ReKat: TUHAN SANG PENOLONG (08 Mei 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 98:1-9 Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan kita pada hari ini: Dari ayat 1-3, Pemazmur mengajak bangsa Israel untuk memuji, bermazmur, dan mengagungkan Tuhan berdasarkan nubuatan berikut: Bangsa Israel dan semua bangsa diberitahu tentang kemenangan dan keselamatan itu semata-mata berasal dari Tuhan.  Tuhanlah yang berinisiatif menyatakan diri-Nya kepada para leluhur Abraham, Ishak dan Yakub, dan kepada generasi berikutnya,  turun temurun, sampai janji kemenangan dan keselamatan itu sungguh terealisasi. Saya sudah banyak menikmati kebaikan dan pertolongan Tuhan, dan respons saya: Menjalani hidup dengan  penuh sukacita. Mengagungkan Tuhan, melalui hidup saya dan keluarga, pengucapan syukur, bernyanyi, memuji-Nya. Mengkhususkan waktu untuk berelasi dengan Tuhan melalui pembacaan Alkitab, dan berdoa syafaat untuk:  Pribadi, keluarga, jemaat, badan misi (PIPKA, Yayasan Christopherus dan lain-lain), serta pemerintah bangsa negara. (Haryono)

PENGHARAPAN: Sehelai Daun Zaitun

Saya sering mengirimkan qoute: “Terus jaga HARAPAN, sekecil apa pun. Mukjizat dapat terjadi setiap saat” kepada Sahabat yang sedang sakit. Saya belajar dari pengalaman nabi Elia, awan  kecil sebesar telapak tangan bagi nabi Elia merupakan sinyal pengharapan hujan akan turun (1 Raja-raja 18:44). Sahabat, bagi penumpang kapal karam yang terdampar di pulau terpencil, raungan helikopter adalah sinyal pengharapan. Bagi pelaut yang sedang digempur dan bertempur dengan ganasnya ombak laut di malam hari, kelap-kelip cahaya mercusuar adalah sinyal pengharapan. Bagi orangtua yang hidupnya selalu dililit oleh kemiskinan, anak berprestasi di sekolah adalah sinyal pengharapan. Bagi Nuh, sehelai daun  Zaitun merupakan sinyal  pengharapan bumi akan segera kering. Untuk lebih memahami topik tentang: “PENGHARAPAN: Sehelai Daud Zaitun”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 8:1-22, dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, hujan telah berhenti. Allah mengingat untuk menolong Nuh (ayat 1). Allah meniupkan angin hingga air mulai surut (ayat 1). Dengan agak rinci dituturkan proses catatan waktu keluarnya Nuh dari bahtera. Untuk mengetahui keadaan, Nuh melepas burung gagak (ayat 7). Selanjutnya dilepaskan burung merpati sebanyak 2 kali (ayat 8 dan 10). Akhirnya mereka keluar dan bersyukur dengan memberikan persembahan yang harum kepada Allah (ayat 21). Tuhan pun berjanji tidak akan membinasakan bumi lagi dengan Air Bah (ayat 21). Pemulihan yang Allah lakukan mengingatkan kita pada cerita penciptaan. Angin yang dihembuskan Allah (ayat 1) senada dengan Roh Allah yang melayang-layang (Kejadian  1:2). Perintah untuk berkembang biak dan bertambah banyak (ayat 17) tampaknya mengulangi perintah Allah yang sama saat menciptakan manusia (Kejadian  1:28). Pemulihan lewat Air Bah ini boleh dikatakan menjadi cerita penciptaan ulang. Sahabat, melalui seekor merpati yang dilepaskan oleh Nuh, Allah mengirim sinyal pengharapan (ayat 11), Zaitun itu tanaman bandel, mudah tumbuh dan tak mudah dibunuh. Jadi, begitu ada tanah kering lekas tumbuhlah ia. Sehelai daun segarnya di paruh merpati mengabarkan kepada Nuh, ada sinyal pengharapan akan sebuah kehidupan lagi. Sahabat, di sekeliling kita mungkin ada orang yang hidupnya seperti dikepung oleh masalah, kesukaran, dan kebuntuan yang melumpuhkan. Sinyal pengharapanlah yang mereka butuhkan. Sebab tanpanya, tak tersisa kekuatan untuk bertahan dan melanjutkan langkah ke depan. Mungkin itu sekadar berupa: Ucapan berhikmat. Kunjungan bersahabat. Kiriman pesan atau doa pembangkit semangat. Selipan amplop berbagi berkat. Referensi atau rekomendasi ke alamat yang tepat, dan sebagainya. Siapa tahu, kebaikan sederhana kita mampu memberi sinyal pengharapan bagi mereka. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Bagaimana pemahamanmu tentang: Sehelai daun Zaitun dapat menjadi sinyal pengharapan bagi Nuh? (Ayat 11) Apa yang mendorong Nuh memberikan persembahan bakaran kepada Allah? (Ayat 20) Bagaimana respons Allah terhadap persembahan bakaran dari Nuh? (Ayat 21-22) Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Tindakan memberi sinyal pengharapan kepada sesama yang menantikannya adalah karya Tuhan. (pg).

KEMURAHAN TUHAN yang MENGUBAH KEADAAN

Sahabat, masih ingat dengan nyanyian Hana (1 Samuel  2:1-10) dan  nyanyian Maria (Lukas 1:46-55)? Dalam kedua nyanyian tersebut, kedua wanita ini mengungkapkan kebaikan Tuhan yang telah mengangkat mereka masing-masing dari keadaan terhina, menurut pandangan manusia, menjadi terhormat bahkan mulia. Kedua wanita itu juga mengungkapkan keadilan Allah dengan membalikkan keberuntungan orang jahat atau fasik menjadi petaka. Kemurahan Tuhan yang mengubah keadaan kedua wanita tersebut menjadi mulia. Untuk lebih memahami topik tentang: “KEMURAHAN TUHAN yang MENGUBAH KEADAAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 107:1-43 dengan penekanan pada ayat 43. Sahabat, Mazmur 107 adalah mazmur pembuka kitab kelima Mazmur (I: 1-41; II:42-72; III: 73-89; IV: 90-106; V: 107-150). Tema syukur mazmur ini melanjutkan Mazmur 105 dan 106. Namun, alasan bersyukur lebih kepada pertolongan Tuhan dalam berbagai situasi kehidupan. Alasan mendasar bersyukur diberikan pada ayat 2-3, yaitu Allah telah menebus mereka. Alasan spesifik diberikan dalam ayat-ayat 4-9,10-16, 17-22, dan 23-32.  Ayat 33-43 memaparkan karya Tuhan yang mengubah situasi manusia dari keadaan tidak berdaya menjadi diberkati, sebaliknya yang merasa hebat menjadi tak berdaya (ayat 33-43). Mazmur  107  yang menjadi bacan kita pada hari ini  ditutup dengan pengungkapan karya Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan yang menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang adil. Bagian ini bisa dibagi menjadi tiga bagian yang berpasangan (ayat 33-38, 39-41, 42) dan penutup yang merupakan nasihat hikmat (ayat 43). Bagi mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan dan melakukan kejahatan, Tuhan bisa menjauhkan mereka dari berkat-berkat-Nya (ayat 33-34). Sebaliknya, mereka yang hidup menderita dalam kemiskinan karena perbuatan jahat orang lain, akan diberkati dengan limpah (ayat 35-38). Ayat 39-41 kalau dibaca dengan urutan 40-39-41, maknanya lebih mudah dipahami, yaitu orang yang terkemuka akan dihina dan direndahkan, sebaliknya orang miskin dilindungi bahkan dijadikan melimpah. Sedangkan ayat 42 mengontraskan orang benar yang melihat keadilan ditegakkan dengan penuh sukacita, sebaliknya orang yang jahat akan terbungkam olehnya. Sahabat, karena kemurahan Tuhan kita diselamatkan dan beroleh pengampunan dosa.  Kita tahu bahwa keselamatan dan pengampunan yang Tuhan berikan tidak bisa ditebus dengan kesalehan hidup manusia atau amal kebaikan manusia (Mazmur 103:3).  “ Karena itu:  “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, …”  (Ayat 1-2). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Mengapa Pemazmur mengajak umat untuk bersyukur? (Ayat 2-3) Ketersesatan di padang gurun melambangkan apa? (Ayat 4-5) Selamat sejenak merenung.  Mari kita renungkan dalam-dalam pernyataan raja Daud berikut ini: “Siapakah aku ini, ya Tuhan … sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?”  (2 Samuel 7:18). (pg)

GARAM: Larut tapi Tidak Hanyut

Dengan tegas Yesus bersabda,  “Kamu adalah garam dunia.” Itulah panggilan Tuhan kepada kita sebagai orang percaya. Kita diminta menjadi garam, itu artinya kita diminta supaya bisa bermasyarakat,  bergaul  dengan siapa saja, tidak terbatas hanya dengan mereka yang seiman dan sesuku saja Sahabat, justru kehadiran garam itu bisa dirasakan ketika dia mau larut dalam masakan, larut dalam adonan. Tapi walaupun garam itu larut, tapi rasa asin itu tidak hilang, masih terasa.  Justru peran dan fungsinya menjadi nyata ketika garam itu sudah larut. Garam itu memang harus larut, tapi tidak hanyut, tidak tertelan oleh rasa lain. Menghadirkan perubahan. Menghadirkan pembaruan. Untuk lebih memahami topik tentang: “GARAM: Larut tapi Tidak Hanyut”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 7:1-24. Sahabat,  pembaruan yang dikerjakan Tuhan sudah dimulai. Nuh dipersiapkan bersama dengan keluarga serta binatang haram dan tidak haram (ayat 1). Seminggu sebelum hujan turun mereka sudah masuk ke dalam bahtera (ayat 4). Tepat seperti yang dikatakan Allah, hujan turun dengan lebat selama 40 hari 40 malam (ayat 12). Air semakin lama semakin banyak seperti air bah sehingga terjadi banjir semesta yang membuat bahtera terapung-apung (ayat 18). Banjir itu membuat semua ciptaan Tuhan tewas (ayat 23). Sangat mengerikan. Banjir semesta melanda bumi dengan hebatnya. Kehebatan banjir itu digambarkan tingginya sampai melebihi semua gunung yang tinggi (ayat 19). Bahkan disebutkan ketinggian air di atas 15 hasta atau 7 meter dari gunung yang tinggi itu (ayat 20). Tentu semua disapu habis. Sahabat, bumi kembali berada dalam kondisi yang kacau. Keteraturan yang telah ditata Tuhan dalam kisah penciptaan menjadi rusak karena Air Bah. Kekacauan itu terpaksa dilakukan demi memurnikan bumi agar sesuai kembali dengan rancangan Tuhan. Lewat kekacauan itu, seolah-olah “penciptaan” kembali dirancang oleh Tuhan. Peristiwa kekacauan melalui Air Bah begitu mengerikan. Karena banjir semesta itu, semua makhluk hidup yang ada di darat maupun di udara mati. Hal itu terjadi karena memang Allah hendak menghapus semua yang pernah diciptakan-Nya (ayat 23) dan melakukan pembaruan atas bumi. Hanya Nuh, keluarganya dan segala makhluk yang ada di dalam bahtera yang merupakan “kaum tersisa”. Nuh menjadi duta pembaruan Allah atas bumi ini. Peristiwa itu di satu sisi memperlihatkan kedahsyatan kuasa Allah, namun di sisi lain menunjukkan kepedulian Allah atas bumi. Kedahsyatan Allah membuat kita menyadari betapa kecilnya kita di hadapan-Nya. Kepedulian Allah membuat Ia selalu berkarya untuk membarui tatanan di bumi. Sahabat, pembaruan sering kali mendapat penolakan. Tanpa pembaruan kehidupan kita akan tenggelam. Realitas yang ada di sekitar kita selalu mengalami perubahan. Dengan demikian, pembaruan adalah suatu keharusan. Kita dipanggil sebagai agen pembaruan Allah. Hal itu diawali dengan pembaruan diri sendiri. Dimulai dari diri kita sendiri. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu tentang: Kita dipanggil sebagai garam dunia. Kita dipanggil untuk menjadi agen pembaruan. Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Karena kesetiaannya kepada Tuhan, Nuh dan keluarganya selamat! (pg)