disneyland baru mendapat persetujuan. Sebanyak 134 penerbit menolak buku Chicken Soup for the Soul karangan J. Canfield dan Mark V. Hansen. Setelah gagal 10.000 kali, Thomas Alpha Edison baru menemukan bola lampu listrik. Apakah Sahabat menemukan polanya? Polanya: Kegigihan. Jangan mudah berputus asa atau cepat puas diri. Dua hal itu sama-sama jadi penghambat kita untuk terus dan semakin maju dalam segala hal yang baik. Tuhan kita melihat hati dan tujuan kita. Oleh sebab itu mari kita pastikan telah mengambil sikap hati dan perencanaan dengan benar. Di samping itu kita juga memastikan bahwa semua yang kita kerjakan semata-mata berdasar iman kepada Dia dan upaya terbaik yang dapat kita lakukan. Percayalah, rencana Tuhan selalu indah meski kita sering tak sanggup melihatnya. Kita perlu gigih dalam memperjuangkan pemulihan. Untuk lebih memahami topik tentang: “GIGIH MEMPERJUANGKAN PEMULIHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 126:1-5 dengan penekanan pada ayat 5. Sahabat,  Pemazmur menunjukkan bahwa Allah sanggup memulihkan kehidupan umat-Nya, melebihi apa yang dapat  kita pahami. Mereka yang memberontak dan dibuang ke Babel, dibawa kembali ke Israel sesuai dengan janji-Nya. Umat Allah yang pulang dari pembuangan (ayat 1) melihat hal ini sebagai sesuatu yang sepertinya mustahil, tetapi hal tersebut merupakan sebuah kenyataan. Mulut yang penuh dengan tawa dan sukacita merupakan ekspresi dari keajaiban karya Allah di tengah-tengah mereka (ayat 1-3). Seruan dinaikkan ke hadapan Allah untuk pemulihan keadaan dari penderitaan yang telah mereka jalani (ayat 4-6). Pemazmur juga hendak menunjukkan bahwa ratap tangis dan air mata bukanlah kondisi yang permanen. Allah sanggup memberikan yang terbaik melalui setiap tragedi yang terjadi. Inilah alasannya umat Allah selalu hidup dalam pengharapan. Sahabat, prinsipnya kita harus tetap menabur di masa paceklik (ayat 5-6). Pemazmur mengingatkan bahwa perbaikan tidak terjadi dengan sendirinya. Tuhan menegaskan umat-Nya, yang berjuang memperbaiki keadaan dengan cara yang benar, akan mengenyam kelimpahan. Kuncinya adalah gigih. Orang gigih tidak takut menderita. la tidak bosan berusaha dan terus bertahan dalam keadaan yang sedang dijalaninya. Dasarnya adalah imannya kepada Allah Israel. Inilah yang menggerakkan semua upaya. Ini juga yang menjadi sumber kegigihannya. Orang ini tahu, arah perjuangan dan tujuan perjuangannya. Ia bukan hanya sedang berjuang untuk mengubah keadaan, melainkan juga sedang membuktikan kepada siapa dirinya berharap. Sahabat, di masa-masa yang sulit seperti saat ini kita harus makin mendekat dan melekat kepada Tuhan, sebab seberat dan seburuk apa pun keadaan kita Tuhan sanggup memulihkan.  Ia memiliki rancangan terbaik bagi setiap umat-Nya yang mau datang kepada-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenungan pada hari ini? Prinsip apa yang perlu Sahabat pegang dari ayat 5 dan 6? Selamat sejenak merenung. Tanamkan dalam-dalam di hati: Menabur  berarti sebuah tindakan yang kita lakukan berulang-ulang. (pg).  

BAGAIMANA Kita Mendapatkannya?

Sahabat, siapakah di antara kita yang tidak menginginkan kelimpahan harta duniawi selama menumpang hidup di dunia ini? Sesungguhnya.  Tuhan tidak melarang umat yang dikasihi-Nya untuk bekerja dan berusaha agar mendapatkan berkat kasih setia, kasih karunia dan anugerah-Nya. Tuhan juga tidak melarang umat-Nya bekerja dan berusaha untuk mengumpulkan uang. Tuhan juga tidak melarang kita untuk menjadi orang kaya. Sesungguhnya yang perlu kita perhatikan dan cermati: Bagaimana CARA KITA MENDAPATKAN dan bagaimana CARA MENGGUNAKAN harta atau kekayaan kita? Demikian juga dengan masalah keberhasilan atau kesuksesan hidup. Kesuksesan hidup itu memang hak semua orang, tapi BAGAIMANA Kita Mendapatkannhya?   Untuk lebih memahami topik tentang: “BAGAIMANA Kita Mendapatkannya?” , Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 27:1-40 dengan penekanan pada ayat 30-38. Sahabat, sesungguhnya berkat Tuhan yang dapat dirasakan di sekitar kita berasal dari orangtua. Orangtua yang pertama kali melatih bagaimana kita berjalan, naik sepeda, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya. Waktu kita sakit, merekalah yang merawat kita. Mereka membesarkan dan membiayai pendidikan kita agar kelak kita dapat mandiri dan dewasa. Sahabat, Esau dan Yakub juga merasakan berkat Allah yang sama dengan manusia pada umumnya. Melalui Ishak dan Ribka, Esau dan Yakub tumbuh menjadi dewasa dengan bakat dan talenta masing-masing. Esau gemar berburu, sementara Yakub memilih di rumah untuk bercocok tanam dan beternak. Mestinya mereka berdua bisa saling melengkapi, namun sangat disayangkan Esau dan Yakub memiliki persaingan dalam hal ingin memiliki berkat yang paling banyak. Kisah Esau dan Yakub penuh intrik dan dramatis. Setidaknya ada dua pertikaian yang terjadi di antara keduanya. Pertama, ketika Yakub dengan licik meminta hak kesulungan Esau dan menukarnya hanya dengan roti dan semangkuk kacang merah. Kedua, ketika Esau dipanggil Ishak dan akan diberkati sebagai anak sulung, sebelum Ishak mati. Namun, Yakub dengan bantuan ibunya, Ribka mendahului semua permintaan Ishak kepada Esau sehingga Yakublah yang diberkati Ishak, bukan Esau. Perlu kita catat, dua kali Yakub mendapatkan keinginannya dengan cara curang; dengan tipu daya. Akan tetapi, akibat dari perbuatannya itu, Yakub harus pergi jauh dari rumahnya dan hidup dalam pelarian agar tidak dibunuh oleh Esau. Sahabat, harta, jabatan, kesuksesan, dan banyak hal lain di dunia ini bisa membuat kita tergoda dan lupa diri, sehingga kita tidak lagi memakai akal sehat untuk memperolehnya. Sesungguhnya, setiap orang diberkati oleh Tuhan; berkat Tuhan tersedia bagi semua orang sehingga semestinya tidak ada yang berebut dan berbuat curang untuk mendapat berkat. Raih dan nikmatilah berkat Tuhan dengan cara-cara yang Tuhan perkenan. Jauhkan diri dari perbuatan jahat, tipu daya dan kecurangan, sebab hanya akan mendatangkan celaka. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pelajaran apa yang Sahabat petik dari perenungan kita pada hari ini? Mengapa Yakub berani dan berhasil menipu Ishak, ayahnya? (Ayat  5-17 dan Kejadian 25:28) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita:  Jauhkanlah diri dari cara-cara curang, sebab hanya akan membawa kesenangan sesaat, tetapi bencana yang berkepanjangan. (pg).