Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan. Meme Firman Hari Ini (31 Maret 2022)
Seperti tingginya langit dari bumi. Meme Firman Hari Ini (30 Maret 2022)
Setiap orang diantara kita, akan memberi pertanggungan jawab. Meme Firman Hari Ini (29 Maret 2022).
TUHAN SETIA pada janji-Nya
Burung merpati sering dipakai sebagai simbol kesetiaan karena burung itu dikenal sebagai burung monogami. Sekalipun ia (burung merpati jantan) terbang tinggi, bila melihat pasangannya ada di bawah, pasti ia akan segera meluncur turun. Bahkan, ketika di sekitarnya ada banyak burung betina yang lain, ia tidak akan pernah salah memilih pasangannya. Sahabat, seseorang akan disebut setia pada janji ketika janji itu ditepati. Faktanya, ada cukup banyak orang mengingkari janjinya dan hal itu membuat kita kecewa. Bahkan, ada cukup banyak juga pasangan suami istri yang berjanji sehidup semati tidak menepatinya ketika ada tantangan. Bagaimana dengan janji setia Tuhan kepada umat-Nya? Tuhan itu setia pada janji-Nya. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN SETIA pada janji-Nya” Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 89:1-19. Sahabat, Mazmur 89 diawali dengan sebuah keyakinan akan kasih setia Tuhan. Pemazmur hendak menyaksikannya turun-temurun. Kasih setia Tuhan itu adalah janji Tuhan kepada Daud bahwa Dia akan menegakkan kerajaan Daud selamanya (bnd. 2 Samuel 7:8-16). Janji Tuhan tersebut telah melewati berbagai tantangan dan melampaui zaman, namun Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya. Isi perjanjian itu adalah Tuhan menjadi Allah Israel dan menjamin kehidupan umat-Nya, sedangkan bangsa Israel menjadi umat pilihan-Nya. Jaminan Tuhan kepada Israel dinyatakan-Nya melalui Daud sebagai raja yang diurapi. Karena itu, seorang raja wajib melaksanakan titah Tuhan dengan cara menyejahterakan rakyatnya. Sahabat, dalam konteks ikatan perjanjian, umat Israel mengenal istilah “raja imam”, yaitu seorang raja menjadi jembatan penghubung antara Tuhan dan umat-Nya. Artinya, raja mewakili umat di hadapan Tuhan dan menjadi wakil Tuhan di hadapan umat. Segala pola pikir dan perilaku raja menjadi sorotan, baik bagi umat maupun Tuhan. Jika rajanya jahat, maka perilaku rakyatnya cenderung menyimpang. Jika rajanya setia, maka rakyatnya akan dibimbing hidup dalam takut akan Allah. Kekuasaan raja seharusnya dipakai untuk memperlihatkan kesetiaan Tuhan (ayat 6) yang melindungi umat-Nya dari kekuatan yang mengancam (ayat 10-11) dan menjamin terwujudnya keadilan yang merata bagi semua (ayat 15 dan 17). Kalau seorang raja menjalankan kehendak Allah dan memelihara ikatan perjanjian-Nya, maka Tuhan menjamin tahta dan keturunannya (ayat 5). Sebaliknya, jika raja tidak menjalankan misi Allah, maka kekuasaannya dicabut oleh Allah. Karena itu, segala hukum dan rencana Allah wajib dijalankan seorang raja dengan bertanggungjawab untuk menyejahterakan umat dan memuliakan nama-Nya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu, kita sebagai imamat yang rajani, apa yang perlu dihadirkan oleh setiap orang percaya dalam dunia ini? Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa: “Bapa, aku berterima kasih untuk janji setia-Mu yang tidak pernah berkesudahan dalam hidupku.” (pg).
KESEMPATAN: Anugerah Tuhan
Hung Ba Le tidak pernah menyangka ada kesempatan baginya untuk membangun hidup baru di AS. Pada 30 April 1975, Hung Ba Le, yang baru berusia 5 tahun, keluar secara diam-diam bersama orangtua dan tiga saudaranya dari Vietnam sebagai “manusia perahu”. Namun, 34 tahun kemudian dia kembali ke Vietnam sebagai komandan kapal perusak AS, USS Lassen. Dia warga AS berdarah Vietnam pertama yang menjadi komandan sebuah kapal perang AS. Sahabat, hidup adalah kesempatan. Kesempatan merupakan anugerah Tuhan. Kesempatan untuk menerima berkat Tuhan yang melimpah, kesempatan untuk melakukan banyak hal. Hidup memang hanya sekali namun kesempatan datang setiap hari. Allah memberi kita banyak kesempatan setiap harinya. Sesungguhnya ketika kita masih hidup di dunia ini, itu merupakan kesempatan bagi kita untuk dipakai oleh Tuhan menggenapi rencana-Nya. Untuk lebih memahami topik tentang: “KESEMPATAN: Anugerah Tuhan”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kitab Bilangan 26:1-65. Sahabat, sebelum pergi berperang melawan bangsa Midian seperti yang diperintahkan Tuhan (ayat 18), Tuhan menyuruh Musa untuk mengadakan sensus lagi (ayat 2). Yang dihitung adalah pria berumur dua puluh tahun ke atas, yang sanggup berperang. Dua puluh empat ribu orang telah mati dalam bencana sebelumnya (Bilangan 25:9). Mereka adalah generasi terakhir yang menolak memasuki Tanah Perjanjian tiga puluh delapan tahun sebelumnya. Hanya Kaleb, Yosua, dan Musa yang masih tetap ada saat itu, sebagaimana firman Tuhan (ayat 64-65). Sensus ini juga bertujuan untuk melihat seberapa besar jumlah setiap suku agar Musa dapat memperhitungkan seberapa luas wilayah di Tanah Perjanjian yang akan mereka tempati (ayat 53-54). Sahabat, generasi muda Israel menerima anugerah yang bernama “kesempatan”. Sensus yang kita baca dari bacaan kita pada hari ini adalah sensus kedua yang dilakukan Musa atas perintah Tuhan (ayat 63), untuk menghitung jumlah pasukan Israel yang siap berperang (ayat 2). Mereka telah tiba di tepi sungai Yordan dekat Yerikho, siap memasuki tanah Kanaan. Para orangtua mereka tidak memiliki kesempatan ini (lihat Bilangan 14:34-35). Perhatikan hasil sensus yang tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya (bandingkan dengan Bilangan 3), dan murka Tuhan di pasal 25. Generasi ini tidak lebih banyak atau lebih siap memasuki tanah Kanaan. Kalau mereka akhirnya berhasil menempati tanah Kanaan, sungguh itu anugerah Tuhan semata. Sahabat, kesempatan-kesempatan apa yang dianugerahkan Tuhan bagi kita selama ini? Tentu salah satu yang paling berharga adalah kesempatan mengenal Kristus dan menerima pengampunan melalui salib-Nya. Kita yang berdosa dan selayaknya binasa, kini berkesempatan hidup sebagai anak-anak-Nya. Sudahkah kita menyambut anugerah itu dengan hidup mengenal, mengasihi, dan berkarya bagi Raja semesta, setiap hari? Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu tentang hidup itu adalah kesempatan. Selamat sejenak merenung. Mari kita daraskan Galatia 5:13, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (pg)
ADA ASA di dalam LEMBAH
Apa yang akan Sahabat lakukan saat keadaan sangat kritis, air sudah sampai hidung, dan sepertinya tidak ada harapan atau tidak ada jalan keluar? Apakah Sahabat menjadi putus asa? Apakah Sahabat mempertanyakan keberadaan Tuhan atau tetap mempercayai dan berharap kepada Tuhan? Kehidupan yang kita jalani ada kalanya menghadapi situasi yang sangat sulit: Masalah kita terlalu berat dan tidak dapat kita atasi. Kita merasa terpojok, ditinggalkan sendirian, dan seperti sudah tidak memiliki pengharapan lagi. Saat seperti itu, ingatlah bahwa masih ada Tuhan yang telah menyelamatkan kita dan yang tetap mengasihi kita! Tetaplah percaya kepada Tuhan dan tetaplah berharap kepada-Nya! Tetaplah berdoa kepada- Nya dan mintalah pertolongan-Nya! Ada asa di dalam lembah. Untuk lebih memahami topik tentang: “ADA ASA di dalam LEMBAH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 88:1-19 dengan penekanan pada ayat 14. Sahabat, Mazmur 88 ditulis oleh Heman, seorang yang bijaksana (1 Raja-Raja 4:31) dan melayani sebagai penyanyi dalam ibadah Raja Daud (1 Tawarikh 15:19; 16:41-42; 25:1, 6). Ia, yang mengalami kegetiran hidup cukup lama, mengungkapkan isi hatinya di hadapan Allah dan mengakhiri doanya dengan pedih, “Kenalan-kenalanku adalah kegelapan” (ayat 19). Akhir doanya ini sekaligus menjadi keunikan Mazmur 88 dibandingkan dengan mazmur ratapan lainnya. Jika mazmur ratapan lainnya diakhiri dengan kalimat yang mengandung harapan, keseluruhan Mazmur 88 berisi ratapan. Judul yang tertera di Mazmur 88 di Alkitab: “Doa pada waktu sakit payah”. Dalam perikop ini, para pembaca sulit mendapat informasi mengenai penderitaan yang sedang dialami oleh Pemazmur. Hanya beberapa petunjuk kalimat yang memperlihatkan kondisi pemazmur yang putus harapan. Misalnya, dia merasa sudah dekat dengan “dunia orang mati”; setelah ia “kenyang dengan malapetaka”; dan “seperti orang yang sudah tidak berkekuatan” (ayat 4-5). Kondisi tersebut memperlihatkan Pemazmur sedang dalam pergumulan berat. Di satu sisi, ia menyebut Tuhan sebagai “Allah yang menyelamatkan” (ayat 2a). Di sisi yang lain, ia berpendapat bahwa Allah penyebab dirinya menderita. Mari kita perhatikan, “Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku.” (ayat 8); “Kehangatan murka-Mu menimpa aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku” (ayat 17). Sahabat, janganlah pernah berpikir bahwa hidup kita dapat otomatis lepas dari masalah. Pada titik tertentu, kita dapat mengalami keputusasaan karena beratnya beban kehidupan. Sebesar apa pun masalah yang dihadapi, kita dapat membawanya di hadapan Tuhan. Tidak ada hal lain yang dapat membangkitkan semangat di tengah keputusasaan kita, selain bertekun dalam doa. Jawaban Tuhan pasti datang, meski tidak instan. Karena itu, dalam keputusasaan kita, tetaplah berdoa kepada Tuhan dengan tidak jemu-jemu. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu sendiri, apa yang engkau lakukan ketika sedang menghadapi saat-saat yang kritis, sehingga engkau dapat tetap berharap dan percaya kepada Tuhan? Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg).
MASALAH: Perlu Cepat Diselesaikan
Moto yang diusung lembaga Pegadaian buat saya sangat menarik, yaitu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Sepertinya sepintas mungkin terlihat aneh, bukannya orang mau menyelesaikan masalah karena ingin keluar dari masalah? Sahabat, kenyataannya kalau kita renungkan baik-baik, ada cukup banyak orang yang keliru dalam mencari solusi sehingga bukannya masalah jadi beres tapi malah menimbulkan masalah baru. Ada yang mencoba lari dari masalah, atau menunda menyelesaikannya, itu bukan cara yang tepat, karena nantinya malah semakin ribet urusannya. Ingatlah semakin lama Sahabat biarkan, maka masalah akan semakin berbelit-belit, semakin “complicated”, bagaikan benang kusut dan basah, akan semakin sulit untuk diurai, semakin sulit kita selesaikan. Sahabat, Tuhan Yesus bersabda, “… Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Bagi saya itu bermakna: Masalah pada hari itu selesaikan pada hari itu juga. Masalah itu perlu cepat diselesaikan. Untuk lebih memahami topik tentang: “MASALAH: Perlu Cepat Diselesaikan”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 25:1-18 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, Saat bangsa Israel menyembah Baal- Peor dan berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, Tuhan menimpakan tulah yang menewaskan 24.000 orang. Tuhan begitu murka terhadap mereka yang berpaling dari-Nya. Bersyukurlah, saat itu Pinehas, anak imam Eleazar, bertindak cepat. Demi menyurutkan murka Tuhan, Pinehas membela kehormatan Tuhan di tengah umat Israel sehingga Tuhan tidak jadi menghabisi bangsa Israel (ayat 11). Tak terbayangkan apa yang akan terjadi kalau Pinehas memilih diam saja atau menunda-nunda melakukannya. Pasti akan lebih banyak orang Israel yang mati kena tulah. Sahabat, kita hendaknya bersikap serius terhadap dosa dan masalah. Semakin cepat kita menyelesaikan dosa dan masalah yang terjadi, semakin kecil dampak kerusakannya. Sebaliknya, semakin lama kita menunda atau membiarkannya, keadaan akan semakin buruk dan semakin parah kerusakannya. Marilah kita menjadi orang yang tanggap dan sigap mengatasi masalah. Ada banyak masalah yang bisa mengakibatkan munculnya masalah yang lebih banyak dan lebih parah. Masalah memang memusingkan, dan seringkali membuat kita kerepotan atau bahkan menderita, apalagi kalau sudah berbelit tak lagi tahu dimana ujung pangkalnya. Tapi daripada mengelak atau menghindar dengan lari dari masalah, akan sangat lebih bijaksana kalau kita segera mengambil sebuah langkah dengan tindakan untuk mulai menguraikan kemudian menyelesaikan masalah-masalah itu satu demi satu. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang menghampirimu. Selamat sejenak merenung. Ingatlah … Kita perlu secepat mungkin membereskan dosa dan masalah yang terjadi. (pg)