Lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia. Meme Firman Hari Ini (02 Juni 2022).
Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. Meme Firman Hari Ini (01 Juni 2022).
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Meme Firman Hari Ini (31 Mei 2022).
Rekat: OUR GOD is the GOD of SECOND CHANCE (02 Juni 2022)
Bacaan Sabda: Kejadian 9:1-17 Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan pada hari ini: Saya memahami tentang kesempatan kedua dari Allah sebagai berikut: Allah memberi kesempatan kedua yaitu kesempatan bagi manusia untuk bertobat dan berbalik ke jalan yang benar. Biarlah kita menggunakan kesempatan kedua ini dengan penuh tanggungjawab kepada Tuhan, mau hidup di dalam kekudusan-Nya. Dari ayat 13: Allah menaruh busur-Nya di awan, berarti Allah meletakkan senjata perang-Nya di awan yang melambangkan perdamaian Allah dengan manusia yang mau hidup menurut Firman-Nya. Allah berjanji tidak akan murka lagi pada bumi. Allah berjanji tidak akan memusnahkan bumi dengan air bah. (Swan Lioe)
SANGAT BERHARGA di Mata TUHAN
Sahabat, saya kaget, prihatin, dan sedih dengan apa yang sering kita dengar akhir-akhir ini: Bunuh diri, pembunuhan, tawuran, penganiayaan dan tindak kekerasan lainnya yang semakin marak terjadi. Bahkan banyak tindak kekerasan dan pembunuhan seringkali terjadi karena masalah yang sepele, seolah-olah nyawa manusia tidak ada harganya. Lebih miris lagi, banyak kejadian tersebut melibatkan anak muda, remaja bahkan anak-anak yang masih berstatus pelajar. Sesungguhnya tidak ada harta di dunia ini bisa menggantikan nyawa kita. Jikalau harta seluruh dunia ini dikumpulkan jadi satu, itupun tidak cukup berarti untuk bisa menggantikan nyawa dan hidup kita. Sahabat, ingatlah: Apapun keadaanmu saat ini: Miskin, kaya, tinggi, pendek, hidung mancung, hidung pesek, sehat, sakit, hitam, atau putih, Tuhan mengasihimu semua. Hidupmu sangat berharga di mata-Nya. Untuk lebih memahami topik tentang: “SANGAT BERHARGA di Mata TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 116:1-19 dengan penekanan pada ayat 15. Sahabat, Pemazmur mengemukakan pengharapannya kepada Tuhan yang ia percayai bahwa Ia mendengar doanya dan tahu tentang keadaannya (ayat 1-4). Kemudian, ia menyatakan apa yang dipercayainya tentang sifat Allah yang pengasih, adil, dan pemelihara (ayat 5-6). Pemazmur juga menyampaikan apa yang telah Ia perbuat juga sebagai dasar bagi dia untuk percaya (ayat 7-10). Ia tidak menaruh pengharapannya pada manusia karena baginya semua manusia adalah pembohong. Ia hanya percaya dan berharap kepada Tuhan. Karena itu, ia berusaha menyenangkan hati Tuhan (ayat 12-14, dan 16-19). Sahabat, bagi Pemazmur, walau seandainya ia harus mengalami kematian karena Tuhan tidak meluputkannya dari maut, ia tetap memercayai bahwa kematiannya itu juga adalah kehendak Tuhan dan sesuatu yang berharga di mata Tuhan. Fakta yang kita temui sampai dengan hari ini barangkali adalah apa yang disampaikan Pemazmur hanya sebatas pengharapan kita kepada Tuhan dan biasanya hanya diucapkan di tengah-tengah dukacita karena kematian seseorang dengan mengutip ayat yang berbunyi, “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya” (ayat 15). Ayat 15 menuntun kita dalam merespons kasih Allah yang memandang kita sebagai pribadi yang berharga. Kita ditantang untuk lebih memercayai-Nya dengan apa yang telah, sedang, dan akan Ia lakukan bagi kita sampai kita semua bertemu kembali dengan-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa saja yang dilakukan oleh Pemazmur karena Ia mengasihi Tuhan? (Ayat 1-4) Sifat-sifat Tuhan seperti apa yang digambarkan Pemazmur dalam ayat 5-6? Apa yang akan dilakukan oleh Pemazmur sebagai respons atas kebaikan, kemurahan, dan kesetiaan Tuhan? (ayat 12-14 dan 16-19) Selamat sejenak merenung. Mari kita daraskan ayat berikut ini: “Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya.” (Mazmur 117:2). (pg)
Allah TIDAK BUTUH bantuan kita
Sahabat, jika sepasang suami istri tidak mempunyai anak, ada cukup banyak orang yang berpendapat bahwa kebahagiaan dalam keluarga terasa kurang sempurna. Karena itu, ada pasangan yang bercerai dan menikah lagi hanya untuk memperoleh keturunan. Ada pula pasangan yang mengadopsi anak. Meskipun Sarai tidak mempunyai anak, hal itu tidak membuatnya ingin bercerai. Sebaliknya, ia membujuk Abram, suaminya agar memperistri Hagar (hambanya) dengan harapan mempunyai anak yang bisa dijadikan sebagai ahli waris. Dalam budaya Mesopotamia, hal tersebut diatur dan diperbolehkan. Keraguan Sarai akan janji Allah membuatnya mengambil keputusan menawarkan Hagar kepada suaminya. Kurangnya iman Sarai terhadap janji Allah memunculkan ide agar Abram memperistri Hagar. Sarai berpikir tindakannya tersebut dapat membantu Allah untuk menggenapi janji-Nya. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan bantuan manusia untuk menggenapi janji-Nya. Dia itu Mahakuasa, tiada yang mustahil bagi-Nya. Allah tidak butuh bantuan kita. Untuk lebih memahami topik tentang: “Allah TIDAK BUTUH bantuan kita”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 16:1-16. Sahabat, Secara status, Hagar hanyalah seorang hamba, orang asing yang tidak masuk hitungan. Seiring berjalannya waktu Hagar lupa pada perjanjiannya dengan Sarai (majikan). Ketika Hagar mulai mengandung, muncullah dalam dirinya sikap meremehkan puannya. Ia mulai merendahkan dan melukai hati Sarai yang dianggapnya tidak mampu memberikan keturunan kepada Abram. Sarai pun tak kuat menanggung beban dan sakit hatinya, lalu menceritakan masalah tersebut kepada suaminya, tetapi Abram lepas tangan dan memberikan hak kepada istrinya untuk masalahnya dengan Hagar. Sarai harus menanggung akibat dari tindakannya, sebab apa yang dirancangkan tidak sesuai dengan harapan, sebaliknya berdampak buruk terhadap dirinya sendiri. Hati Sarai terluka oleh karena sikap Hagar yang tak berhenti menyakitinya. Sarai pun kemudian menindas Hagar. Itulah yang membuat Hagar tertekan dan lari meninggalkan rumah dalam kondisi hamil (ayat 6). Jikalau Sarai taat dan percaya kepada janji Allah, maka masalah tersebut tidak akan pernah muncul. Sahabat, tak bisa dipungkiri bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan, apalagi menunggu janji untuk waktu yang lama, bukan pekerjaan mudah. Menunggu janji Tuhan butuh kesabaran dan ketekunan! Kita harus benar-benar memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan. Bila saat ini kita sedang menunggu janji Tuhan, apa pun itu: Pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, keturunan dan sebagainya, tetaplah tekun dan sabar menanti-nantikan Tuhan dan belajarlah untuk selalu taat kepada kehendak Tuhan. Jangan sekali-kali mencari jalan keluar dengan menggunakan akal dan kekuatan sendiri. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang menyebabkan Sarai gagal dalam menanti penggenapan janji Tuhan? (Ayat 2) Apa yang menyebabkan Sarai menindas Hagar? (Ayat 4-6) Selamat sejenak merenung. Marilah kita mendaraskan ayat berikut: “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.” (Ibrani 10:23). (pg).