ReKat: Jangan Gampang BERNAZAR (23 April 2022)

Bacaan Sabda:  Bilangan 30:1-16 Berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, pemahaman saya tentang nazar dan peringatan yang saya dapatkan sebagai berikut:    Tuhan tidak memerintah kita untuk bernazar , namun Tuhan juga tidak melarang kita untuk bernazar. Kita harus berhati – hati bila hendak bernazar,  karena kita harus menepati nazar itu. Ketika kita bernazar, sama halnya kita telah mengikatkan janji kepada Tuhan. Sebaiknya janganlah bernazar   jika kita tidak dapat menepati nazar kita, Sebab seorang nazir yang melanggar janjinya, sama dengan melanggar perintah Allah. (Swan Lioe)

Christ for all, all for Christ

Sahabat, masih dalam rangka menyambut Yubileum Christopherus, hari ini saya mengangkat topik dari moto pelayanan Yayasan Christopherus: Christ for all, all for Christ. Melalui wawancara dengan Bapak Ev. Andreas Christanday, pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Christopherus, saya mendapat penjelasan mengapa Christ for all, all for Christ menjadi moto pelayanan Yayasan Christopherus. Pertama, Christ for all, all for Christ merupakan prinsip hidup dan pelayanan Christopherus.  Prinsip tersebut menjadi dasar Bapak Andreas menjawab panggilan hidupnya secara konsisten dan konsekuen. . Kedua, “all” (semua) menggambarkan pelayanan Yayasan Christopherus yang bersifat holistik (utuh). Ketiga. “all” menggambarkan pelayanan Yayasan Christopherus yang bersifat interdenominasi. Pelayanan Yayasan Christopherus didukung oleh gereja-gereja dan melayani untuk gereja-gereja. Keempat, “all”  juga berarti semua telenta, semua bangsa dan suku bangsa juga semua gender dan usia. Kelima, akhirnya “all” mencerminkan bahwa segala sesuatu dari Tuhan, oleh Tuhan, dan kepada Tuhan: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36). Sahabat, untuk lebih memahami topik tentang: “Christ for all, all for Christ”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari  2 Korintus 5:11-21 dengan penekanan pada ayat 14-15. Sahabat, pada zaman ini manusia semakin berfokus kepada dirinya sendiri. Tren seperti swafoto (selfie) membuat manusia semakin memuji diri sendiri dan puas terhadap keakuannya. Mari kita sadari bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan. Kita menjalaninya dengan kekuatan dan pengaturan dari Tuhan hingga kelak kita menghadap kepada-Nya. Hidup kita telah ditebus dengan bayaran yang sangat mahal, yang tidak terbeli secara materi karena dibayar dengan darah Kristus di kayu salib. Dengan demikian, sudah seharusnya kita tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan juga untuk Tuhan dan sesama demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 15). Sahabat, secara tidak sadar manusia hidup hanya untuk dirinya sendiri. Mereka berusaha mencukupi kebutuhan sendiri, dan sedapat mungkin hanya berelasi dengan orang lain untuk sesuatu yang menguntungkan dirinya. Karena Kristus telah mati untuk semua orang, baiklah semua potensi diri,  kita baktikan untuk kemuliaan Tuhan. Siapa pun yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (ayat 17). Ia akan bermegah karena kemuliaan Allah, mampu menguasai diri, dan mengakui adanya kuasa dari kasih Kristus. Seperti inilah diri kita yang semestinya ketika kita percaya kepada Tuhan. Kita tidak ingin berdamai dengan keinginan daging yang memaksa kita melakukan berbagai hal yang tidak disukai Tuhan. Kita hanya mau berdamai dengan Allah, sehingga segenap pelayanan kita terima dari Kristus dan kita jalankan dengan penuh ketaatan. Mari kita menghayati kasih Tuhan di dalam hidup kita dan menjalani hidup dengan senantiasa bertanya mengenai kehendak-Nya terhadap hidup kita. Kita layak bersyukur atas pengurbanan-Nya dan bersungguh-sungguh mempersembahkan hidup kita untuk melayani sesama demi kemuliaan Tuhan. Sahabat, kita sebagai anggota keluarga besar Christopherus, semoga menjadikan moto pelayanan Christopherus: “Christ for all, all for Christ” menjadi moto hidup kita masing-masing. (pg) 

KASIH TUHAN: Tiada Bandingnya

Sahabat, sebelum kita melangkah lebih jauh pada  hari ini,  coba sejenak renungkan betapa besar kasih Tuhan dalam kehidupan kita!  Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kasih Tuhan kepada kita tidak pernah berubah.  Sungguh, kita tak dapat menghitung  betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus  (Efesus 3:18). Memang banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, ada banyak yang mengagumkan,  namun kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Tuhan.  Kasih Tuhan itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini. Sesungguhnya kasih Tuhan tiada bandingnya. Untuk lebih memahami topik tentang: “KASIH TUHAN: Tiada Bandingnya”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 3:1-24 dengan penekanan pada ayat 7 dan 21. Sahabat, Keberadaan manusia di Taman Eden tidak berlangsung abadi (ayat 24). Manusia tergoda oleh bujuk rayu ular, yang merupakan binatang melata yang paling cerdik (ayat 1). Percakapan ular dengan perempuan membuat Hawa dan Adam tergoda untuk makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat (ayat 6). Akibat memakan buah itu mereka menjadi malu karena telanjang (ayat 7) dan takut berjumpa dengan Tuhan (ayat 8). Hukuman pun diberikan karena ketidaksetiaan manusia. Sahabat, ketika Adam dan Hawa menyadari bahwa diri mereka telanjang, mereka menjadi malu. Kemudian untuk menutupi bagian tubuh mereka yang membuat mereka malu, mereka menyematkan daun pohon ara (ayat 7). Tentu saja daun pohon ara tidak dapat menutupi bagian tubuh mereka dengan baik. Selain itu cawat yang terbuat dari daun pohon ara itu mudah rusak karena daun pohon ara itu cepat menjadi kering, tidak tahan lama, juga sulit untuk dibentuk. Tentu cawat dari daun pohon ara membuat mereka tidak nyaman. Yang luar biasa, walaupun Adam dan Hawa telah melanggar titah Tuhan, namun kasih Tuhan tetap berlaku bagi mereka. Hati Tuhan penuh dengan belas kasih. Coba, lihat di ayat 21, Tuhan dengan penuh kasih membuat pakaian dari kulit binatang. Tentu pakaian dari kulit binatang jauh lebih baik daripada pakaian dari daun pohon ara. Tindakan kasih Tuhan tidak berhenti sampai di situ, Tuhan bukan hanya membuatkan pakaian buat mereka, tapi juga mengenakannya kepada mereka. Sungguh-sungguh luar biasa kasih Tuhan itu. Sahabat, suatu kisah kasih yang sangat mengharukan. Kasih Tuhan mengalir terus-menerus tiada berhenti sampai selama-lamanya.  “Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”  (Mazmur 117:2).  Kasih manusia bersifat sementara, mudah sekali berubah, sangat bergantung pada situasi dan kondisi;  tetapi kasih Tuhan tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun.  Bahkan kita tidak dapat mempengaruhi kasih Tuhan dengan perbuatan-perbuatan baik kita.  Tuhan mengasihi kita sebelum ada perbuatan baik yang kita lakukan bagi-Nya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang dilakukan oleh ular untuk menjebak Hawa? (Ayat 1-5) Apa yang membuat  Hawa memetik dan kemudian makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat? (Ayat 6) Apa dampak pertama ketika mereka telah makan buah tersebut? (Ayat 7) Lalu apa dampak kedua bagi mereka? (Ayat 8) Apakah dampak berikutnya bagi mereka? (Ayat 12-13) Selamat sejenak merenung.  Ingatlah: Tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan kepada kita. (pg)