ReKat: KEBIMBANGAN: Musuh dari Iman (13 Juni 2022)

Bacaan Sabda: Kejadian 15:1-21 Berdasarkan hasil perenungan saya dari Bacaan Sabda: Kejadian 15:1-21, saya mendapatkan: Dari ayat 6, Abram mendapat predikat: “Bapa orang beriman” mengingat: Dari sisi Abram, karena seluruh hidupnya, hati  jiwa, raganya, terarah, tertuju, kepada Allah yang telah berfirman/ berjanji kepadanya bahwa dari anak kandungnyalah yang akan menjadi ahli warisnya. Dari sisi Allah, bahwa  Allah melihat sikap hati Abram yang mengimani firman/janji-Nya, maka hal itulah yang oleh Allah diperhitungkan sbg kebenaran. Abram memiliki relasi yang intens dan yang benar dengan Allah dan Abram mentaati yang menjadi kehendak Allah. Abram tidak bimbang terhadap janji Allah yang disampaikan oleh Allah kepadanya. Abram percaya kepada janji Tuhan, karena dia sangat yakin bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana Allah yang gagal (Ayub 42:2). (Haryono)

KADYA CAKRA MANGGILINGAN

Sahabat, dalam pergaulan saya di tengah komunitas orang Jawa, saya seringkali mendengar ungkapan: “Kadya Cakara Manggilingan”.  Kata Kadya berasal dari bahasa Jawa yang berarti seperti. Cakra berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya sebagai cakram atau roda. Sedangkan manggilingan berasal dari bahasa Jawa dari kata dasar giling yang artinya berputar atau menggerus. Istilah kadya cakra manggilingan diartikan sebagai kehidupan ibarat roda berputar. Intisari atau esensi dari kadya cakra manggilingan adalah waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan ini sudah menjadi kodrat manusia hidup di dunia, baik dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan  tahun ke tahun. Sesungguhnya ungkapan tersebut mau mengingatkan kita bahwa siapa pun diri kita, akan mengalami pasang surut kehidupan. Roda kehidupan itu terus berputar, ada kalanya kita  di atas, dan ada kalanya kita di bawah. Untuk lebih memahami makna topik: “KADYA CAKRA MANGGILINGAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 26:1-35. Sahabat, Ishak merupakan  satu-satunya ahli waris ikatan perjanjian Allah dengan Abraham. Ikatan perjanjian itu diteruskan kepada Yakub. Melalui Yakub lahirlah dua belas suku Israel. Meskipun Ishak merupakan  orang yang diberkati Allah, “orang yang spesial”, satu-satunya ahli waris ikatan perjanjian Allah dengan Abraham.  namun ia juga mengalami pasang surutnya kehidupan seperti orang lain. Saat itu terjadi bencana kelaparan di beberapa wilayah, termasuk Gerar. Ishak berniat mengungsi ke tanah Mesir, tetapi Allah mencegahnya dan menyuruh Ishak menetap di Gerar sebagai orang asing. Sahabat, meski Ishak telah mendapatkan janji Allah, ia tetap merasa takut. Bagaimana Ishak bisa hidup tenang dan aman di tanah orang asing? Karena itulah, ia merasa harus berbohong dengan mengatakan kepada orang Filistin bahwa Ribka adalah saudaranya. Ishak takut kalau orang-orang tersebut akan membunuhnya apabila ia mengatakan Ribka sebagai istrinya. Mungkin ada diantara kita yang  berpendapat bahwa jawaban Ishak cerdik, namun sesungguhnya ia hanya mau cari aman bagi dirinya sendiri. Pada akhirnya, raja Filistin, Abimelekh, mengetahui yang sebenarnya. Ternyata reaksi Abimelekh di luar prasangka buruk Ishak. Abimelekh memberikan perintah agar siapa pun tidak boleh mengganggu keluarga Ishak. Siapa saja yang mencoba mengganggu akan dikenakan hukuman mati. Sahabat, Allah dapat memakai siapa pun untuk memelihara dan memberkati umat-Nya, termasuk pihak yang kita anggap sebagai musuh. Karena itu, di tengah pasang surutnya kehidupan, sepatutnya kita perlu belajar memercayai pemeliharaan Allah atas hidup kita. Dalam pemeliharaan-Nya, segala kekhawatiran dan ketakutan bisa kita transformasikan menjadi berkat. Mungkin saja kita dapat dipakai Allah untuk menjadi jalan berkat yang mendatangkan kebaikan dalam kehidupan sesama. Belajarlah dari Ishak, di tengah surutnya kehidupan, dia tetap menabur, dengan jalan itu dia dapat menuai seratus kali lipat. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari bacaan kita pada hari ini? Teladan apa yang Sahabat peroleh dari Ishak dari ayat 1-6? Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari tindakan Ishak di ayat 12-13? Selamat sejenak merenung. Tanamkan dalam-dalam di hati kita: Milikilah ketaatan, jangan berhenti menabur, niscaya berkat-Nya dicurahkan atas kehidupan kita. (pg)

Tidak GOYANG saat GONCANGAN Menerjang

Sahabat, badai dalam hidup diibaratkan sebagai GUNCANGAN, terpaan kuat berupa peristiwa atau kejadian yang kedatangannya tak diharapkan, yang menimbulkan kehidupan yang semula tenang dan nyaman menjadi porak poranda. Apakah itu kehilangan untuk selamanya orang yang dikasihi, kejatuhan dalam karier dan bisnis, mengidap sakit penyakit. Badai lebih sering diasosiasikan dengan hal negatif, suram, pedih, gelap, dan kesedihan. Adakah tempat perlindungan yang kokoh kuat, tatkala guncangan datang menerjang? Setiap makhluk yang hidup di dunia ini membutuhkan tempat yang aman untuk tinggal, berdiam, dan berlindung, bukan? Namun, apakah kita menemukannya? Pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang tidak akan goyang tatkala guncangan datang menerjang. Untuk lebih memahami topik tentang: “Tidak GOYANG saat GONCANGAN Menerjang”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 125:1-5. Sahabat,  Pemazmur menggambarkan orang yang percaya kepada Tuhan seperti gunung Sion, sebab Sion terkenal sebagai gunung pilihan Allah, tempat kudus Allah, serta sebagai kota benteng. Mereka yang percaya kepada Tuhan akan mendapatkan perlindungan, sehingga tidak akan goyah (ayat 1). Perlindungan Tuhan juga layaknya Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Melalui letak geografis Yerusalem ini, Pemazmur hendak memberitahukan bahwa Tuhan senantiasa berada di sekeliling orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga mereka menjadi kuat dan tidak berubah, juga aman dan terlindungi. Mereka akan hidup aman dalam jaring pengaman kehidupan (ayat 2). Sahabat, oleh sebab itu, jika umat Tuhan hendak memperoleh keamanan sepenuhnya, ada yang harus dilakukan. Pertama, percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Kedua, menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan. Ketiga, hidup dalam ketulusan hati. Keempat, tidak menyimpang ke jalan yang berbelit-belit (ayat 3-5). Jika kita melakukan semua itu, maka kita tidak perlu khawatir dan takut terhadap segala ancaman dunia. Sebab Tuhan memerhatikan dan mengutus malaikat-malaikat-Nya berkemah di sekeliling kita. Sahabat, mungkin banyak di antara kita sedang ketakutan, bahkan mungkin sedang mengalami musibah, penyakit, bencana alam, dan lainnya. Hari ini kita mau belajar percaya  dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Sebab itu, di mana pun kita berada, tidak ada alasan untuk takut dan gentar, ataupun khawatir. Sebab Tuhan ada bersama-sama dengan kita dan Dia mengendalikan semua itu dengan kuasa-Nya. Hanya, jika hal itu diizinkan Tuhan terjadi atas kita, maka apa yang Ia inginkan adalah agar kita memiliki pengalaman rohani bersama-Nya. Tak Ada Lagi Khawatir. Tidak goyang saat guncangan menerjang. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami tentang guncangan? Apa yang harus Sahabat lakukan agar tidak goyang saat guncangan menerjang? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: “ … kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut” (Ibrani 12:28). (pg)