ReKat: SAAT Tuhan MENGGENAPI Janji-Nya (19 Mei 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 105:16-22 Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan kita pada hari ini: Ketika kita menanti-nantikan pertolongan Tuhan , kita harus bersabar, jangan cepat putus asa dan tetap berharap kepada Tuhan. Ketika kita hmenanti-nantikan pertolongan Tuhan, kita harus memiliki iman yang kuat dan teruji , sekalipun mata jasmani kita belum melihat akan jawaban Tuhan. Dalam menantikan pertolongan Tuhan , kita harus yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita untuk bergumul sendiri serta Tuhan pasti menggenapi janji-janji-Nya dalam kehidupan kita , karena Allah mempunyai rancangan yang indah bagi masa depan kita. (Swan Lioe)

Pelayanan yang HOLISTIS

Sahabat, kita sebagai keluarga besar Yayasan Christopherus patut bersyukur kepada Tuhan,  karena Yayasan Christopherus pada 3 Mei 2022 genap berusia 50 tahun. Pada awal pelayanannya, Yayasan Christopherus lebih berfokus pada pelayanan firman yang didukung dengan pelayanan musik dan pelayanan media. Sesungguhnya sejak awal berdirinya, Yayasan Christopherus ingin mengembangkan pelayanan yang holistis, pelayanan yang utuh, pelayanan yang memerhatikan kebutuhan rohani dan jasmani. Maka mulai tahun 1977 (di usia yang ke 5 tahun) Yayasan Christopherus mulai merintis pelayanan panti asuhan. Untuk lebih memahami topik tentang: “Pelayanan yang HOLISTIS”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Injil Lukas 4:18-19. Sahabat, secara sederhana, kata holistis  berarti seluruhnya,  sepenuhnya, sebagai suatu kesatuan. Dengan demikian pelayanan yang holistis dapat dipahami sebagai pelayanan yang bersifat menyeluruh, tidak terbagi-bagi. Pelayanan yang memandang, memahami, mendekati, dan memperlakukan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh. Sahabat, dalam Alkitab dijelaskan perhatian Allah terhadap masalah jasmani. Misalnya, Allah memelihara janda di Sarfat dengan membuat tepung dalam tempayan tidak akan habis  dan minyak dalam buli-buli tidak akan berkurang walaupun telah dipakai berkali-kali (1 Raja-raja 17:14-16). Para rasul memilih tujuh orang untuk mengurus santunan kepada para janda (Kisah Para Rasul 6:1-6). Jika pelayanan yang  holistis dianggap sebagai pelayanan gereja yang menyeluruh maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek pelayanan yang meliputi pelayanan: Koinonia (persekutuan), Marturia (kesaksian), dan Diakonia (pelayanan sosial). Hal tersebut mutlak dalam penginjilan dan akan mendatangkan shalom  yang dijanjikan Tuhan. Sahabat, Tuhan Yesus telah memberikan contoh dalam hal pelayanan holistis saat di dunia. Kitab Injil mencatat bahwa di dalam pelayanan-Nya, Ia tidak sekadar memperhatikan kebutuhan rohani banyak orang, tetapi juga kebutuhan jasmaninya. Ia memang datang untuk menebus manusia berdosa, namun Ia juga menghadirkan Kerajaan Allah dengan menyembuhkan banyak orang sakit: Orang buta, orang lumpuh, orang bisu, orang tuli, penderita kusta, wanita yang mengalami pendarahan, dan sebagainya. Hal itu menyatakan bahwa karya Tuhan Yesus atas diri manusia bersifat utuh. Ia menganugerahkan pengampunan dosa, sekaligus kesembuhan rohani dan jasmani. Christopherus sebagai lembaga gerejawi mendapat mandat untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah yang disertai dengan pelayanan di segala bidang kehidupan. Cakupan pelayanannya harus  utuh dan seimbang. Yang penting visinya tetap sama: Terlaksananya Amanat Agung Tuhan di seluruh pelosok dunia. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang engkau pahami tentang pelayanan yang holistis? Adakah Sahabat yang terpanggil untuk melayani di bidang diakonia, dengan memerhatikan anak yatim piatu? Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:17). (pg)

INDAHNYA Kenangan Indah

Sahabat, puncak acara Yubileum Christopherus berupa Kebaktian Syukur,  diselenggarakan pada hari ini 30 Mei 2022,  di GBT KAO Semarang. Dalam buku Bunga Rampai “Christ for all, all for Christ” yang diterbitkan dalam rangka Yubileum Christopherus, Setio Boedi menulis satu artikel berjudul: “Memandang Andreas Christanday”. Dalam bagian awal tulisannya, dia menulis, “Seorang Andreas Christanday adalah manusia langka. Salah satu kelangkaan yang kudapati dari  Evangelis  Andreas Christanday adalah semangat dan cintanya yang luar biasa untuk melayani Tuhan Yesus.  Sejak muda dia terlibat dalam pelayanan-pelayanan penting di ladang Tuhan sampai saat ini.” Sahabat, kejadian sangat menyesakkan yang diketahui oleh banyak orang karena termuat di berbagai media, terutama media online (internet). Yakni berpulangnya kedua cucu tercinta Pak Andreas pada peristiwa  kecelakaan di pantai Seminyak, Bali pada pertengahan tahun 2020. Beberapa bulan setelah peristiwa itu, Pak Andreas membuat pelayanan online melalui channel Youtube (@Yayasan Christopherus) dengan serial  yang diberi judul “Satu Menit Bersama Andreas Christanday”. Saat ini, sudah enam ratus nomor lebih terposting di channel tersebut. Dengan tema yang sangat aktual dan variatif. Bayangkanlah, seorang yang pada  tahun 2022 genap  berusia 78 tahun begitu bersemangat, gigih dan sukacita melayani Tuhan dengan bentuk pelayanan online yang mengglobal. Setiap hari! Sungguh pribadi hamba  pilihan-Nya. Untuk lebih memahami topik tentang: “INDAHNYA Kenangan Indah”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Filipi 1:3-11 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, menjadi seseorang yang diingat oleh orang lain karena kenangan yang baik ternyata sungguh indah. Tak terkecuali bagi jemaat di Filipi. Kepada jemaat itu, Rasul Paulus menulis surat singkat dari balik jeruji penjara. Secara khusus, ia mengingat kembali akan kebaikan-kebaikan Tuhan yang dialaminya melalui jemaat Filipi. Jemaat itu mempunyai kontribusi yang penting dalam pelayanan Paulus, baik melalui persekutuan mereka dengan Paulus maupun melalui dukungan finansial mereka. Paulus dan jemaat di Filipi saling mendukung. Mereka, tentu saja, juga bersyukur karena saling memiliki satu sama lain. Sahabat, kita tentu rindu untuk meninggalkan kenangan yang baik dan indah bagi sesama. Tentu saja, bukan supaya mereka mengingat bahwa diri kita orang yang baik, melainkan supaya mereka dapat melihat kebaikan Tuhan. Melalui kebaikan-kebaikan kita, kiranya orang-orang di sekeliling kita bisa bersyukur dan melihat kasih Tuhan. Sebaliknya pula, kiranya kita senantiasa menyimpan kenangan tentang kebaikan hati sahabat-sahabat kita.     Belum terlambat, masih terbuka kesempatan bagi kita untuk meninggalkan kenangan indah. Sesungguhnya setiap perjumpaan kita dengan sesama, akan menggoreskan kesan. Sedangkan hari yang kita jalani saat ini akan segera menjadi masa lalu. Karena itu lakukanlah yang terbaik agar menjadi masa lalu yang indah untuk dikenang. (pg)

Tidak Ada JANJI yang TIDAK Ditepati-Nya

Kristus naik ke surga adalah bukti bahwa tidak ada janji yang tidak ditepati-Nya! Sahabat, sangat menarik Mazmur 110 yang menjadi Bacaan Sabda pada hari ini merupakan nubuatan tentang Kristus yang telah dinaikkan dan dipermuliakan oleh Bapa.  Kristus perlu naik ke surga, karena pekerjaan-Nya belum selesai pada waktu Ia bangkit dari antara orang mati, karena itu Ia harus duduk di sebelah kanan Bapa dan dari situlah Ia akan mencurahkan karunia-karunia kepada kepada orang percaya, teristimewa karunia Roh Kudus,  “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”  (Yohanes 16:7). Sahabat, coba perhatikan, Mazmur 110 dikutip beberapa kali oleh penulis Injil Matius, Markus, dan Lukas. Para penulis Injil mengutipnya dalam rangka menjelaskan hubungan Daud dan Mesias. Selain mengutip, penulis Injil tersebut memperlihatkan bahwa Yesuslah yang mengutip kembali kata-kata Daud untuk menjelaskan identitas diri-Nya kepada orang-orang Farisi (Perhatikan:  Matius  22:44; Markus 12:36; dan Lukas 20:42). Mazmur 110 berbicara tentang Mesias yang dinubuatkan dan dijanjikan oleh Allah bagi manusia. Gambaran yang Daud berikan masih bersifat bayang-bayang pada masa yang akan datang. Saat Yesus mengutip bagian ini, figur Mesias tersebut dikenakan kepada diri-Nya yang adalah Anak Manusia. Dalam Perjanjian Baru, berkali-kali disebutkan bahwa Anak Manusia sebagai orang yang duduk di sebelah kanan Allah yang Mahakuasa (Lukas  22:69; Markus 16:19). Bahkan Allah bersumpah bahwa Ia tidak menyesal mengangkat Anak Manusia sebagai Imam Besar Agung menurut aturan Melkisedek (ayat 4; bdk. Ibrani 4:14-15; 5:10). Apa artinya Allah bersumpah? Ketika Allah bersumpah, maka sumpah itu jangan dipahami sekadar pemenuhan janji yang mengikat, tetapi juga dilihat sebagai meterai yang mengesahkan sumpah tersebut (Ibrani  6:20). Sebab itu, menanti pemenuhan sebuah janji bukan hal yang mudah, apalagi pemenuhan janji Tuhan. Masalahnya, kita terkadang menilai pemenuhannya tersebut berdasarkan keinginan kita belaka. Hal inilah yang dilakukan oleh para agamawan Yahudi, yaitu mendikte apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh seorang Mesias. Yang terjadi adalah kebutaan rohani karena Mesias yang ditunggu-tunggu ada di hadapan mereka, namun mereka sama sekali tidak melihatnya. Sahabat, cepat atau lambat janji Allah pasti digenapi. Dalam janji-Nya, kita menemukan harapan dan kekuatan untuk teguh menjalani kehidupan, sekalipun dihadang oleh berbagai persoalan. Apa pun masalahnya, hendaknya kita tidak putus asa terhadap janji Allah. Jangan biarkan kesulitan menjadi hambatan bagi kita membuktikan terwujudnya janji-Nya dalam kehidupan kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Ayat ke berapa yang paling banyak dikutip dalam Injil? Dalam ayat 4 disebutkan bahwa Tuhan bersumpah. Apa artinya? Dalam ayat 5 dan 6, siapa saja yang dimusnahkan oleh Tuhan? Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg)

HIDUP dalam DAMAI dan saling MENGHORMATI

Sahabat, pengalaman saya bercerita bahwa untuk mengikuti program “Pembacaan Alkitab Dalam Satu Tahun” banyak tantangannya. Salah satu tantangan yang dapat menjadi penghambat besar ketika kita sampai pada pasal atau bagian yang mencatat atau bercerita tentang silsilah. Salah satu contoh nyata, pada hari ini Bacaan Sabda kita sampai di Kejadian 10:1-32. Ketika kita membaca Kejadian 10,  kita akan  menemukan banyak nama-nama yang asing, susah dieja, dan cenderung membosankan. Mungkin ada diantara Sahabat,  ketika mulai membacanya,  ada satu keinginan untuk melewati saja Kejadian 10. Bagi saya,  Kejadian 10 itu membuat saya semakin serius berdoa, minta pewahyuan dari Tuhan, minta pencerahan dari Roh Kudus:   “Pengajaran apa yang bisa saya sampaikan kepada para Sahabat?” Akhirnya Roh Kudus berbicara agar saya menyampaikan: Hidup dalam damai dan saling menghormati.   Sahabat, dari Kejadian 10:1-32. Kita dapat menemukan daftar keturunan Sem, Ham, dan Yafet (ayat 1-10). Dari silsilah tersebut, terlihat jelas bagaimana keturunan Nuh tersebar ke segala penjuru dunia. Bukan hanya itu, keturunan Nuh juga membentuk peradaban. Contohnya, keturunan Yafet menjadi bangsa yang tinggal di daerah pesisir (ayat 5); keturunan Ham menjadi bangsa di Sinear (ayat 10), Asyur (ayat 11), dan Kanaan (ayat 18); keturunan Sem menjadi bangsa yang menguasai wilayah Mesa, Sefar, sampai daerah pegunungan sebelah Timur (ayat 30). Sahabat, sesungguhnya silsilah tersebut menunjukkan terpenuhinya tugas yang Tuhan berikan kepada manusia, yaitu beranak cucu dan memenuhi bumi. Tersebarnya manusia ke berbagai wilayah merupakan efek dari pemeliharaan Allah pada setiap bangsa. Karena itu, Allah Pencipta adalah Penguasa tunggal atas kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Gambaran silsilah itu juga memperlihatkan bahwa keturunan Nuh menjadi cikal bakal berbagai suku bangsa di Asia, Eropa, dan Afrika. Sahabat, di satu sisi, bertambahnya populasi manusia dan banyaknya daerah yang dikuasai manusia merupakan hal baik. Tetapi di sisi lain, semakin banyak manusia, semakin besar pula konflik yang akan terjadi. Setiap orang, bangsa, dan suku,  saling bersaing untuk menguasai satu sama lain. Mereka ingin menunjukkan siapakah yang terkuat dan terhebat di antara mereka. Bagi bangsa Israel, pemikiran itu berasal dari keyakinan bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Pemikiran seperti itu sangat keliru. Sebab Allah memberikan mandat-Nya bukan hanya kepada Israel, tetapi juga kepada semua bangsa, yaitu menguasai, memberdayakan, dan memelihara bumi. Mandat Allah menjadi tanggung jawab bersama. Memahami hal ini seharusnya setiap bangsa saling menghormati dan bekerja sama. Sahabat, marilah kita hidup dalam damai dan saling menghormati satu sama lain. Sebab, Allah tidak membeda-bedakan kasih-Nya terhadap siapa pun. Ia mengasihi segenap ciptaan-Nya. Mengasihi Allah berarti mengasihi semua bangsa di muka bumi.  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong sampaikan usulanmu: “Program atau kegiatan apa yang perlu dikerjakan gerejamu agar kita sebagai komunitas orang percaya dapat menjadi pelopor dalam gerakan masyarakat yang cinta damai dan hidup saling menghormati? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)

PERGI untuk KEMBALI

Lagu ciptaan Minggus Tahitoe: “Pergi untuk Kembali, ” pernah dibawakan oleh beberapa penyanyi dalam berbagai versi, seperti versi Broery Marantika, Melly Goeslaw, dan Diana Nasution. Yang terakhir dinyanyikan oleh Marcello Tahitoe (Ello). Lagu tersebut telah populer sejak dekade 70-an dan 80-an, dan seolah menjadi lagu wajib momen perpisahan. Lagu tersebut menceritakan perpisahan sepasang kekasih. Sang kekasih berjanji untuk kembali lagi setelah ia pergi. Tetapi adakah yang bisa menjamin janji manusia akan ditepati? Kalau manusia yang berjanji, belum tentu ditepati, hanya Tuhan kalau janji pasti ditepati dan digenapi. Yesus, Tuhan, Dia berjanji pergi untuk kembali. Pasti itu akan terjadi. Untuk lebih memahami topik tentang: “PERGI untuk KEMBALI”, Bacaan Sabda pada hari ini  saya ambil dari Kisah Para Rasul 1:6-11 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat,  bacaan kita pada hari ini mencatat bahwa  suatu ketika Yesus akan datang kembali. Namun, sebelum kedatangan-Nya kembali, Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus turun ke atas para murid sehingga mereka memiliki kuasa untuk menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem hingga ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (ayat 8). Jelas bahwa kunci keberhasilan para murid dalam memenuhi Amanat Agung Tuhan Yesus adalah kuasa dan penyertaan Roh Kudus. Setelah Yesus naik ke surga dengan disaksikan murid-murid-Nya, tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih, perwujudan dari malaikat, yang mengingatkan bahwa Yesus yang terangkat ke surga akan datang kembali dengan cara yang serupa (ayat 11). Dengan kenaikan Tuhan Yesus ke surga ada jaminan keselamatan dan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.  Artinya surga bukan sekadar impian, angan-angan atau pengharapan kosong, melainkan sesuatu yang pasti, karena Tuhan telah menyediakannya bagi kita;  sebab Ia mau di mana Ia berada di situ pula kita akan berada.  Dunia ini adalah tempat persinggahan sementara, bukan tempat tinggal kita secara permanen.  Rumah atau tempat tinggal kita yang sesungguhnya adalah surga,  “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, …”  (Filipi 3:20). Sahabat, selain itu peristiwa Kenaikan Yesus memiliki makna khusus yang berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali. Kenaikan meneguhkan dan menjamin kedatangan-Nya kembali suatu hari nanti. Menurut sebagian penafsir Alkitab, kenaikan Kristus merupakan akhir karya Kristus di bumi, dan sekaligus permulaan sejarah gereja yang berlangsung hingga Kristus datang kembali. Marilah kita selalu mengingat, bersyukur, dan berjaga-jaga menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali. Sepanjang penantian itu, kita melaksanakan Amanat Agung, yaitu bersaksi akan karya keselamatan-Nya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa tujuan Tuhan Yesus naik ke surga (Yohanes 14:18 dan Yohanes 16:7)? Apa makna kenaikan Tuhan Yesus ke surga (Kisah Para Rasul 4:12)? Selamat Sejenak Merenung. Ingatlah: Menunggu kedatangan kembali Kristus bukan dengan pasif, melainkan dengan cara aktif bersaksi tentang karya keselamatan-Nya. (pg)