Kamu memerlukan ketekunan. Meme Firman Hari Ini (22 Maret 2022).
Tempat perlindunganku dan kubu pertahanku, Allahku, yang kupercayai. Meme Firman Hari Ini (21 Maret 2022)
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Meme Firman Hari Ini (20 Maret 2022).
Supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Meme Firman Hari Ini (19 Maret 2022)
Jangan biarkan HAL-HAL KECIL mematikan HIDUP KITA
Kadang tanpa kita sadari, banyak hal-hal kecil yang membuat kita merasa tidak bahagia. Kita sering merasa sebagai orang yang paling menderita di dunia ini. Namun, bila kita berkenan membuka mata lebar-lebar, sesungguhnya masih banyak orang yang lebih menderita ketimbang diri kita. Orang bijak memberi nasihat, “Lihatlah ke bawah, supaya kita bisa bersyukur. Lihatlah ke atas, supaya kita bersemangat!” Sahabat, apakah sungut-sungut menyelesaikan masalah? Apakah keluh kesah kita dapat meringankan beban hidup yang tengah kita pikul? Tidak! Sama sekali tidak. Sungut- sungut dan memosisikan diri sebagai orang yang paling menderita akan membuat kita larut dalam kekecewaan dan putus asa. Pada akhirnya, mematikan kehidupan kita. Karena itu jangan biarkan hal-hal kecil mematikan hidup kita. Untuk lebih memahami topik tentang: “Jangan biarkan HAL-HAL KECIL mematikan HIDUP KITA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 21:4-9. Sahabat, tantangan demi tantangan harus dihadapi bangsa Israel. Mereka harus berhadapan dengan raja negeri Arad. Awalnya mereka kalah, namun karena penyertaan dan kesetiaan Tuhan, bangsa Israel berhasil mengalahkan musuhnya. Melihat hal ini, sudah selayaknya bangsa Israel semakin percaya kepada Tuhan. Hal yang terjadi justru sebaliknya. Mereka kembali mengeluh dan melawan Tuhan dan Musa, seolah-olah Tuhan sama sekali tidak memperhatikan dan menyertai mereka (ayat 4-5). Mereka memasalahkan tidak adanya roti dan air. Mereka memasalahkan makanan yang hambar dan memuakan (ayat 5). Sungut-sungut mereka membuat Allah murka dan Ia mengirim ular-ular beracun untuk membinasakan umat-Nya sehingga banyak yang mati (ayat 6). Tuhan membuat bangsa Israel bertekuk lutut dan mengakui keberdosaan mereka. Melalui Musa, mereka memohon agar ular-ular tersebut dijauhkan dari mereka (ayat 7). Solusinya adalah Musa membuat ular tembaga sesuai dengan perintah Tuhan (ayat 8-9). Melalui ular tembaga itu, Allah ingin mengajarkan satu hal kepada umat-Nya bahwa berkat dan keselamatan dapat diperoleh dengan beriman kepada-Nya. Mereka diingatkan supaya tidak membiarkan hal-hal kecil mematikan hidupnya. Sahabat, pernahkah kita dengan sengaja membuat perbandingan, dalam satu hari berapa banyak kita bersyukur dan berapa banyak kita mengeluh dan bersungut-sungut? Lebih mudah bagi kita memuji Tuhan jika mendapatkan segala yang kita inginkan. Bagaimana jika penyakit tak kunjung sembuh, bisnis berjalan terseok-seok, keluarga mengalami krisis, atau keuangan tetap sulit? Sanggupkah kita tetap bersyukur? Tuhan setia pada janji-Nya walaupun kita tidak setia ( 2 Timotius 2:13). Sudah semestinya kita lebih banyak bersyukur ketimbang mengeluh. Mari kita belajar bersyukur setiap saat. Alangkah indahnya apabila kita menjadikan syukur sebagai gaya hidup sehari-hari. Hari demi hari baiklah kita mensyukuri kebaikan dan pertolongan Tuhan. Jagalah agar hal-hal sepele tidak mematikan hidup kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, bagikankanlah nilai-nilai hidup yang kamu peroleh dan dapat kamu jadikan sebagai pegangan dalam menjalani hidup dari hari ke hari. Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg)
KERINDUAN kepada TUHAN
Seorang pemuda menulis WA kepada saya, “Om Paul, renungannya bagus-bagus. Saya senang, setiap pagi saya baca bahkan saya bagikan kepada beberapa sohibku. Tapi Om … Bacaan Sabdanya jangan panjang-panjang.”. Sahabat, pernahkah kita sungguh-sungguh merenungkan, apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan? Apakah setiap pagi kita rindu dan haus akan firman-Nya? Apakah kita merindukan Tuhan dan ingin bertemu dengan-Nya melalui doa-doa dan pembacaan firman-Nya? Berapa lamakah saat teduh yang kita luangkan untuk Tuhan? Adakah kita merasakan kerinduan pada Tuhan seperti kita merindukan kekasih atau keluarga kita? Untuk lebih memahami topik tentang: “ KERINDUAN kepada TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 84:1-13 dengan penekanan pada ayat 11 dan 12. Sahabat, Pemazmur dalam Mazmur 84 menunjukkan betapa besar kerinduannya bisa hadir dan berdiam di rumah Tuhan. Dikatakan, orang yang berhasarat mengadakan ziarah (mencari Tuhan atau merindukan Tuhan) adalah manusia yang berbahagia karena kekuatannya berasal dari Tuhan (ayat 6). Karena kekuatannya berasal dari Tuhan, maka dia tidak takut ketika dalam perziarahannya dia harus melintasi lembah Baka. Dikatakan mereka berjalan makin lama makin kuat (ayat 7-8) Sahabat, kerinduan itu semakin dipertegas melalui suatu perbandingan bahwa satu hari berada di rumah Tuhan jauh lebih baik daripada seribu hari di tempat lain (ayat 11). Bahkan bukan hanya manusia, burung pipit pun rindu dan memilih hidup di dekat mezbah Tuhan (ayat 4). Merindukan rumah Tuhan sama saja artinya merindukan Tuhan itu sendiri. Karena pengertian rumah mengacu kepada kondisi kehadiran Tuhan. Hanya dalam rumah Tuhan, umat bisa menumpahkan segala kerinduannya kepada Tuhan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Tuhan dan rumah-Nya begitu dirindukan? Jawabannya karena kasih dan kebaikan Tuhan. Kasih dan kebaikan-Nya akan menerangi hidup umat dan menjadi perisai yang melindungi mereka dari segala mara bahaya (ayat 12). Sahabat, ungkapan kerinduan yang disampaikan oleh pemazmur ini merupakan salah satu ekspresi cintanya kepada Tuhan. Jika tidak ada cinta, mana mungkin ada rindu. Jika kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, pasti ada rasa rindu kepada Dia dan rumah-Nya. Apakah Anda pernah begitu merindukan Tuhan? Kerinduan yang mendalam kepada Tuhan akan mendorong setiap orang untuk hidup semakin dekat kepada-Nya. Jika dalam hati kita tidak memiliki cinta yang besar kepada Allah, maka jangan berharap akan sungguh-sungguh merindukan-Nya. Karena itu, marilah kita bangkitkan rasa cinta yang tulus kepada Tuhan. Perasaan cinta dapat timbul di hati kalau seseorang mengerti besarnya kebaikan dan kasih Allah dalam hidupnya. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, ceritakanlah secara singkat pengalamanmu sendiri, apakah kamu pernah merasakan kerinduan kepada Tuhan? Apa saja yang kamu lakukan agar kerinduanmu pada Tuhan dapat terobati? Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa, penuhilah hati kami dengan rasa cinta dan rindu kepada-Mu!” (pg)
Ada PENGHARAPAN yang MELAMPAUI ANCAMAN
Sahabat, ada ungkapan yang berbunyi bahwa dunia, tempat manusia hidup bukanlah firdaus. Artinya selama kita masih hidup di dunia, kita tidak akan luput dari yang namanya ancaman, masalah, kesulitan, tantangan, ujian, dan situasi-situasi sulit lainnya. Tak menutup kemungkinan juga kita akan menghadapi orang-orang yang mungkin saja bisa melukai, menyakiti, mengecewakan, atau bahkan mengancam hidup kita. Jadi kita tak perlu terkejut lagi jika hal-hal yang tak mengenakkan harus kita alami. Tak perlu kita lari atau menghindari masalah, itu bukan solusi. Mau atau tidak mau, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, kita harus menghadapinya! Kadang satu masalah belum selesai, masalah yang lain datang. Bahkan yang lebih mengerikan kadang masalah-masalah itu seolah-olah kompromi atau membuat janji dalam satu waktu ramai-ramai mendatangi kita. Kita merasakan hidup kita betul-betul terancam. Dalam saat yang menyesakkan seperti itu, kita butuh ada pengharapan yang melampaui ancaman. Untuk lebih memahami topik tentang: “Ada PENGHARAPAN yang MELAMPAUI ANCAMAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 83:1-19. Sahabat, Pemazmur memohon kepada Allah untuk tidak bungkam, diam, dan berpangku tangan (ayat 2). Permohonan itu menunjukkan betapa besarnya harapan Pemazmur kepada Allah. Hal ini dikarenakan hidupnya dan bangsa Israel sedang terancam oleh bangsa-bangsa yang berniat untuk menghancurkan mereka (ayat 3-6). Bayangkan, total ada 10 bangsa yang digambarkan mengancam Israel (ayat 7-9). Pemazmur datang kepada Allah karena kebaikan dan kehebatan-Nya telah teruji. Midian, Sisera, Yabin, Oreb, Zeeb, Zebah, dan Salmuna dapat dijadikan contoh nyata. Mereka pernah merasakan kedahsyatan kuasa Allah (Ayat 10-12). Sahabat, sesungguhnya di muka bumi ini tidak ada sesuatu pun yang lebih besar dibandingkan Allah yang Mahatinggi. Meski Israel tidak luput dari berbagai ancaman, tetapi mereka belajar beriman dan berharap kepada Allah. Hidup kita sebagai orang beriman pun tidak lepas dari ancaman. Sudah cukup sering kita dengar bahwa orang percaya diancam, kariernya dihambat, bahkan dipecat jika ia bertahan dalam imannya. Satu-satunya cara agar kariernya mulus, ia harus meninggalkan keyakinan imannya. Sahabat, kita tahu, Allah lebih besar daripada segala hal yang dapat mengancam kita. Karena itu, selayaknya ada pengharapan yang melampaui ancaman. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Hikmah apa saja saja yang Sahabat peroleh? Pada saat Sahabat sedang merasa terancam hidupmu, apa yang kamu lakukan? Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa, kuatkanlah kami dalam menghadapi berbagai ancaman yang menerpa hidup kami.” (pg).
PROSES PENAHIRAN DIRI
Sahabat, NAJIS dan TAHIR merupakan 2 kata yang sangat kontradiktif. Konotasi kata najis yaitu jijik, kotor, cemar dan memuakan. Sedangkan konotasi kata tahir yaitu bersih, khalis, suci dan murni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), najis yaitu hal yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah. Maka yang penting untuk kita ketahui yaitu bagaimana proses penahiran diri dari kenajisan? Untuk lebih memahami topik tentang: “PROSES PENAHIRAN DIRI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kitab Bilangan 19:1-22. Sahabat, Allah menghendaki agar bangsa Israel hidup kudus dan menjauhi segala yang najis. Untuk itu Allah memberikan berbagai aturan praktis yang wajib dipatuhi bangsa Israel. Dari bacaan kita pada hari ini, najis terjadi bila mereka menyentuh mayat, orang yang mati terbunuh oleh pedang, tulang manusia, kubur (ayat 16) atau imam yang selesai membakar korban maka imam itupun najis (ayat 7). Ada kondisi najis yang berlangsung sampai matahari terbenam (ayat 7b dan 8b) dan ada yang berlangsung selama 7 hari (ayat 11). Kenajisan yang dipertahankan bisa mendatangkan hukuman mati (ayat 13). Mereka yang dinilai najis akan diasingkan dan kemudian dibasuh dengan air penahiran (ayat 13). Bila seorang yang dianggap najis menyentuh sesuatu, maka apa yang disentuh menjadi najis (ayat 22). Sahabat, jelaslah bahwa kenajisan merupakan persoalan serius bagi Allah jika dikaitkan dengan kekudusan hidup. Sebab, kenajisan bisa menjadi “virus” yang menggerogoti kerohanian seseorang. Jika kehidupan rohani seseorang sakit, berarti kemanusiaannya pun ikut sakit. Karena itu, orang yang terjangkiti kenajisan membutuhkan penahiran dari Allah. Dalam hal ini, Allah memberikan solusinya. Penahiran merupakan tindakan untuk menjaga komunitas umat Allah dari pengaruh yang membuat cemar serta menerapkan tegaknya kemurnian moral. Orang yang tahir harus memercikkan air penahiran ke kemah, segala bejana, dan orang-orang yang najis agar semuanya kembali menjadi tahir (ayat 18 dan 19) di hadapan TUHAN dan bagi sesama. Kematian dan kebangkitan Yesus telah menyempurnakan ritual kurban dan Hukum Taurat pada Perjanjian Lama. Pengurbanan Yesus terjadi sekali untuk selamanya, dan berkuasa membersihkan siapa pun yang percaya kepada-Nya dari segala dosa. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Berkat apa saja yang kamu peroleh? Selain itu apa yang harus kamu lakukan agar hidupmu berkenan kepada Allah? Apakah kamu memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Allah guna membantu sesama yang sedang bergumul melawan dosa agar bisa melepaskan diri dari jerat dosa dan kembali kepada Tuhan? Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)
JAGALAH PERKATAAN KITA
Sahabat, ada cukup banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain. Sebaliknya ada cukup banyak pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain. Kekuatan perkataan ternyata begitu luar biasa, baik bagi yang mendengar maupun yang mengatakannya. Karena itu Rasul Paulus memberi nasihat kepada anak rohaninya, “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12b). Sahabat, jagalah perkataan kita. Untuk lebih memahami topik tentang: “JAGALAH PERKATAAN KITA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kitab bilangan 20:2-13 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, dari bacaan kita pada hari ini, kita dapat belajar dari Musa. Suatu kali, bangsa Israel kembali mengeluh kepada Musa karena tidak ada air di padang gurun. Musa dan Harun segera menemui Tuhan, lalu Dia memerintahkan Musa untuk BERKATA kepada bukit batu di depan bangsa Israel agar terpancar air. Karena Musa mungkin sudah lelah mendengar kata-kata tidak mengenakkan yang keluar dari mulut bangsa Israel, emosi Musa memuncak dan dia mengatakan “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” (ayat 10). Tidak hanya itu, dengan emosi Musa MEMUKUL batu itu sampai dua kali, padahal seharusnya Musa CUKUP BERKATA SAJA maka akan keluar air. Musa mendukakan Tuhan, di dalam kata dan perbuatan. (ayat 11) Sahabat, kita mungkin seringkali mengalami hal yang sama dengan Musa. Ketika emosi memuncak, PERKATAAN dan perbuatan KITA TIDAK TERKONTROL. Akhirnya kita menyakiti orang lain dan ujung-ujungnya kita sendiri juga ikut terluka. Baiklah kita belajar bijak dalam mengeluarkan kata-kata dari mulut kita. Apabila kita emosi, tahanlah kata-kata kasar yang hendak dikeluarkan. Tenangkan hati. Jangan sampai kita menjadi seperti Musa yang kemudian dihukum Tuhan hingga tidak bisa masuk ke tanah perjanjian (ayat 12). Ingatlah, untuk menunaikan tugas pekabaran Injil atau hidup bersaksi bagi Kristus di tengah dunia ini bukan hanya kita tunjukkan dengan pikiran dan perbuatan yang benar saja, melainkan juga PERKATAAN YANG BENAR. Oleh sebab itulah Rasul Paulus menasihati agar jemaat di Kolose di dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki perkataan yang penuh kasih dan jangan hambar sehingga mereka dapat memberi jawab kepada setiap orang (Kolose 4:6) Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, bagikanlah pemahaman yang kamu dapatkan, apa saja yang harus kamu perhatikan dan lakukan sehingga kamu dapat menjaga perkataanmu. Selamat sejenak merenung. Ingatlah!, Jika tidak ada kata baik yang bisa keluar dari mulut kita, lebih baik kita diam. (pg)