ALLAH: PENCIPTA dalam Keteraturan

Dengan sukacita mulai hari ini saya mengajak Sahabat untuk belajar menggali kitab Kejadian. Kitab tersebut menceritakan tentang penciptaan dunia, sejarah awal umat manusia, nenek moyang Israel dan asal usul orang-orang Yahudi. Di tradisi Yahudi dan kristiani, dikatakan bahwa Kitab Kejadian ditulis oleh Musa, Sahabat, kitab ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian “Sejarah Purba” (Bab 1–11) dan bagian “Sejarah Leluhur” (Bab 12–50). Pada bagian “Sejarah Purba” diceritakan bahwa Tuhan menciptakan dunia yang baik dan cocok untuk umat manusia. Sedangkan bagian “Sejarah Leluhur”  menceritakan tentang prasejarah Israel, umat   pilihan Tuhan. Untuk lebih memahami topik tentang: “ALLAH: PENCIPTA dalam Keteraturan”, Bacaan Sabda saya ambil dari kitab Kejadian1:1-2:7. Sahabat, hakikat kehidupan berawal dari Allah (ayat 1). Allah menciptakan alam semesta dalam keteraturan. Gambaran keteraturan diperlihatkan lewat urutan penciptaan. Diawali dengan penciptaan terang (ayat 3), cakrawala (ayat 6), daratan (ayat 9), tumbuh-tumbuhan (ayat 11), benda-benda langit (ayat 14), binatang air dan udara (ayat 20), serta binatang melata (ayat 24). Pada puncaknya, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah (ayat 26). Sahabat, lewat kisah penciptaan, umat Israel belajar tentang Allah yang adalah asal muasal dari segalanya. Itu sebabnya, umat dipanggil hanya untuk menyembah kepada Allah. Umat juga disadarkan bahwa Allah yang mereka kenal adalah Allah yang teratur. Kekacauan yang merupakan keadaan semesta (ayat 1) diubah-Nya menjadi teratur. Dengan demikian, Allah yang umat sembah adalah Allah yang menyukai keteraturan. Umat memeragakan keteraturan lewat ibadah yang mereka jalani, baik ibadah harian maupun ibadah pada hari Sabat. Dalam rangka memelihara keteraturan itulah, Allah secara khusus menciptakan manusia. Kekhususan ditampakkan lewat adanya percakapan dengan istilah “Kita”, sebelum menciptakan manusia (ayat 26). Tugas manusia juga disebutkan secara khusus, yaitu memenuhi, menaklukkan, dan berkuasa atas bumi serta ciptaan lainnya (ayat 28). Tugas “berkuasa” bukanlah berarti bahwa manusia dapat sewenang-wenang memuaskan hasrat kerakusan dan keserakahannya. Lewat  tugas itu, manusia justru dipanggil untuk menjaga dan memelihara bumi dan ciptaan lainnya dalam kondisi baik, sebagaimana saat diciptakan (ayat 31). Sebutan “baik” menunjuk pada fungsi dan keindahan.  Artinya, tugas utama manusia adalah merawat ciptaan Tuhan agar tatanan tetap teratur dan indah. Tugas merawat bumi bukanlah tugas yang mudah. Manusia perlu mengelola diri agar dapat hidup dalam keteraturan. Di sini dibutuhkan kemampuan untuk mendisiplinkan diri. Misalnya berdoa dan membaca Alkitab setiap hari secara berkesinambungan. Hal itu memberikan dasar bagi kita untuk hidup bertanggung jawab. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, apa yang menjadi citra dirinya? Apa tujuan Allah menciptakan manusia dengan citra diri tersebut? (Ayat 26) Apa mandat Allah untuk manusia? (Ayat 28) Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Menjadikan orang murid Kristus, menambah jemaat secara kualitas. (pg). 

Memahami SIAPA yang KITA SEMBAH

Ketika kita hidup di hadapan Tuhan yang adalah Raja tentu respons “sujud menyembah” adalah hal yang sangat alami. Namun saat kita bersikap terhadap Tuhan semata-mata sebagai sosok yang bisa kita mintai pertolongan kapan pun atau sebagai petugas “telepon 24 jam seperti 911 di Amerika”, maka respons yang muncul saat beribadah pun akan berbeda. Sahabat, memahami siapa yang kita sembah, sangat kita butuhkan, supaya kita dapat merespons Tuhan dengan benar. Untuk lebih memahami topik tentang: “Memahami SIAPA yang KITA SEMBAH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 99:1-9 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, Memahami siapa yang kita sembah adalah hal penting. Itulah yang dirasakan Pemazmur dalam Mazmur 99. Pujian Pemazmur kepada Allah dilandasi oleh pengenalannya akan Tuhan. Pemazmur menyebutkan sifat-sifat Allah sebagai Raja. Allah itu kudus. Nama-Nya besar dan dahsyat. Ia adalah Raja yang kuat dan mencintai hukum. Ia menjawab seruan umat-Nya. Ia mengampuni dan membalas perbuatan umat-Nya (ayat 3-8). Semua sifat Allah yang sempurna mendorong Pemazmur untuk mengajak umat Israel dalam meninggikan nama-Nya dan sujud menyembah kepada-Nya. Pada akhirnya, semua seruan Pemazmur bermuara pada Allah sebagai Allah Yang Mahakudus. Sifat Allah yang kudus beberapa kali diulang oleh Pemazmur dalam mazmurnya. Sahabat, Mazmur 99 mengingatkan kita bahwa DIA juga adalah Allah yang “Mahabesar … mengatasi segala bangsa” (ayat 2), bukan Allah yang cuma mengatasi berbagai masalah pribadi dalam kehidupan kita. Seberapa sering sifat Allah yang disebutkan itu kita sadari dalam kehidupan sehari-hari? Seberapa sering kita berjuang untuk menyatakan kekudusan, kekuatan, kebenaran, dan keadilan Allah melalui hidup kita? Memang benar Allah itu pengampun, tetapi Allah tidak membiarkan perbuatan salah kita berlalu begitu saja. DIA mencintai hukum. DIA menegakkan kebenaran. DIA lah sang Raja. Kesadaran bahwa Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan pemilik hidup kita seharusnya membawa ketaatan dengan kepastian dan jaminan penuh dari Allah sendiri. tanpa syarat bagi kita. Apalagi di dalam Kristus, Sang Raja yang sudah menang itu, kita dipelihara Dengan menyadari itu maka kita akan meninggikan TUHAN dengan sujud menyembah-Nya di dalam setiap kehidupan kita. Menyembah-Nya di dalam setiap ibadah-ibadah harian kita menunjukkan bahwa kita sangat meninggikan TUHAN. Ibadah menjadi sarana kita meninggikan dan memuliakan-Nya. Tentu selain ibadah, kita juga harus meninggikan TUHAN melalui pola sikap dan laku kita di hadapan manusia dan terlebih di hadapan-Nya. Tingkah laku kita menjadi seperti TUHAN dengan mengasihi dan berbuat baik bagi semua orang. Karena itu, tinggikanlah TUHAN di setiap kehidupan kita.  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami tentang sesungguhnya siapa  Tuhanmu? Bagaimana Sahabat bersikap dan mengekspresikan memuji dan memuliakan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)

WARISAN KETAATAN

Sesungguhnya warisan tidak hanya selalu berupa harta benda. Sebagai orang percaya, warisan terbesar yang dapat diwariskan kepada anak dan cucu bukanlah uang atau materi, melainkan iman dan karakter. Ilmu dan penghargaan juga bisa dijadikan warisan yang abadi. Tak jarang penghargaan seseorang akan menjadi motivasi bagi generasi setelahnya untuk melampauinya. Sementara ilmu akan terus menerus turun hingga menjadi warisan abadi. Warisan merupakan bagian sejarah atau peninggalan yang dititipkan untuk generasi setelahnya. Sebuah warisan bisa memberikan kontribusi berharga di masa depan. Lalu warisan apa yang ingin kita tinggalkan? Mari kita meninggalkan warisan ketaatan. Untuk lebih memahami topik tentang: “WARISAN KETAATAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 36:1-13 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, pasal penutup kitab Bilangan ini merupakan babak kedua kisah putri-putri Zelafehad (Bilangan 27:1-10). Milik pusaka mereka dipertanyakan oleh para pemimpin suku, bila perempuan-perempuan itu menikah dengan pria berlainan suku (ayat 1-4). Hal itu dapat mengacaukan kepemilikan warisan tersebut. Menurut Allah, putri-putri Zelafehad harus menikah dengan orang-orang sesuku agar harta warisan mereka tidak beralih ke tangan suku lain, sebab hal itu memang tidak diperbolehkan (ayat 5-9). Bagaimana respons putri-putri Zelafehad? Mereka patuh. Mereka taat menikah dengan laki-laki dari kaum-kaum bani Manasye sehingga milik pusaka mereka tetap berada di tangan suku kaum ayah mereka sendiri (ayat 10-12).  Kitab Bilangan yang dimulai dengan kisah di padang gurun Sinai (Bilangan 1:1), kemudian berakhir di tepi sungai Yordan dekat Yerikho (ayat 13). Allah telah memimpin bangsa Israel dalam perjalanan di padang belantara selama kurang lebih empat puluh tahun. Meski sedemikian lama mereka bergerak di padang belantara, tidak banyak kemajuan yang mereka buat karena sungut-sungut dan berbagai pemberontakan. Maka kita melihat bahwa kitab Bilangan banyak berisi contoh-contoh negatif tentang ketiadaan iman dan ketaatan. Konsekuensinya, Allah menunda pencurahan berkat-Nya. Bahkan banyak dari antara umat, yang kemudian tidak dapat menikmati keindahan berkat-berkat Allah tersebut. Satu generasi yang tidak beriman harus mati sebelum memasuki Tanah Perjanjian. Syukur, pada hari ini kita sampai pada pasal terakhir dari kitab Bilangan.  Kitab Bilangan ditutup dengan contoh positif dari putri-putri Zelafehad, teladan yang patut diikuti oleh segenap bangsanya. Dengan ketaatan semacam itu, kitab Bilangan menjadi pelajaran tentang pentingnya iman dan ketaatan kepada Allah. Iman, yaitu mau mencari Allah dan mengutamakan kehendak Allah dalam setiap permasalahan hidup, akan membuat umat menemukan jalan keluar yang membawa kebaikan dan damai sejahtera bagi semua pihak. Sahabat, bagaimana kisah perjalanan hidup kita? Kisah apa yang menandainya? Ketaatan atau pemberontakan? Kiranya Tuhan menolong kita sehingga kita mampu mewariskan iman dan ketaatan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah, warisan apa yang ingin Sahabat tinggalkan bagi anak-anak dan cucu-cucumu serta generasi mendatang ? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)

TUHAN SANG PENOLONG

Sahabat, dalam tradisi masyarakat kuno,  lazim bahwa seorang pahlawan didewa-dewakan dan dipuja-puja. Semua rakyat harus datang kepadanya dan berlindung di bawah naungannya. Ia dijadikan sebagai pelindung dan kubu pertahanan. Hal tersebut terlihat saat Daud berhasil mengalahkan bangsa Filistin. Ketika Daud masuk kota ia disambut dengan tari-tarian,  diagung-agungkan dan dipuja-puja.  Dalam Zaman Now tradisi seperti tersebut di atas masih berlaku. Orang-orang masih menjadikan pembesar-pembesar sebagai tumpuan utama. Di saat ini hal dewa-mendewakan seseorang bisa saja masih terjadi. Bisa terhadap para pemimpin atau pahlawan. Bisa pula kepada mereka yang kaya raya  atau kepada mereka yang dianggap sakti, memiliki  kekuatan magis.  Sahabat, kita sebagai komunitas orang percaya hendaklah memberlakukan bahwa hanya Tuhan yang patut dipuja dan diagungkan. Jangan mendewakan manusia melainkan puji dan sembahlah Tuhan sebab hanya Dialah penolong sejati. Hanya Tuhan yang dapat menjadi penolong yang tak terbatas. Ingatlah selalu:  Tuhan Sang Penolong. Untuk dapat lebih memahami topik tentang: “TUHAN SANG PENOLONG”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 98:1-9. Sahabat, Pemazmur  percaya bahwa tiada illah mana pun yang lebih besar daripada Tuhan Israel. Ia telah membebaskan umat-Nya dari pembuangan di Babel, menyatukan kaum sisa yang tercerai-berai, dan membawa mereka kembali ke Tanah Perjanjian. Itu sebabnya Pemazmur mengundang bangsanya menaikkan nyanyian baru kepada Tuhan mereka (ayat 1, 4-5). Dengan keperkasaan-Nya, Ia membawa umat-Nya membangun negeri mereka dan sekaligus Ia mencurahkan murka-Nya atas bangsa-bangsa yang bergembira di atas penderitaan Israel (ayat 2). Penghukuman Tuhan terhadap bangsa-bangsa menggambarkan Tuhan tidak lupa akan ikatan perjanjian-Nya dengan leluhur mereka. Tuhan memulihkan nama baik dan derajat bangsa Israel di antara bangsa-bangsa dunia (ayat 3). Karena itu, Pemazmur mengajak orang-orang Israel meniup sangkakala bagi Tuhan Israel yang adalah Raja di atas segala raja (ayat 6). Luapan sukacita yang tidak terlukiskan dengan kata-kata membuat Pemazmur mengajak alam ikut bergembira bersamanya (ayat 7-8). Sebab mereka memiliki Tuhan yang tidak melupakan umat-Nya. Dengan keadilan dan kebenaran, Ia bukan hanya membuat dunia menderita tetapi juga membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa (ayat 9). Hal itu dilakukan Tuhan agar mereka mengetahui bahwa Dialah Tuhan Pencipta langit dan bumi (bdk. Yesaya  45:5-8). Sahabat, seberapa besar pun masalah yang sedang kita hadapi, kita harus percaya bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakuasa, yang sanggup menolong dan memulihkan kita, karena tidak ada yang terlalu sukar bagi-Nya.  Tuhan dapat menciptakan dan menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini, karena itu bergantunglah penuh pada Tuhan Sang Penolong. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Mengapa Pemazmur mengajak bangsa Israel untuk memuji, bermazmur, dan mengagungkan Tuhan? (Ayat 1-3) Saya yakin Sahabat sudah banyak menikmati kebaikan dan pertolongan Tuhan, lalu apa yang menjadi responsmu? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita. (pg)