TUHAN itu BERDAULAT

Ada pepatah lama yang berbunyi, “Kalau kail hanya sejengkal, jangan laut hendak diduga.” Mengurung TUHAN dalam batas logika manusiawi berarti bahwa manusia salah menempatkan diri.  TUHAN itu berdaulat dan tidak bisa dibatasi. Manusia tidak boleh mempertanyakan atau mengatur TUHAN, melainkan harus percaya dan bersyukur atas kasih-Nya kepada kita. Sahabat, orang yang dapat menempatkan dirinya sebagaimana seharusnya akan mengalami kebaikan dan berkat, tetapi orang yang tidak dapat menempatkan diri sebagaimana seharusnya akan selalu menderita dan tidak pernah merasa diberkati. Ketika kita menempatkan diri kita pada posisi yang seharusnya di hadapan TUHAN, kita akan menjadi orang-orang yang bersyukur kepada-Nya. Menempatkan diri secara benar di hadapan TUHAN berarti bahwa kita menerima kedaulatan-Nya dan percaya akan kasih-Nya kepada kita. Ingatlah, Tuhan itu berdaulat. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN itu BERDAULAT”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 23:4-24:9. Sahabat, kita melihat betapa Balak terus berusaha walaupun Bileam sudah menyatakan ketidakmampuannya untuk mengutuk Israel, bangsa yang tidak dikutuk Tuhan. Ia hanya dapat mengatakan apa yang difirmankan Tuhan (Bilangan 23:12, 26). Balak terus bersikeras. Dengan berpindah ke tempat yang lain, mungkin Bileam berubah pikiran dan mau mengutuk Israel. Bileam sendiri tahu bahwa ia tidak mungkin mengubah keputusan Allah karena Allah bukanlah manusia yang berbohong dan tidak menepati perkataan-Nya (Bilangan 23:19). Dan benar saja, lagi-lagi yang disampaikan Bileam adalah firman Tuhan yang melarangnya untuk mengutuk Israel. Sebaliknya, Tuhan menghendaki Bileam memberkati Israel (Bilangan 23:20). Balak melihat Israel sebagai musuh yang harus dikutuk. Namun, Bileam melihat Israel sebagai bangsa yang kudus, besar, dan berkemenangan di dalam Allah yang menyertai mereka. Pada akhirnya, Bileam mengabaikan perintah Balak dan menerima tugas Allah. Maka, ia dipenuhi Roh Allah dan mengucapkan berkat yang indah bagi bangsa Israel (Bilangan 24:2-9). Segigih apa pun manusia berupaya, Tuhan tetap akan melaksanakan kehendak-Nya. Manusia yang lemah dan rapuh sesungguhnya tidak mungkin menang melawan kehendak Tuhan. Kuasa seorang raja dan pelihat sekalipun tak akan mampu mengalahkan kuasa Allah. Segala bangsa mau tidak mau mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah yang berdaulat dan kehendak-Nya pasti terlaksana. Sahabat, manusia dapat membuat banyak rancangan, tetapi keputusan Tuhanlah yang akan terlaksana (Amsal 19:21). Manusia sering tidak menyadari betapa tidak berdaya dirinya, namun terus berupaya melawan Tuhan. Kita juga sering berupaya melawan kehendak Allah. Barangkali sama seperti Balak, kita menipu diri dengan pikiran bahwa Allah akan bekerja mengikuti tuntutan kita. Ingatlah bahwa Allah itu Mahakuasa. Allah itu berdaulat. Karena itu manusia tidak mungkin melawan kehendak Allah. Kehendak Allah-lah yang terlaksana! Dari hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, nilai-nilai hidup apa saja yang kita dapatkan?  Jika Tuhan itu berdaulat, bagaimana respons kita seharusnya? Selamat sejenak merenung. Sudahkah kita mengakui dan sungguh-sungguh mengizinkan Allah berdaulat atas hidup kita? (pg)

BULATKANLAH HATIKU untuk TAAT

Sahabat, kehidupan orang percaya sungguh-sungguh tidak bisa dipisahkan dari ketaatan, sebab kita harus hidup dalam kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri.  Jadi harus ada penyangkalan diri!  Seringkali kita taat asal itu menyenangkan hati dan menguntungkan kita.  Bila harus berkorban dan itu sakit bagi daging, kita akan memberontak dan menolak untuk taat.  Tuhan menghendaki kita untuk taat  dengan bulat hati. Tuhan menghendaki kita taat dalam segala perkara. Ingatlah  selalu ada upah bagi orang-orang yang taat.  Karena itu sebagai orang percaya hendaknya kita belajar taat kepada Tuhan:  Memahami kehendak-Nya dan melaksanakan firman-Nya dengan sungguh-sungguh. Percayalah!  Ketika kita hidup dalam ketaatan kita akan memperoleh berkat dan mengalami mukjizat dari Tuhan. Mari kita bulatkan hati untuk taat.  Untuk lebih memahami topik tentang: “BULATKAN HATIKU untuk TAAT”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 86:1-17 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, sama seperti manusia pada umumnya, Daud pun pernah mengalami pergumulan dan penderitaan dalam hidupnya. Dia pernah berada dalam beratnya kesesakan (ayat 7). Dalam kesesakan hidup tidak ada hal lain yang dapat dilakukan oleh Daud, selain berseru dan berdoa memohon pertolongan Tuhan. Melalui seruan dan doanya, kita mendapati bahwa Daud sungguh-sungguh berharap kepada Allah. Hal itu tampak dari perkataan Daud: “Sendengkanlah telinga-Mu; peliharalah nyawaku; pasanglah telinga kepada doaku.”  (ayat 1, 2, dan 6) Doa dalam kesesakan ini dipanjatkan Daud dengan penuh keyakinan kepada Tuhan. Sekalipun belum menerima jawaban atas doanya, tetapi Daud sama sekali tidak memiliki keraguan terhadap Tuhan. Ia berkata, “…, sebab Engkau menjawab Aku” (7). Selanjutnya Daud berdoa, “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.”  (ayat 11). Sahabat, ketaatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami dan merasakan campur tangan Tuhan.  Jangan taat hanya karena kita sedang dalam masalah dan pergumulan yang berat, lalu ketika keadaan membaik kita sudah tidak lagi taat kepada Tuhan;  atau kita taat karena kita sungkan kepada hamba Tuhan dan supaya dilihat dan dipuji oleh orang.  Sia-sialah ketaatan yang demikian!  Biarlah ketaatan kita kepada Tuhan didasari oleh karena kita takut akan Dia dan sangat mengasihi-Nya. Mari bulatkan tekad untuk taat. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, tolong jelaskan mengapa Daud berdoa minta pertolongan kepada Allah? (Perhatikan ayat 1, 2, 14, 7, dan 8). Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa, dengarkanlah seruanku pada masa sesak yang mengimpitku.” (pg).

KOTA ALLAH: Pengharapan Orang Percaya

Ada cukup banyak orang yang sangat terikat dengan kota kelahirannya. Sangat senang kalau dapat singgah di kota kelahirannya. Sangat antusias ketika bernostalgia tentang kota kelahirannya. Tentu sangat bahagia dan sangat bangga kalau dapat ikut membangun dan memajukan kota kelahirannya. Sahabat, sesungguhnya ada satu kota yang seharusnya kita dambakan melebihi kota kelahiran kita, yaitu Sion yang disebut sebagai kota Allah, karena Kota Allah merupakan pengharapan orang percaya. Untuk lebih memahami topik tentang: “KOTA ALLAH: Pengharapan Orang Percaya”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 87:1-7. Sahabat, Sion disebut sebagai kota Daud yang menunjuk kepada kota Yerusalem. Arti kata “Sion” tidak diketahui dengan pasti, mungkin artinya adalah “puncak bukit” atau “barisan gunung”. Oleh karena itu, Pemazmur menuliskan “di gunung-gunung yang kudus” (ayat 1). Dalam Mazmur 48, Pemazmur memuji Yerusalem sebagai tempat Allah memerintah, kota Raja Besar (ayat 3) dan sebagai benteng (ayat 4) bagi orang yang ada di dalamnya. Sion disebut sebagai tempat kediaman Allah (Mazmur 74:2) karena di sanalah bait Allah dibangun. Setiap kali orang percaya berbicara tentang Yerusalem atau Sion, mereka selalu menunjuk kepada pribadi Allah yang hadir dan memerintah. Oleh karena itu, Sion adalah tempat yang luar biasa bagi orang percaya, tempat yang menjadi pengharapan bagi orang percaya. Pemazmur dalam Mazmur 87 juga membandingkan Sion dengan beberapa kota yang dibanggakan oleh orang-orang yang lahir di sana, seperti Rahab, Babel, Filistea, Tirus, dan Etiopia (ayat 4). Sion menjadi sangat istimewa karena berbagai tindakan Allah terhadap Sion (Yerusalem), yaitu dibangun dan ditegakkan oleh Allah yang Mahatinggi (ayat 5). Di sanalah Sion menjadi pusat penyembahan kepada Allah, sekaligus simbol kehadiran Allah karena Dia mau berdiam bersama umat-Nya. Demikian pula dengan tempat yang harus menjadi dambaan kita adalah tempat di mana Allah berdiam dan hadir di tengah-tengah hidup kita. Selain itu, Sion dikaitkan dengan Kota Suci yang tercatat dalam Kitab Wahyu 21:9-27, yaitu Yerusalem baru. Yerusalem baru ini adalah penantian terbesar dan paling didambakan oleh setiap orang percaya. Sama seperti perkataan Pemazmur bahwa kota ini akan mendatangkan sukacita, nyanyian, dan sorak-sorai (ayat 7). Demikian juga Yesusalem baru akan mendatangkan kebahagian kekal bagi orang percaya. Sahabat, kita sebagai orang percaya, saat ini kita hidup dalam penantian terhadap sebuah tempat di mana kita dapat menikmati sepenuhnya persekutuan dengan Allah. Apa pun yang kita lakukan setiap hari, kita harus mengerjakannya bukan untuk hidup yang sementara, melainkan untuk kekekalan yang mendatangkan kemulian bagi Tuhan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikanlah pemahamanmu tentang Kota Sion, Kota Allah. Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa: “Bapa, jadikanlah hidupku hari ini bernilai bagi Kota Suci yang Engkau sediakan bagiku.” (pg)