SISI GELAP ABRAHAM

Sahabat, dalam kajian ilmu psikologi terdapat sebuah teori yang bernama The Shadow Life (Sisi Gelap), teori ini dipopulerkan oleh Carl Jung. Menurutnya, persona digambarkan sebagai sisi lain manusia yang ingin ditunjukkan kepada dunia, jika kita pernah mendengar istilah bahwa manusia itu memakai topeng, maka topeng itu adalah persona yang dimaksud oleh Jung. Sedangkan shadow merupakan representasi dari hal-hal yang tidak kita inginkan, hal-hal yang ingin kita sangkal, maupun hal-hal yang membuat kita takut jika kita melakukannya. Dan hal-hal itulah yang dimaksud dengan shadow oleh Jung, di mana sisi gelap itu bertentangan dengan  norma di masyarakat secara umum. Abraham sebagai manusia biasa juga mempunyai sisi gelap dalam hidupnya. Untuk lebih memahami topik tentang: “SISI GELAP ABRAHAM”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 20:1-18 dengan penekanan pada ayat 2 dan 5. Sahabat, Abraham adalah salah seorang pribadi yang bisa diteladani dalam hal iman. Namun, sisi keberdosaannya masih menguasainya. Dia juga memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Hal ini terbukti ketika ia menetap di Negeb. Abraham kembali mengulangi tindakan dosa dengan cara membohongi Abimelekh saat mengatakan bahwa Sara bukan istrinya, melainkan saudaranya (ayat 2 dan 5). Di sini, Abraham tidak menyertakan Allah. Ia mengandalkan pikirannya dengan mengira-ngira bahwa Abimelekh pasti orang jahat. Ia rela mengorbankan istrinya demi menyelamatkan dirinya. Ia hanya berpikir untuk keselamatan dirinya saja. Suatu risiko besar diambil oleh Abraham. Sahabat, kesalahan Abraham berdampak pada hukuman bagi Abimelekh. Namun, di sisi lain Abimelekh juga bersalah karena mengambil istri orang lain. Hukumannya adalah semua perempuan di rumah Abimelekh menjadi mandul (ayat 18). Hukuman tersebut dimaksudkan sebagai peringatan, bukan mencelakai Abimelekh,  agar tidak tidur dengan Sara. Di sisi lain, makna positif dari peristiwa ini adalah Abimelekh menjadi sangat takut kepada Allah Abraham dan memberikan beberapa persembahan kepada Abraham dan Sara sebagai tanda penyesalannya (ayat 14-15). Sahabat, ketika orang percaya melakukan kesalahan, Allah memperlihatkan keadilan-Nya. Alangkah besar kemurahan hati Allah. Sudah berapa kali Allah menolong kita? Karena itu, kita perlu bersyukur karena kita memiliki Allah yang murah hati. Meskipun Allah itu Mahakasih, namun kadang-kadang Ia menghukum sebagai bentuk pendisiplinan terhadap dosa. Kadang kala Allah menyelamatkan sebagai bentuk belas kasihan karena penderitaan umat-Nya yang tertindas. Hal itu untuk menyadarkan kita supaya senantiasa bersandar kepada Allah.  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini: Berkat apa saja yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini? Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari ayat 6? Berkat apa yang diterima Abimelekh dari Abraham? (Ayat 17) Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Kuasa Tuhan dan hati yang bersih mampu mencegah kita dari melakukan dosa. (pg).

PEMELIHARAAN ALLAH Tak Mengenal BATAS

Sahabat, tidak selalu mudah untuk kita memahami cara Tuhan memelihara hidup kita. Itu juga yang dirasakan tokoh-tokoh di Alkitab. Siapa dapat menduga bahwa turunnya Yusuf ke Mesir sebagai budak, yang disebabkan ulah kakak-kakaknya, serta difitnahnya Yusuf oleh istri Potifar sehingga ia dipenjara, merupakan cara Allah mempersiapkan pertolongan atas keluarga besar Yakub dari bencana kelaparan dahsyat. Lebih daripada itu, Allah menggunakan peristiwa tersebut untuk mempersiapkan umat-Nya kelak, keluar dari Mesir dan menjadi bangsa yang dipakai Allah menyatakan keselamatan-Nya bagi dunia ini. Tuhan memelihara umat-Nya dengan cara-Nya melampaui pengertian kita yang terbatas. Allah berdaulat menggunakan cara-Nya sendiri. Pemeliharaan Allah tak mengenal batas. Untuk lebih memahami topik tentang: “PEMELIHARAAN ALLAH Tak Mengenal BATAS”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 21:8-21 dengan penekanan pada ayat 18.  Sahabat, pengusiran Hagar dan Ismael disebabkan oleh kecemburuan Sara. Ia takut Ismael akan menjadi ahli waris. Karena itu, ia meminta Abraham untuk mengusir mereka.  Abraham akhirnya menuruti usul istrinya setelah mendengarkan janji Allah bahwa Ia akan menjadikan Ismael sebagai bangsa yang besar (ayat 13).  Janji Allah itulah yang membuat Abraham mengambil keputusan untuk mengusir Hagar dan Ismael (ayat 14). Sahabat, peristiwa pengusiran itu pasti menyakitkan bagi Hagar dan Ismael. Mungkin Hagar merasa dirinya adalah korban, bak peribahasa “habis manis, sepah dibuang”.  Perjalanan menjadi semakin berat karena mereka harus melintasi padang gurun. Hagar pun mulai putus asa ketika kehabisan air, bahkan membuang Ismael ke semak-semak (ayat 15). Allah turun tangan dengan mengutus malaikat-Nya untuk memberitakan bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar (ayat 18). Allah pulalah yang membuka mata Hagar sehingga dia dapat melihat sebuah sumur. Allah menyelamatkan mereka (ayat 19). Kekuatan Abraham sebagai seorang ayah sangatlah terbatas. Ia tidak bisa selamanya menjadi ayah bagi Ismael. Ketika Hagar dan Ismael dikirimnya pergi, ia bahkan hanya bisa membekali mereka dengan bekal yang sangat terbatas (ayat 14), tetapi pemeliharaan Allah tak mengenal batas. Allah memelihara hidup Ismael, dalam pemenuhan janji-Nya kepada Abraham. Bukan cuma dengan pemeliharaan sesaat pada saat mereka kehabisan air di padang gurun, tetapi hingga ia menjadi pria dewasa bisa menafkahi dirinya sendiri serta berkeluarga  (ayat 20-21). Sahabat, melalui bacaan kita pada hari ini,  kita melihat karakter Allah yang setia dan konsisten, tidak terbatasi oleh harapan dan kemauan manusia. Ia juga adalah Allah yang peduli dan memelihara umat-Nya. Bahkan di tengah keterbatasan dan kebandelan manusia,  Allah tetap teguh dengan janji dan rencana-Nya. Kepada Allah yang demikianlah kita beriman. Dan sebagai umat-Nya, kisah ini diberikan sebagai sebuah teladan untuk diikuti dan dijalani di hadapan-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Mengapa Abraham tetap mengasihi Ismael? (Ayat 11). Apa yang membuat Abraham terhibur walau dia harus mengusir Hagar dan Ismael? (Ayat 19). Selamat sejenak merenung.  Ingatlah: Mari kita mengasihi bukan dengan memandang siapa mereka, tetapi dengan memandang Tuhan sebagai penciptanya. (pg).

Menjadi Pribadi yang PUNYA INTEGRITAS

Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa perjalanan hidup itu tidak hanya mulus-mulus saja: Ada kebahagiaan, perjuangan, kesedihan, kekecewaan, hingga tekanan. Salah satu hal yang banyak dikeluhkan banyak orang adalah menghadapi tekanan karena seringkali menyebabkan stres. Padahal hampir semua perusahaan yang besar dan bonafide mensyaratkan pegawainya bersedia bekerja di bawah tekanan. Sesungguhnya tekanan bisa datang dari mana saja: Dari pekerjaan, orangtua, diri sendiri, dan masyarakat. Ada cukup banyak orang seringkali cepat putus asa atau berusaha menghindari tekanan yang membuatnya stres. Padahal tekanan sebenarnya dapat membuat seseorang menjadi lebih dewasa, serta berkembang lebih baik. Tekanan membentuk kita menjadi pribadi yang punya integritas. Untuk lebih memahami topik tentang: “Menjadi Pribadi yang PUNYA INTEGRITAS” Bacaan Sabda saya ambil dari Mazmur 120:1-7. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini, Pemazmur mengalami kesesakan karena dua hal: Pertama, bibir dusta (ayat 2-a); kedua, lidah penipu (ayat 2-b, 3-b). Kedua kata tersebut tentu memiliki arti yang sama, namun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda.  Keduanya merupakan anggota tubuh yang membuat manusia dapat berbicara.  Tetapi sayangnya,  kadang keduanya dipakai untuk mengucapkan hal-hal yang menjatuhkan dan tidak membangun orang lain. Sahabat, inilah yang membuat Pemazmur merasa berada dalam kesesakan.  Ia berada di antara orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, mereka  kasar dan keras, serta membenci perdamaian (ayat 5-7). Meskipun Pemazmur sudah cukup lama tinggal di antara mereka, Pemazmur tidak berlaku seperti mereka. Oleh sebab itu, ia berdoa agar Tuhan melepaskannya dari antara mereka. Kesesakan yang dialami oleh Pemazmur tidak membuatnya kehilangan jati diri, melainkan ia makin menunjukkan integritasnya di tengah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.  Ia tetap menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dan tetap cinta akan kehidupan yang penuh perdamaian. Sahabat, saat ini, barangkali kita sedang berada di tengah lingkungan yang bukan hanya tidak memberi kenyamanan, tetapi juga menyesakkan. Mungkin itu lingkungan kerja atau pergaulan yang tidak sesuai dengan nilai dan ajaran-ajaran baik yang kita terima. Bahkan, bisa jadi lingkungan itu memaksa kita untuk berubah dan mengikuti gaya hidup yang ada di situ. Namun, belajar dari Pemazmur, biarlah kesesakan dan ketidaknyamanan yang kita hadapi justru membuat kita makin berintegritas dan menunjukkan nilai-nilai serta ajaran Kristus yang ada di dalam diri kita. Maka, bukan kita yang diubah, melainkan kitalah yang membuat perubahan. Dengan pertolongan Tuhan, mengubah mereka yang suka kegaduhan dam resek,  menjadi orang-orang yang cintai perdamaian,  berintegritas  dan  memuliakan Tuhan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:  Ketika merasa tertekan, apa yang Sahabat lakukan? (Ayat 1-3 dan Mazmur 34:18)  Apa yang Sahabat pahami berkaitan dengan pernyataan: “Menyerahkan pembalasan kepada Tuhan? Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Pertolongan TUHAN datang tepat pada waktu-Nya. (pg)