ReKat: AIR SUSU dibalas dengan AIR TUBA (23 Mei 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 106 : 1- 12 Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan kita pada hari ini: Pemahaman saya tentang kebaikan Allah dalam hidup kita yaitu kebaikan Allah itu menyatakan tentang pribadi-Nya bahwa Allah itu kasih adanya. Kasih-Nya itu tidak akan pernah berubah, berlaku untuk selama-lamanya. Bagi kita yang dikasihi-Nya bukti kebaikan-Nya itu dinyatakan melalui pengorbanan Kristus, dosa diampuni, kita diselamatkan, jaminan hidup kekal bersama Dia di surga. Bukti berikut bahwa kebaikan Allah dalam hidup kita yaitu pada saat kita diperhadapkan dengan berbagai persoalan hidup, Dia memberi solusi yang tepat, dengan cara kita taat kepada-Nya. Respons yang dapat kita berikan atas anugerah-Nya yaitu berelasi dan berkomunikasi kepada-Nya. Caranya: Melakukan saat teduh rutin,  bersyukur kepada-Nya,  memuji Dia, terus belajar  firman-Nya dengan teratur, dan berdoa syafaat kepada-Nya. Selain itu meneruskan pengalaman anugerah-Nya kepada anggota keluarga, kepada sesama anggota jemaat, dan kepada sesama  di sekitar kita. (Haryono)

Tuhan DEKAT dengan ORANG yang HINA

Sahabat, yang lazim orang senang DEKAT dengan para penguasa, para konglomerat, orang-orang yang terkenal, dan para tokoh masyarakat. Tapi justru Tuhan dekat dengan orang yang hina, orang yang direndahkan, orang yang dianggap sampah masyarakat, orang yang ditolak, dan orang yang dipandang dengan sebelah mata. Penggambaran Tuhan yang mahatinggi dan manusia yang rendah bukan dimaksudkan supaya hamba-hamba-Nya diliputi kekaguman dan pemujaan. Sebaliknya, ini merupakan peringatan akan apa yang dapat dilakukan Tuhan dari takhta-Nya yang kudus. Dia dapat membolak-balikkan keadaan manusia. Bagi-Nya mengangkat derajat orang miskin dan hina bukanlah hal yang sulit. Ia juga dapat menghapus aib manusia dan menggantinya dengan kebanggaan dan sukacita. Untuk lebih memahami topik tentang: “Tuhan DEKAT dengan ORANG yang HINA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 113:1-9 dengan penekanan pada ayat 7-9. Sahabat, Mazmur haleluya ini juga permulaan dari kumpulan mazmur yang dalam tradisi Yahudi disebut hallel (Mazmur 113-118). Mazmur hallel dikaitkan  dengan beberapa perayaan utama umat Yahudi, terutama dalam konteks  perayaan Paskah. Mazmur 113-114 dilantunkan sebelum memulai makan Paskah, Mazmur 115-118 untuk mengakhirinya. Pemazmur menguatkan bahwa Tuhan bukan saja memperhitungkan ibadah dan ketaatan kita, tetapi juga memperhatikan hidup kita sehari-hari. Marilah kita mengimani bahwa pengakuan akan Tuhan Yang Mahatinggi bukan sekadar ungkapan pemujaan, melainkan pengingat bahwa Dia sanggup mengangkat kita dari segala kerendahan, kehinaan, dan keterpurukan, bahkan kehancuran hidup. Tuhan menginginkan kita hidup sederajat dengan sesama sekalipun jalan hidup kita berbeda. Lihatlah Hana dan Maria yang ditinggikan Allah (1 Samuel  2:1-10 dan Lukas 1:46-55). Ada kalanya Allah meninggikan kita melalui peristiwa-peristiwa ajaib karena itu marilah kita sadari dan kita akui bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Sahabat, Kristus telah datang bahkan tinggal bersama ciptaan-Nya. Dia mau  menyamakan diri dengan mereka yang mengalami diskriminasi sosial  dan agama. Dia datang untuk memulihkan tatanan yang rusak karena  dosa. Mari sekarang bersama umat Tuhan lainnya, kita memuji Dia dan mengagungkan nama-Nya dengan sikap kita yang tidak diskriminatif terhadap orang yang berbeda dengan kita. Berdasarkan  hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa harapan Pemazmur yang terdapat dalam ayat 2-4? Apa yang Sahabat pahami dari pernyataan Pemazmur di ayat 7-9? Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Yang merasa diri rendah dan tak berdaya dipandang dan dimuliakan Tuhan, bukan yang merasa kaya, mulia, dan terpandang. (pg).

Pentingnya TAHU DIRI

Sahabat, habitat pertama bagi manusia adalah taman Eden. Kebun permai ini dilengkapi dengan segala yang manusia perlukan. Kekayaan, kesuburan, dan keindahan alam tersedia. Tetapi mengapa tiba-tiba harus ada larangan: Memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat? (Kejadian 2:17). Rupanya Tuhan hendak menegaskan sebuah ketetapan utama dalam kehidupan: Kepemilikan.  Larangan itu berfungsi mengingatkan manusia, mereka bukan pemilik taman. Eden beserta segala isinya itu milik Allah. Manusia hanyalah dia yang diberi kepercayaan untuk mengolah atau membudidayakannya (Kejadian 2:15). Sebuah pelajaran kepemilikan yang sudah setua umur umat manusia, bukan?  Sahabat, sesungguhnya sumber dari segala kerusuhan dan kekacauan hidup memang di sini: Manusia tidak  TAHU DIRI. Seharusnya dirinya bukan pemilik. Hanya pengelola. Untuk lebih memahami topik tentang: “Pentingnya TAHU DIRI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 13:1-18 dengan penekanan pada ayat 10-11.  Sahabat, Abram menjadi sangat kaya karena Tuhan memberkatinya (ayat 2). Kekayaannya itu ditandai dengan banyak ternak yang dimilikinya. Kekayaan kadang menjadi sumber konflik. Hal itu tampak pada percekcokan dan perkelahian para gembala Abram dan Lot (ayat 7). Mereka saling berebut lahan untuk makanan ternak majikannya. Wilayah di mana mereka tinggal menjadi sangat sempit bagi Abram dan Lot. Dalam hal ini, Abram mencoba mengalah dengan mengajak keponakannya untuk berunding mencari solusi. Abram memberikan Lot kesempatan untuk memilih lebih dahulu wilayah manakah yang hendak didiami. Akhirnya Lot memilih daerah Lembah Yordan (ayat 10). Sahabat, inilah kesalahan Lot yang utama. Dia TIDAK TAHU DIRI. Lot tidak ingat dengan posisinya. Abram itu pamannya. Dia lebih tua. Dia yang mengajak Lot berangkat dari Mesir ke Tanah Negeb. Sesungguhnya Abram-lah yang menjadi sumber kekayaan Lot. Seharusnya Abram yang berhak menentukan masalah pembagian wilayah. Abram lebih berhak sebagai pemilih pertama. Kesalahan Lot yang kedua, dalam hal memilih wilayah, Lot menjatuhkan pilihan hanya berdasarkan apa yang tampak di mata.  Lot yang melihat betapa suburnya rumput yang berada di wilayah Lembah Yordan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, wilayah Yordan sangat menarik hati siapa pun jua. Karena daerah tersebut bukan hanya terkenal sangat subur dan banyak airnya, tetapi juga sangat indah seperti taman surgawi (ayat 10). Sahabat, sedang  Abram lebih mementingkan menjaga kekerabatan daripada berebut wilayah yang subur, yang menjanjikan (ayat 8). Abram orang yang rendah hati dan suka mengalah.  Baginya, tidak menjadi soal apakah tempat yang akan didiaminya itu subur atau tidak. Sebab ia memegang janji Allah. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang menjadi penyebab kegagalan pemilihan Lot? (Ayat 10) Berkat apa yang Abram terima ketika dia mengedepankan kekerabatan dan mengalah? (Ayat 8, 14-15). Selamat sejenak merenung. Ingatlah: “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”  (Amsal 10:22).  (pg)

ADA BERKAT yang LUAR BIASA

Sahabat,  BERKAT   sangat dirindukan, dinantikan dan diharapkan oleh sebagian besar orang.  Siapakah di antara kita yang menolak berkat?  Hampir tidak ada!  Ke mana pun kaki ini melangkah, yang dituju berkat. Berkat hampir selalu memenuhi pikiran kita:  Saat memberi persembahan di gereja atau melayani kita pun berharap Tuhan membalasnya dengan berkat;  doa-doa kita pun dipenuhi dengan segala keinginan dan permohonan berkat kepada Tuhan.  Intinya ada cukup banyak  orang yang mengejar berkat. Tapi ada juga orang-orang yang dikejar berkat yaitu orang-orang benar, orang-orang yang takut akan Tuhan. Bagi mereka ada bekat yang luar biasa. Untuk lebih memahami topik tentang: “ADA BERKAT yang LUAR BIASA”,  Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 112:1-10. Sahabat,   Mazmur 112 menyebut dua tipe orang, yaitu orang yang takut akan Tuhan (ayat 1-3) dan orang benar (ayat 4-10). Pada bagian tertentu tidak ada perbedaan antara keduanya. Orang yang takut akan Tuhan dapat dikatakan sebagai orang benar juga. Menurut Pemazmur, orang yang takut akan Tuhan dan yang suka pada perintah-Nya adalah orang yang akan diberkati. Orang seperti itu akan memiliki keturunan yang perkasa; angkatannya diberkati, harta miliknya akan tetap, dan kebajikannya akan dikenang (ayat 2-3). Sahabat, hampir setiap orang percaya ingin menikmati berbagai hal yang dijanjikan Tuhan. Namun, kita seringkali tidak memperhatikan atau bahkan menyepelekan syarat dan ketentuan yang diminta oleh Tuhan, yaitu takut akan Tuhan. Di sini Pemazmur menekankan bahwa takut akan Tuhan adalah prinsip utama dari semua kebijaksanaan dan sumber kebahagiaan sejati. Ketika seseorang hidup dalam takut akan Tuhan, dapat dipastikan bahwa ia akan membenci kejahatan, kesombongan, kecongkakan, tingkah laku jahat, dan mulut penuh tipu muslihat (Amsal 8:13). Jadi, kunci mengalami berkat-berkat Tuhan adalah memiliki hati yang takut akan Dia, karena takut akan Tuhan membawa kita hidup dalam perjanjian berkat-Nya yang tidak bisa dibatalkan dan dibatasi oleh apa pun dan siapa pun, dan tidak terpengaruh situasi. Sahabat, berkat bagi kita yang takut akan Tuhan akan mengalir ke seluruh anggota keluarga kita (Ayat 2).  Bila kita hidup takut akan Tuhan maka berkat Tuhan akan sampai kepada anak cucu   kita.  Luar biasa!  Hidup dalam perjanjian berkat Tuhan bukan berarti bebas dari masalah, justru masalah akan Tuhan pakai untuk meneguhkan perjanjian-Nya;  dan satu hal yang tak boleh dilupakan adalah tujuan Tuhan memberkati yaitu supaya kita jadi berkat.  Karena itu orang yang takut akan Tuhan pasti akan banyak memberi karena ia diberi kelimpahan oleh Tuhan  (ayat 9). Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Dari ayat 2, berkat apa yang akan diperoleh oleh orang yang takut akan Tuhan? Dari ayat 3, berkat apa yang akan diperoleh oleh orang yang takut akan Tuhan? Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg)

Meninggalkan KENYAMANAN, KEMAPANAN, dan KEAMANAN

Sahabat, ketika usia saya dan istri sudah berkepala 6, dan kedua anak kami sudah berumah tangga, kami ingin menikmati hasil jerih juang kami di masa muda. Tapi justru pada saat itulah ada beberapa orang rekan sepelayanan mengajak kami untuk tetap terlibat dalam penggenapan rencana baik Tuhan. Siapa yang tidak menyukai kenyamanan? Pekerjaan mapan, keluarga harmonis, tinggal di lingkungan yang aman, memiliki banyak teman yang akrab. Pasti amat sangat berat ketika kita harus meninggalkan semua itu.  Terlebih jika kita belum mengetahui dengan jelas  tempat tujuan kita, situasi dan kondisinya seperti apa, ditambah usia kita sudah tidak muda lagi. Untuk lebih memahami topik tentang: “Meninggalkan KENYAMANAN, KEMAPANAN, dan KEAMANAN”, Bacaan Sabda saya ambil dari Kejadian 12:1-9 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat,  Allah memerintahkan Abram untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Meninggalkan keluarga besar yang begitu mengayominya, menuju suatu tempat yang belum diketahuinya. Perintah ini menguji Abram, apakah ia memercayai Allah lebih daripada yang dapat ia lihat, atau lebih mencintai tanah kelahirannya, teman-teman terkasihnya dengan segala kenyamanannya. Sahabat, ternyata Abram lebih memilih untuk menaati  kehendak Allah, tanpa menyisakan ruang untuk menempatkan keraguan dalam hatinya terhadap wewenang Ilahi. Padahal, tidak ada jaminan yang tampak jelas selain mengandalkan kepercayaannya kepada Allah. Sering kali hidup sebagai orang percaya menuntut kita berlaku seolah konyol. Meninggalkan apa yang kelihatan demi apa yang tidak kelihatan. Rela mengalami penderitaan dengan berharap menerima kemuliaan yang masih menjadi harapan. Bak pepatah mengatakan:  “Anak di pangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan.” Syukur karena Allah yang kita sembah senantiasa menggenapi janji-Nya. Seperti rancangan dan penyertaan yang diberikan-Nya kepada Abram, Allah juga menyediakan rancangan yang baik bagi kehidupan kita. Tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan selain memainkan peran kita seturut kehendak-Nya. Dengan cara demikian kita diajar untuk terus bergantung pada penyertaan Allah dan membawa hati supaya senantiasa berfokus kepada-Nya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Bagikanlah pemahamanmu tentang diberkati untuk menjadi berkat? (ayat 2-3) Apa yang menjadi kuncinya sehingga Abram dapat menikmati terobosan baru? (Ayat 4 dan Kejadian 22:2) Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Bagikanlah berkat Tuhan karena tidak akan pernah habis orang yang membutuhkannya. (pg).