Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya. Meme Firman Hari Ini (16 Juni 2022).
Adapun Allah,. jalan-Nya sempurna. Meme Firman Hari Ini (15 Juni 2022).
Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera. Meme Firman Hari Ini (14 Juni 2022).
BERSUKACITA Pergi Ke Rumah Tuhan
Kalau Sahabat diminta untuk membuat daftar 10 tempat favoritmu yang paling sering kamu kunjungi dan membawa sukacita bagimu, adakah dalam daftar tersebut tercantum gerejamu? Kalau tercantum ada di nomor berapa? Pertanyaan berlanjut, kalau hari Minggu tiba dan kamu pergi ke gereja, apakah itu merupakan jadwal rutin mingguan? Atau itu merupakan saat yang kamu nanti-nantikan dan kamu pergi ke gereja dengan penuh antusias? Semoga kita pergi ke rumah Tuhan dengan penuh sukacita. Untuk lebih memahami topik tentang: “BERSUKACITA Pergi Ke Rumah Tuhan”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 122:1- 9 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, pergi ke rumah TUHAN adalah kewajiban setiap orang percaya. Mengapa? Karena di sana kita bertemu dengan TUHAN yang akan memberikan segala berkat yang kita butuhkan. Di sana kita akan berjumpa dengan semua orang percaya dan akan saling mendukung dan mendoakan satu sama lainnya. Perasaan apa yang muncul di hati kita saat kita pergi ke rumah TUHAN? Pernyataan menarik disampaikan oleh Daud dalam Mazmur 122. Ia merespons dengan sukacita ketika orang mengajaknya pergi ke rumah Tuhan. Tentulah ada alasan yang mendasari respons Daud, antara lain: Ia melihat orang-orang bersyukur, ada otoritas yang diberikan bagi keluarga Daud, dapat berdoa bagi kesejahteraan bangsa pilihan Tuhan, dan bertemu dengan saudara-saudara seiman, seraya berharap mereka mengalami kebaikan dari Tuhan (ayat 2-9). Sahabat, Daud sesungguhnya punya alasan untuk bersukacita karena hal-hal lahiriah karena ia adalah seorang raja yang memiliki semua yang dibutuhkan: Harta, pangkat/kedudukan, popularitas dan sebagainya. Meski demikian ia tak menggantungkan harapan hidupnya kepada hal-hal lahiriah tersebut. Bagi Daud sukacita sejati justru ia rasakan saat berada di rumah Tuhan. Mengapa? Karena di rumah Tuhan ia mendapatkan segala hal yang diperlukan: Kelepasan, kelegaan, kemenangan, pertolongan dan mukjizat. Namun yang paling utama, Daud mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan di bait-Nya yang kudus. Bertemu dengan Tuhan berarti mendapatkan segalanya karena Dia adalah sumber segala-galanya. Daud bersukacita karena Tuhan telah menyelamatkan hidupnya dan telah merancang hal-hal yang luar biasa sejak ia masih dalam kandungan, “mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.” (Mazmur 139:16). Sukacita Daud makin melimpah-limpah karena di rumah Tuhan ia dikenyangkan dengan makanan rohani, yaitu firman Tuhan. Sahabat, tentu tidak salah kita dengan antusias berkunjung ke tempat tertentu yang kita sukai. Namun, jangan sampai mencoret rumah ibadah dari daftar tempat yang membuat kita bersukacita saat datang ke sana! Mengapa? Karena di rumah Tuhanlah, kita dapat berjumpa dengan Tuhan, yang dapat memberi kelegaan dan penghiburan yang sejati, lebih dari yang dunia tawarkan! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang memotivasi Sahabat datang beribadah di rumah Tuhan? Apa yang membuat Sahabat antusias dan bersukacita pergi ke rumah Tuhan? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Lebih baik satu hari di pelataran rumah Tuhan, daripada seribu hari di tempat lain!” (Mazmur 84:11)
LEBIH BERHARGA daripada PERMATA
Sahabat, syukur kepada Tuhan hari ini Ibu Padma, istri saya, berulang tahun yang ke-64. Sebagai rasa syukur dan terima kasih, di hari ulang tahun istri, saya menulis refleksi tentang: “Istri Yang Cakap Lebih Berharga Daripada Permata” Dia berprofesi sebagai pengajar. Saya sungguh bersyukur dengan istri saya. Dia sungguh-sungguh dapat berperan sebagai penolong bagi saya. Sejak kami pacaran, kami sudah menetapkan bahwa keluarga yang akan kami bentuk akan mengutamakan masalah pendidikan bagi anak-anak kami. Istri saya dapat mengelola keuangan keluarga dengan baik. Dia mengajak saya untuk berupaya agar pengeluaran rutin setiap bulan tidak lebih besar daripada pendapatan kami. Selain itu kami sepakat bahwa kami beli dengan cara kredit hanya untuk pembelian rumah saja. Ketika saya masih muda, banyak waktu saya pergunakan untuk pelayanan, istri saya yang lebih banyak berperan dalam mendidik 2 orang anak kami. Untuk lebih memahami tema tentang: “LEBIH BERHARGA daripada PERMATA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 31:10-31 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, salah satu fungsi istri adalah penolong bagi suami. Ia memiliki peran dan pengaruh besar dalam keluarga. Jika di Amsal 31:3, Ibu Lemuel mengingatkan tentang figur istri yang dapat membinasakan seorang raja, maka pada bacaan kita pada hari ini kita diberitahu tentang berkat bagi keluarga yang disebabkan oleh istri yang takut akan Tuhan. Sahabat, istri yang cakap adalah istri yang tidak ternilai dan lebih berharga dari permata (ayat 10), sebab ia dipercaya oleh suami. Kehadirannya di tengah keluarga menyebabkan suaminya berbahagia, dan ia berbuat baik kepada suaminya sepanjang hidupnya (ayat 11-12). Dalam aktivitasnya, istri yang cakap mampu melakukan banyak hal. Misalnya, ia mencari bulu domba dan rami, bekerja dengan tangan dan jari-jarinya memegang pemintal (ayat 13, 19). Ia serupa kapal saudagar yang mendatangkan makanan dari jauh (ayat 14). Selain itu, ia membeli ladang dan mengelolanya (ayat 16). Dengan demikian, ia mempunyai pendapatan yang menguntungkan, dan pelitanya tidak padam pada malam hari (ayat 18). Pada masa itu, hanya orang yang berpenghasilan cukup dapat menyediakan pelita pada malam hari. Berarti usaha keras dari istri yang cakap ini membantu suaminya membuat keluarga tersebut dapat hidup nyaman. Bahkan pada musim dingin mereka tidak usah khawatir dengan salju, karena mereka semua berpakaian rangkap (ayat 21). Sebagai seorang istri dan ibu, ia menyediakan makanan dan pakaian untuk seisi rumah. Ia memastikan tiada seorang pun berkekurangan (ayat 15, 21). Ia juga membantu dan memperhatikan orang-orang yang tertindas dan miskin (ayat 20). Bukan hanya dalam tindakan, ia memiliki hikmat dalam berbicara dan pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya (ayat 26). Maka tidak mengherankan kalau ia dipuji oleh suami dan anak-anaknya (ayat 28). Perbuatannya membuat ia dipuji dipintu-pintu gerbang (ayat 31). Ini semua dimungkinkan karena ia adalah istri yang takut akan TUHAN (ayat 30). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pemahamanmu tentang istri yang cakap. Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jadilah perempuan yang takut akan Tuhan sehingga dapat menjadi berkat bagi keluarga dan orang di sekitar. (pg).
TAAT: Perjuangan yang BERAT
Sahabat, melepaskan sesuatu yang diperoleh dengan susah payah dan dalam waktu yang panjang, biasanya sangat sulit. Karena itu merupakan sesuatu yang diperoleh setelah melalui berbagai perjuangan dan pengorbanan. Seorang teman sekantor bercerita bahwa sepeda motor yang dia pakai untuk pergi ke tempat kerja itu milik istrinya. Istrinya berpesan, “Mas, tolong sepeda motor ini jangan sampai dijual karena saya membelinya dari hasil kerja saya bertahun-tahun”. Bagaimana jika sesuatu yang amat sangat berharga bagi kita dan itu satu-satunya yang kita miliki, tiba-tiba Tuhan berbicara kepada kita agar itu dipersembahkan kepada-Nya? Tentu kita akan menghadapi pergumulan yang amat sangat berat, bukan? Sesungguhnya, taat itu suatu perjuangan yang berat. Untuk lebih memahami topik tentang: “TAAT: Perjuangan yang BERAT”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 22:1-19. Sahabat, sebuah ujian mahaberat dialami Abraham saat Allah meminta Abraham untuk mengurbankan Ishak, satu-satunya ahli waris yang sah. Mungkin ada diantara kita yang bertanya-tanya, apakah Allah tidak salah? Apakah tidak ada perintah yang lebih manusiawi dan masuk akal ketimbang perintah yang amat sangat berat seperti itu? Namun, yang membuat kita terheran-heran adalah tindakan Abraham yang menuruti perintah Allah. Bagi sebagian besar orang, keputusan Abraham adalah perbuatan yang konyol dan gila. Namun tidak demikian bagi Abraham. Ketika ia berusia 75 tahun (Kejadian 12:4), Allah memintanya meninggalkan negerinya dan berjanji menjadikannya bangsa yang besar, serta olehnya semua kaum di muka bumi akan diberkati. Padahal istrinya mandul dan sudah tua. Janji itu mulai digenapi dengan lahirnya Ishak, saat Abraham berumur 100 tahun (Kejadian 21:5). Sahabat, saat Ishak beranjak remaja, ujian besar dihadapi Abraham ketika Allah memintanya mempersembahkan putranya. Abraham taat tanpa protes. Pergumulan 25 tahun untuk memperoleh Ishak tidak membuatnya mengutamakan dirinya atau anaknya lalu menomorduakan Allah. Penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa ia melakukannya karena iman, sebab ia tahu bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang dari kematian (Ibrani 11:17,19). Jadi ketaatan Abraham berasal dari pengenalannya akan Allah dan relasinya yang intim dengan Dia. Ia belajar taat pada Allah melalui proses yang panjang, disertai jatuh bangun, hingga kemudian ia menjadi “bapa semua orang percaya” (Roma 4:11). Jika kita tidak mengenal Allah, tentu saja mustahil menaati Dia. Semakin kita mengenal Dia, semakin kita mengerti bahwa Dia adalah Allah yang menciptakan, mengasihi, dan menebus kita. Kasih-Nya yang sempurna telah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Dengan demikian, seperti Abraham, kita pun dapat berjalan dalam iman untuk menaati Dia. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah pertanyaan berikut ini: Mengapa Abraham mau taat melaksanakan perintah Tuhan? (Ayat 1-6) Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Pengenalan yang benar akan Allah akan berbanding lurus dengan ketaatan kita melakukan kehendak-Nya. (pg).
TUHAN: Sumber Pertolongan yang ANDAL
Sahabat, Pandemi Covid-19 membuat banyak orang kehilangan rasa aman. Kekhawatiran, kegelisahan bahkan ketakutan cukup banyak dirasakan. Khawatir akan hari esok, karena semua serba cepat berubah, dan serba tidak menentu. Gelisah karena tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir karena Pemerintah memutuskan untuk kembali memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh Indonesia selama satu bulan, hingga 4 Juli 2022. Ketakutan ketika mendengar berita masih ada orang-orang yang meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19. Sayangnya ada banyak orang percaya yang gampang sekali putus asa ketika diperhadapkan pada pergumulan hidup yang berat, karena mereka berpikir Tuhan tidak memedulikan hidupnya. Itu salah besar! Sesungguhnya tidak sekalipun Tuhan meninggalkan dan membiarkan umat-Nya bergumul sendirian. Tuhan merupakan sumber pertolongan yang andal. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN: Sumber Pertolongan yang ANDAL”, Bacaan Sabda saya ambil dari Mazmur 121:1-8 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, Mazmur 121 ini merupakan salah satu nyanyian ziarah yang dinyanyikan oleh umat Tuhan dalam perjalanan mendaki gunung Sion selama pesta-pesta besar di Bait Suci. Sampai hari ini pun mazmur ini masih dipakai dalam mengawali sebuah perjalanan. Di sini terlihat jelas Pemazmur sangat mengerti bahwa tidak ada yang bisa diandalkannya selain Tuhan. Pemazmur melayangkan matanya ke gunung-gunung untuk mendapatkan sumber pertolongan, namun tidak ada pertolongan di situ. Pada waktu itu, gunung mempunyai peran yang sangat penting sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Selain itu, bagi bangsa Israel gunung Sion adalah tempat Tuhan bertakhta. Bangsa-bangsa lainnya pada zaman itu juga selalu melihat gunung sebagai tempat allah mereka bertakhta. Sahabat, Pemazmur memakai kata “gunung-gunung” sebagai gambaran bahwa dia sedang mencari alternatif pilihan untuk menemukan sumber pertolongan yang lain (ayat 1). Namun, dia mendapati bahwa tidak ada yang seperti Tuhan. Pemazmur melihat betapa hebatnya Tuhan. Dia dapat diandalkan dalam segala hal, Dia tidak pernah terlelap (ayat 3-4). Dia senantiasa menjaga dan memelihara, serta menjamin seluruh perjalanan hidup Pemazmur (ayat 5-7). Bukankah Tuhan yang kita sembah begitu luar biasa? Namun, apakah kita benar-benar mengandalkan-Nya? Ataukah, kita malah mencari pilihan-pilihan lain selain Tuhan? Sayangnya, itulah yang tanpa sadar seringkali kita lakukan. Kita lebih mengandalkan diri sendiri, orang tua, kekayaan, kerabat, atau kekuasaan. Padahal, bukankah Tuhan merupakan sumber pertolongan yang andal? Sahabat, mari kita renungkan kembali, siapakah yang selama ini kita andalkan. Apakah kita selalu mengandalkan Tuhan yang luar biasa itu? Jika kita masih mengandalkan yang lain, lihatlah Pemazmur dan belajarlah dari dia yang selalu mengandalkan Tuhan di sepanjang hidupnya. Dengan begitu, perjalanan hidup kita akan aman dan langkah kita menjadi semakin mantap. Sebab kita tahu siapa Pribadi yang kita andalkan itu. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah pertanyaan berikut ini: Apa saja yang dapat dilakukan Tuhan sebagai penjaga hidup kita? (pg). Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Pertolongan dan perlindungan yang sempurna hanya kita dapatkan di dalam Tuhan, karena Dia Tuhan yang tidak pernah terlelap! (pg).