Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau. Sapaan Malam.
Untuk segala sesuatu ada masanya. Meme Firman Hari Ini (08 April 2022).
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Meme Firmsn Hari Ini (07 April 2022).
Lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Meme Firman Hari Ini (06 April 2022).
ReKat: PEMULIHAN: Kebutuhan Dasar Manusia (04 April 2022)
Bacaan Sabda: Mazmur 85 : 1 – 14 Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan kita pada hari ini dan saya kaitkan dengan 2 Tawarih 7:14, maka yang menjadi KUNCI PEMULIHAN hidup manusia yaitu: Merespon firman dan panggilan bertobat dan menerima Yesus Tuhan sebagai satu-satunya Juruselamat. Merendahkan diri dan berserah diri kepada-Nya, karena Dialah yang berotoritas atas hidup kita. (Haryono) *** Berdasarkan hasil perenungan saya dari bacaan kita pada hari ini dan saya kaitkan dengan 2 Tawarih 7:14, maka yang menjadi KUNCI PEMULIHAN hidup manusia yaitu: Memulihkan hubungan kedekatan kita dengan Tuhan. Supaya kita tetap dekat dengan Tuhan, kita harus bersikap rendah hati, mau bertobat dari segala dosa kita, tekun berdoa dan selalu mencari wajah Tuhan. (Swan Lioe)
Melampaui TARGET Mereka
Kita yang bekerja di bagian penjualan, tentu akan mengalami, kadang hasil penjualan di bawah target, kadang sesuai dengan target, dan kadang dapat melampaui target. Tentu yang menjadi harapan kita minimal sesuai dengan target, kalau dapat melampaui target, itu suatu pencapaian yang WOUW, pencapaian yang melampaui harapan. Untuk lebih memahami topik tentang: “Melampaui TARGET Mereka”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Lukas 24:1-12. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini, target para perempuan pagi-pagi datang ke kubur untuk merempah-rempahi tubuh Yesus yang baru meninggal. Mereka membawa rempah-rempah sesuai kebiasaan waktu itu (ayat 1). Mereka berharap untuk dapat menemukan jenazah Yesus. Ketika mereka sudah tiba di kubur Yesus, ternyata, batu besar yang menghalangi pintu masuk ke kubur sudah terguling (ayat 2). Halangan pertama teratasi tanpa penjelasan bagi mereka. Mereka tambah terkejut karena setelah mereka masuk tidak menemukan mayat Tuhan mereka (ayat 3). Tentu saja mereka menjadi termangu-mangu, hati mereka diliputi dengan berbagai tanya, “Kemana jenazah-Nya? Siapa yang mengambil? Siapa yang memindahkannya?” Ketika banyak pertanyaan yang belum terjawab di benak mereka, .tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat dengan mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan (ayat 4). Mereka membawa kabar yang di luar perkiraan, kabar yang melampaui harapan. Mereka mencari Yesus yang mati, tetapi mendapati Yesus yang bangkit. Sahabat, harapan yang terlampaui. merupakan penghiburan dan anugerah yang besar dalam hidup kita. Kadang, Allah mengizinkan kita mendapatkan lebih daripada yang kita targetkan, tujuannya antara lain agar kita memuliakan Dia dan semakin percaya pada-Nya. Semakin mengandalkan Tuhan .Kita layak bersyukur ketika mengalami pencapaian melebihi target, tapi jangan lupa untuk berbagi. Seperti para perempuan itu berbagi berita kebangkitan dengan para rasul (ayat 10). Para rasul kala itu tidak percaya pada berita yang mereka sampaikan (ayat 11). Mereka lupa dengan apa yang pernah Yesus sampaikan, “ … yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” (ayat 7) Kristus sudah bangkit. Haleluya. Itulah kabar baik atau berita sukacita bagi setiap orang percaya sepanjang masa. Syukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Berita suka cita, kabar baik ini bukan hanya untuk Yesus, tetapi kabar baik bagi dunia, kabar baik bagi orang percaya dan kabar baik bagi kita di manapun kita berada. Ternyata kematian bukan akhir kehidupan Yesus. Demikian juga hidup kita tidak berakhir di kematian. Ada kehidupan dan ada kebangkitan bagi orang percaya. Yesus dengan tegas bersabda, “… barangsiapa percaya kepada-Ku, Ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). Sahabat, kini di atas pundak setiap orang percaya ada satu tanggung jawab yaitu untuk menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini, membawa kabar keselamatan dan memberitakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang hidup. Selamat Paskah. (pg)
Jangan Gampang BERNAZAR
Mungkin ada diantara kita begitu mendengar kata Nasar langsung pikirannya tertuju kepada penyanyi dangdut terkenal: Nassar Sungkar atau King Nassar. Maaf, kali ini saya tidak hendak membicarakan tentang penyanyi tersebut. Saya akan membicarakan tentang NAZAR yang berarti mengikat diri kepada suatu janji. Pemakaian nazar dalam Alkitab selalu menyebut nama Allah. Sahabat, bernazar bisa berupa janji untuk melaksanakan suatu tindakan atau menjauhkan diri dari suatu tindakan untuk memperoleh belas kasihan Allah. Biasanya nazar diucapkan dengan suara nyaring dan ikatannya sama kudusnya dengan sumpah. Oleh karena itu, janganlah bernazar tanpa mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh, sebab orang yang bernazar harus memenuhi nazarnya, maka jangan gampang bernazar. Untuk lebih memahami topik tentang: “Jangan Gampang BERNAZAR”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 30:1-16. Sahabat, sangat menarik, dalam bacaan kita pada hari ini nazar laki-laki dan perempuan dibedakan. Ada pesan yang sangat kuat bahwa seorang perempuan bergantung pada laki-laki, apakah itu ayahnya atau suaminya. Perihal nazar, Allah memerintahkan kepada umat-Nya bahwa setiap orang yang bernazar haruslah melakukan tepat seperti apa yang sudah diucapkannya. Seorang yang bernazar disebut sebagai nazir. Seorang nazir dilarang melanggar nazar yang diucapkannya di hadapan Allah. Seorang nazir yang melanggar nazarnya sama halnya dengan melanggar perintah Allah. Sahabat, pada saat itu bangsa Israel cenderung patriarkat. Tampaknya juga, Allah menghendaki seorang ayah atau suami untuk memutuskan berlaku atau tidak berlakunya nazar yang diucapkan oleh anaknya perempuan atau istrinya. Jika ayah atau suami diam, maka nazar itu akan berlaku. Jika ayah atau suami melarang, maka nazar itu tidak berlaku dan Allah mengampuni anaknya perempuan atau istrinya yang telah bernazar. Sejauh ini kita berupaya memahami ketetapan Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Kita menyadari bahwa nazar sangatlah penting bagi kehidupan iman kita dan perlu perhatian yang serius. Tuhan Yesus pernah menyinggung tentang nazar dalam khotbah-Nya di atas bukit. Yesus menekankan perihal melanggar sumpah atau nazar yang artinya sama dengan bersumpah palsu. Jadi, jauh lebih baik kita tidak bersumpah. Ketimbang bersumpah, jauh lebih baik bagi kita berkata benar Sahabat, ketetapan yang ada di Bilangan 30 merupakan peringatan bagi kita untuk berhati-hati dengan perkataan kita. Jangan sembarangan berucap. Pertimbangkan baik-baik ikrar atau janji yang kita ucapkan di hadapan Tuhan. Yakinkan diri bahwa kita sanggup menepatinya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu tentang nazar dan peringatan apa yang kamu dapatkan. Selamat sejenak merenung. Ingatlah, lebih baik tidak bernazar daripada kita bernazar tapi tidak bisa menepatinya. (pg).
PERTUNJUKAN PERISTIWA KASIH
Sahabat, sebelum kita melangkah lebih jauh untuk menjalani hari ini, mari kita coba merenungkan betapa besar kasih Tuhan dalam kehidupan kita! Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kasih Tuhan kepada kita tidak pernah berubah. Sungguh, kita tak dapat menghitung betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus (Efesus 3:18). Banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, namun kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Tuhan. Kasih Tuhan itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini. Maka tatkala pada hari ini kita memperingati Jumat Agung, sesungguhnya kita sedang memperingati “Pertunjukan Peristiwa Kasih”. Untuk lebih memahami topik tentang: “PERTUNJUKAN PERISTIWA KASIH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Injil Lukas 23:44-49. Sahabat, tidak terhitung berapa banyak hinaan, pukulan, dan perlakuan keji yang Yesus terima hingga akhirnya Ia dipaku di atas salib. Itu semua tidak masuk akal. Mengapa Ia mau mengalami itu semua? Mari kita ingat kembali. Ketika hidup di bumi, Yesus pernah menyampaikan kepada para murid-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes15:13). Semua penderitaan yang Yesus alami adalah realisasi kasih tersebut. Peristiwa penyaliban Yesus sesungguhnya menjadi peristiwa kasih yang melahirkan banyak peristiwa dan perubahan ajaib: Langit yang gelap karena mentari tidak bersinar, tabir Bait Suci terbelah dua, kepala pasukan memuliakan Allah, hingga orang banyak yang menyesali apa yang terjadi (ayat 44-48). Sahabat, orang-orang yang mengenal Yesus dari dekat serta para pengikut-Nya melihat dan menjadi saksi akan peristiwa kasih terbesar sepanjang masa (ayat 49) ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya (ayat 46). Karena kasih-Nya, Yesus telah mati untuk kita (bdk. Yohanes 3:16). Dengan lebih dalam, mari kita lihat dan resapi semua peristiwa itu, dan katakan: “Yesus, terima kasih untuk kasih-Mu”. Tatanan masyarakat kita sekarang ini sedang kering dengan cinta kasih. Semua orang sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Di tengah kehidupan dunia yang dipenuhi oleh nilai-nilai egoisme dan individualisme ini, kita belum bisa memiliki kualitas kasih seperti Yesus. Sahabat, marilah kita memohon kepada-Nya agar kita bisa mengasihi sama seperti Ia mengasihi dunia dan umat manusia. Dengan demikian, kasih terbesar yang telah Ia lakukan dan tunjukkan tidak hanya terjadi di atas salib 2.000 tahun yang lalu, namun bisa terus tampak nyata sampai akhir zaman melalui diri kita. Dengan kualitas kasih seperti kasih Yesus, kita bisa mewujudkan habitat hidup yang lebih baik untuk seluruh umat manusia. Dan dengan kasih-Nya pula kita menebarkan kasih Yesus kepada dunia di sekitar kita hingga banyak orang merasakan kasih-Nya dan kemudian menjadi percaya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pemahamanmu tentang karakteristik kasih Tuhan kepada umat-Nya. Selamat sejenak merenung. Ingatlah, tidak alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup kita. (pg).
SALIB KEHIDUPAN: Sebuah Refleksi
Sabtu Sunyi atau Sabtu Sepi atau Sabtu Suci (bahasa Latin : Sabbatum Sanctum – “Hari Sabat Suci”) adalah hari setelah Jumat Agung dan sebelum Minggu Paskah. Hari Sabtu Sunyi memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematian-Nya. Perayaan Sabtu Sunyi umumnya dilaksanakan dalam keheningan, tentu tidak melulu soal kesedihan, melainkan refleksi dan evaluasi diri atas pengurbanan Kristus sampai mati dikubur. Sabtu Sunyi adalah keheningan yang menjembatani antara Jumat berdarah dengan Minggu bergelora, jembatan antara kematian Anak Domba dengan kebangkitan Mesias Yesus Kristus. Sahabat, salib jarang menjadi impian manusia. Bahkan salib merupakan hal yang ingin dihindari oleh setiap manusia. Mengapa? Karena salib dalam kehidupan manusia identik dengan penderitaan. Rasa sakit akibat penderitaan yang kita alami sering begitu dalam, dan itu tidak bisa hilang begitu saja. Hal itu merupakan sebuah realitas yang kita miliki karena kadang terkait dengan beberapa pengalaman hidup kita yang paling awal. Karena itu bukanlah hal yang mudah bagi kita untuk menerima, merangkul, memikul dan membawa salib hidup kita setiap hari. Kendati demikian, sebagai orang percaya, kita harus sadar bahwa yang menjadi hakikat panggilan hidup kita ialah untuk membawa penderitaan itu sebagai milik kita dan memasukkan rasa sakit kita ke dalam diri kita dan membiarkannya berbuah berkat di hati kita dan hati orang lain. Inilah yang Yesus maksudkan saat Ia meminta kita untuk memikul salib kita. Dia mendorong kita untuk mengenal dan menerima penderitaan kita yang khusus dan percaya bahwa jalan menuju keselamatan terletak di dalamnya. Dengan mengambil salib berarti kita bersahabat dengan luka-luka kita dan membiarkan luka-luka itu mengungkapkan kebenaran pada kita. Hal demikian dapat terjadi jika kita bersandar pada salib Kristus. Kematian Yesus di kayu salib hendak mengatakan bahwa Yesus bukan hanya sekadar manusia, tetapi Ia adalah Tuhan yang merendahkan diri-Nya setara dengan manusia. Dialah Tuhan dan Penyelamat. Dalam kehidupan, ketika kita memandang salib, tentu terdapat beragam pikiran tentang salib itu. Namun, barangkali kita tak menyadari bahwa di dalam salib itu ada suatu kehidupan, dalam artian melalui salib itu, hidup kita diubah. Salib yang kita pasang di rumah bukan hanya sekadar simbol, tapi mempunyai makna yang dalam. Salib yang kita pasang itu menjadi sumber kehidupan. Karena dengan salib itu, kita mengenang akan sengsara dan wafat Kristus. Ingat juga bahwa berkat salib Kristus, kita diselamatkan. Hidup kita diubah. Meskipun perjalanan hidup kita penuh dengan derita (via dolorosa) tapi kalau perjalanan kita bersama Yesus, maka semuanya menjadi ringan. Sahabat, Yesus bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Itu berarti salib merupakan sumber kehidupan dan kemuliaan. Salib sebagai salib kehidupan seharusnya menjadi sumber keselamatan kita. Salib Kristus sebagai salib kehidupan akan membawa kita kepada keselamatan. Oleh karena itu pandanglah salib Kristus sebagai salib kehidupan. Karena pada salib itulah terletak pengharapan dan keselamatan hidup kita. (pg)