OUR GOD is the GOD of SECOND CHANCE

Sahabat, ada sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris yang mengatakan: Our God is the God of second chance. Begitu panjang sabar dan kasih setia Tuhan, sehingga Dia terus berulang-ulang memberikan kita kesempatan demi kesempatan untuk berubah, berbalik dari jalan-jalan yang sesat untuk kembali ke jalan Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak kisah mengenai pertobatan, pengampunan dan pemulihan. Apa persamaan dari Yunus, Daud, Petrus, dan Paulus? Semua nama tersebut sama-sama memperoleh kesempatan kedua, dan mereka mempergunakannya dengan baik. Sesungguhnya bukan hanya 4 nama tersebut, karena ada banyak kisah dimana Tuhan menunjukkan kesabarannya dengan memberi kesempatan berulang kali. Untuk lebih memahami topik tentang: “OUR GOD is the GOD of SECOND CHANCE”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 9:1-17. Sahabat, Atas kesetiaanya, Nuh mendapat berkat dari Allah. Berkat itu berupa janji memiliki keturunan yang banyak (ayat 1) dan kekuasaan atas segala makhluk (ayat 2). Terkait dengan makanan, Nuh dan keturunannya boleh memakan binatang (ayat 3). Sebelumnya, manusia hanya boleh makan biji-bijian (Kejadian 1:29). Selain itu, Allah berjanji tidak akan memusnahkan bumi lagi dengan Air Bah (ayat 11). Perjanjian Allah tidak hanya ditujukan kepada Nuh dan keturunannya. Allah menyatakan bahwa perjanjian itu juga diperuntukkan semua makhluk hidup yang ada di bumi (ayat 12). Allah berjanji tidak akan murka lagi pada bumi. Perjanjian itu dinyatakan Allah akan berlangsung untuk selamanya. Dengan demikian perjanjian itu bersifat kekal. Biasanya suatu perjanjian terjadi atas dua orang yang sejajar. Dalam perjanjian ini Allah merendahkan diri. Ia rela menyejajarkan diri-Nya dengan manusia. Sebagai tandanya, Allah meletakkan sebuah busur di awan (ayat 13). Sahabat, sebenarnya perjanjian antara Allah dengan semua makhluk hidup yang ada di bumi yang diwakili oleh Nuh dengan keluarga, merupakan kesempatan kedua yang diberikan Allah kepada umat manusia. Kesempatan pertama yang telah diberikan Allah kepada manusia, tidak dipergunakan dengan baik oleh manusia. Seiring dengan bertambah banyaknya manusia di muka bumi, bertambah banyak pula dosa-dosa yang mereka perbuat. Maka Allah kemudian memusnahkan mereka dengan air bah. Mungkin ada diantara kita yang berpikir bahwa kalau ada kesempatan kedua, pasti akan ada kesempatan ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Itu pemikiran yang salah. Seharusnya kita sebagai orang percaya harus punya prinsip, kalau Tuhan sudah memberikan kesempatan kedua kepada kita, maka kita tidak lagi membutuhkan kesempatan yang ketiga. Kita akan mempergunakan kesempatan yang kedua dengan penuh tanggung jawab. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami tentang kesempatan kedua dari Allah? Busur adalah senjata untuk melepaskan anak panah. Allah menaruh busur-Nya di awan sebagai tanda perjanjian-Nya dengan manusia (ayat 13). Busur itu berbicara tentang apa? Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Kesempatan akan selalu terbuka ketika kita masih hidup, maka berbaliklah segera kepada Tuhan sebelum terlambat, (pg).

FITNAH lebih KEJAM daripada PEMBUNUHAN

Ada ungkapan jadoel yang berbunyi: “Fiitnah lebih kejam daripada pembunuhan”. Mengapa demikian?  Memfitnah memang tidak membunuh secara fisik, tapi ketika seseorang memfitnah sesamanya berarti ia membunuh karakter orang tersebut, menghancurkan karirnya, masa depannya, reputasinya, merampas kebahagiaan dan ketenangan hidupnya.  Itulah sebabnya fitnah adalah sebuah tindakan yang kejam dan sangat tidak manusiawi!  Untuk lebih memahami topik tentang: “FITNAH lebih KEJAM daripada PEMBUNUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 109:1-31 dengan penekanan pada ayat 2 dan 3. Sahabat, manusia memiliki kecenderungan untuk membela diri dan membalas. Jika seseorang berbuat baik terhadap diri kita, maka kita akan membalas dengan perbuatan baik. Jika seseorang berbuat jahat terhadap diri kita, maka kita akan membalas dengan perbuatan jahat. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan  Raja Daud. Dalam bacaan kita pada hari ini, sekalipun ia mendapat perlakuan jahat, bahkan dari orang-orang yang ia kasihi (ayat 2-5), ia tidak serta merta membalas kejahatan mereka. Wajar saja kalau kita tidak suka difitnah, bahkan Allah pun membenci fitnah. Karena itu, Allah memerintahkan bangsa Israel tidak mengucapkan saksi dusta terhadap sesama (Keluaran 20:16). Secara praktis hukum kesembilan dari Dasa Titah mengajak kita menjauhi gosip dan fitnah (Keluaran 20:16). Andaikata difitnah orang, apa yang akan kita lakukan? Secara spontan kita pasti menyangkal atau mengonfirmasi kabar yang tersiar. Terkadang sakit hati mendorong kita menyumpahi para pemfitnah agar mereka celaka, pendek umur, menjadi miskin, tak diampuni dosanya, dan dikutuk hidupnya (ayat 6-20). Padahal kita tahu betul bahwa Allah menghendaki kita bersabar menghadapi para pemfitnah. Sepatutnya kita meneladani Raja Daud yang memasrahkan nasibnya kepada Tuhan (ayat 21). Meskipun Daud berhak melakukan pembalasan, namun ia menyerahkan hak tersebut ke dalam tangan Tuhan. Ia percaya bahwa Allah akan bertindak memberikan pembelaan. Sahabat, karena itu janganlah kita merasa terganggu dengan fitnah maupun gosip. Lawanlah hal itu dengan pikiran dan perbuatan positif. Tindakan meluruskan fitnah hanya membuang waktu dan menguras tenaga kita. Apa pun alasannya mereka tidak akan percaya karena hatinya sudah dibutakan sehingga tidak bisa melihat kebenaran. Apakah kita masih berlelah-lelah membela diri atau malahan menyumpahi para pemfitnah? Marilah kita mengoreksi diri karena tindakan itu tidak diperkenan oleh Allah. Allah menghendaki kita mengampuni dan menyerahkan masalah itu dalam tangan-Nya. Jadikan fitnahan sebagai sarana untuk mengasah kita memiliki karakter seperti Kristus. Dengan demikian, hidup kita memuliakan Tuhan dan menjadi daya tarik bagi orang lain untuk mengenal Injil Kristus. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Situasai seperti apa yang digambarkan oleh Raja Daud dalam ayat 6-20? Apa yang diharapkan oleh Raja Daud yang dituangkan dalam ayat 21-31? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)

RITUAL di Waktu Pagi

Sahabat, apa ritualmu di pagi hari setelah kamu bangun tidur? Kalau saya begitu bangun tidur langsung kumur, minum secangkir air putih hangat, menaikan doa syukur, membaca ayat yang akan menjadi Bacaan Sabda di “Sejenak Merenung”, kemudian bersaat teduh. Setelah itu baru membagikan  “Sejenak Merenung” untuk hari itu. Pagi merupakan awal hari dan jika kita mengawali hari dengan benar, dengan mencari wajah Tuhan dan bersekutu dengan-Nya sebelum memulai segala sesuatunya, kita akan mengalami sukacita, pertolongan, mukjizat dan kekuatan dari Tuhan sepanjang hari.  Pagi hari bisa diibaratkan sebuah fondasi bangunan;  jika kita memulai dengan fondasi yang benar maka bangunan itu akan tetap tegak berdiri dengan kokoh, meskipun pada hari itu turun hujan badai. Maka sangat penting kita memperhatikan: Ritual di waktu pagi. Untuk lebih memahami topik tentang: “RITUAL di Waktu Pagi”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 108:1-14 dengan penekanan pada ayat 2-3. Sahabat, Mazmur 108 memiliki kemiripan dengan Mazmur 57 dan 60. Ketiganya mengisahkan pertolongan Tuhan kepada Pemazmur dalam menghadapi musuh. Mazmur 108 merupakan pengucapan syukur yang dilakukan bukan secara pribadi, melainkan oleh satu bangsa. Oleh karena itu, Pemazmur ingin mengumandangkan atau memberitahukan betapa kemuliaan Allah selalu menyertainya dalam peperangan. Jelas terlihat bahwa Pemazmur menginginkan semua bangsa memuliakan Allah yang disembahnya. Pemazmur mengawali tulisannya dengan kesiapan hati untuk memuji kebesaran kasih setia Tuhan. Bukan dengan mulut saja ia memuji Allah, tetapi juga mengajak jiwanya turut bermazmur. Di sini Pemazmur menggunakan kata “bangunlah”.  Kata itu menunjukkan arti bahwa hati, pikiran, dan jiwa raganya ikut serta memuji dan memuliakan Tuhan. Sebab Allah yang dipuji dan disembah oleh Pemazmur adalah Pencipta langit dan bumi, yang berkuasa atas segala makhluk yang ada di dalamnya. Di bagian akhir ayat ke 3, Pemazmur mengajak kita “membangunkan fajar”, di pagi hari kita bersyukur dan memuji Tuhan. Pada bagian kedua, Pemazmur memuji Allah karena Ia telah melindungi orang-orang pilihan-Nya. Ia menjamin keselamatan mereka. Semua wilayah, seperti Sikhem, lembah Sukot, Gilead, Manasye dan Efraim, Yehuda, Moab, dan Edom, menjadi tempat kudus-Nya. Ini berarti semua daerah itu akan diserahkan kepada orang-orang pilihan-Nya (ayat 8-10). Pada bagian yang ketiga, Pemazmur mengangkat kidung pujian untuk memohon pimpinan Allah. Pemazmur meyakini betapa sia-sianya keselamatan yang berasal dari manusia. Kini Ia hanya mengandalkan pertolongan dari Tuhan. Bersama Allah, Pemazmur melakukan berbagai perbuatan yang besar. Melalui pertolongan Tuhan, Pemazmur bisa mengalahkan para musuhnya (ayat 11-14). Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu pada bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Menurut pemahamanmu, mengapa kita perlu menaikan syukur ke hadirat Tuhan di pagi hari, dengan mengingat kasih setia dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Apa yang menjadi pengharapan Pemazmur dalam ayat 7-10? Apa yang menjadi keyakinan Pemazmur dalam ayat 11-14? Selamat sejenak merenung. Berikut resep keberhasilan hidup  dari Tuhan Yesus,   “… carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33). (pg)