Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan. Meme Firman Hari Ini (15 Maret 2022).
Jika amarah penguasa menimpa engkau. Meme Firman Hari Ini (14 Maret 2022).
Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Meme Firman Hari Ini (13 Maret 2022)
Ketika TONGKAT HARUN BERBUNGA
Sahabat, salah satu hobi saya dan istri di usia senior yaitu cocok tanam di pot karena pekarangan rumah kami tidak luas. Pengalaman kami dalam bercocok tanam, cabang atau batang dari pohon yang baru ditebang, lalu kita tanam di tanah, ada kemungkinan untuk hidup dan bertumbuh. Tapi kalau tongkat yang terbuat dari kayu yang sudah kering dan mati, tidak mungkin bisa hidup dan bertumbuh. Hanya grup band Koes Plus, untuk menggambarkan betapa subur tanah di Indonesia, dia menulis lirik di lagu Kolam Suu bahwa tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Tapi apa kata dunia, ketika tongkat Harun bisa berbunga? Untuk lebih memahami topik tentang: “Ketika TONGKAT HARUN BERBUNGA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 17:1-13 dengan penekanan pada ayat 3 dan 8. Sahabat, lewat cara yang keras dan mungkin mengerikan, Tuhan telah menyadarkan umat akan hak Allah menentukan orang pilihan-Nya. Kini, Tuhan sekali lagi menunjukkan siapa sebenarnya yang Ia pilih lewat mukjizat melalui sebatang tongkat. Setiap suku mendapatkan satu tongkat yang dituliskan nama kepala suku masing-masing. Suku Lewi mendapatkan satu tongkat yang bertuliskan nama Harun. Dua belas tongkat ini kemudian dikumpulkan Musa dan diletakkan di hadapan tabut perjanjian di kemah suci (ayat 6-7). Sahabat, seperti dahulu, tongkat Musa menghasilkan keajaiban yang seharusnya membuat Firaun sadar berhadapan dengan orang pilihan Allah (Keluaran 7:10-13). Demikian pula diharapkan efek yang sama ketika umat melihat tongkat Harunlah yang secara ajaib bertunas, berbunga, dan berbuah dalam waktu satu malam (ayat 8). Benar saja, ketika orang Israel melihat hal tersebut, mereka tersentak disadarkan betapa mereka telah terlalu berani mendekat ke kemah suci untuk berlagak sebagai imam (ayat 12-13). Kengerian akan murka Allah yang baru saja mereka alami semakin menebal dengan demonstrasi tongkat Harun yang bertunas, berbunga, dan berbuah! Tuhan sudah memilih suku Lewi, dan dari antaranya, Harun dan keturunannya untuk melayani di Kemah Suci dan menyelenggarakan ritual Taurat untuk kepentingan umat. Siapapun tidak berhak mempertanyakan apalagi menolak keputusan-Nya. Agar peristiwa pemberontakan tidak terulang, dan tidak ada gugatan lagi atas Harun dan keimamannya, tongkat Harun yang bertunas, berbunga, dan berbuah itu diletakkan kembali di hadapan tabut perjanjian di kemah suci (ayat 10). Sahabat, saat ini adakah diantara Sahabat yang mengalami bentuk-bentuk “kematian” seperti kekeringan rohani, kehilangan kasih mula-mula, tidak lagi merasa damai atau sukacita, merasa kariermu saat ini mentok sehingga kehilangan gairah dan semangat, kepahitan dalam hubungan keluarga maupun berbagai kekecewaan lainnya yang merampas harapan-harapan dalam hidupmu, ingatlah bahwa Sahabat bisa kembali hidup, bertunas, berbunga dan berbuah pada saat kita kembali menggantungkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah berkat apa saja yang kamu peroleh. Selamat sejenak merenung. Ingatlah! Tuhan sanggup memulihkan dari beragam kematian dengan menumbuhkan tunas-tunas baru dalam hidup kita. (pg)
Dalam TUHAN ada PENGAMPUNAN dan PERTOLONGAN
Saat Pandemi Covid-19 melanda dunia, hampir semua orang merasakan bahwa hidup itu penuh dengan kesulitan, keterbatasan, kekhawatiran, dan ketidakpastian. Dalam waktu singkat Pandemi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan di dunia ini. Telah terjadi tragedi besar di dunia ini. Sahabat, kita perlu menyadari bahwa kehidupan tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita. Banyak hal yang tiba-tiba terjadi di luar jangkauan pemikiran kita dan kita tidak siap untuk menerimanya. Sangat menarik, Hannah Whitall Smith, penulis buku The Christian’s Secret of a Happy Life menafsirkan bahwa kata, “kebaikan” dalam Roma 8:28 bermakna “serupa atau segambar dengan Kristus”. Itu berarti bahwa kesulitan-kesulitan (tragedi) ataupun derita yang kita alami bertujuan membentuk kita untuk menjadi serupa dengan Kristus. Yang paling penting bagi kita, apa yang harus kita kerjakan ketika tragedi melanda? Carilah Tuhan dan mintalah pertolongan kepada-Nya karena dalam Tuhan ada pengampunan dan pertolongan. Untuk lebih memahami topik tentang: “Dalam TUHAN ada PENGAMPUNAN dan PERTOLONGAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 79:1-13. Sahabat, Pemazmur menceritakan kesusahan yang dialami oleh bangsa Israel karena ancaman dari bangsa-bangsa lain yang telah memasuki Yerusalem. Mereka menghancurkan Bait Allah, kota, dan rakyat (ayat 1-3). Itulah peristiwa yang menandai jatuhnya Kerajaan Yehuda (Israel Selatan) ke tangan Babel (2 Raja-Raja 25:8-10). Peristiwa itu ditambah dengan penghinaan atas iman mereka kepada Allah yang gagal menolong mereka dari kehancuran (ayat 10). Sekalipun dihina seperti itu, Pemazmur tidak menunjukkan kegoyahan iman kepada Allah. Sebaliknya, ia menyerukan perlunya dasar iman yang teguh, yaitu satu-satunya sumber pertolongan yang sejati ada dalam Tuhan. Dalam kesusahan dan penderitaan yang hebat itulah, seruan permohonan ini ditujukan kepada Allah. Seruan itu disertai dengan pengakuan dosa sebagai bentuk refleksi diri yang jujur bahwa penderitaan yang mereka alami merupakan konsekuensi dan akibat dosa umat (ayat 8-9). Pertolongan dan pengampunan dari Allah saja yang melahirkan rasa syukur dan puji-pujian (ayat 13). Sahabat, sesungguhnya hampir setiap orang pernah mengalami kesusahan dan penderitaan, baik dalam hal pribadi, keluarga, karir, bergereja, bermasyarakat, dan sebagainya. Saat menghadapi hal itu, kita pasti berharap agar bisa dilepaskan dari kesusahan dan penderitaan. Sebagai orang beriman kita harus mencari pertolongan dari Tuhan. Kita datang di hadapan-Nya dengan segala kejujuran dan kerendahan hati. Ketika kita meminta bantuan Allah, satu kondisi yang diperlukan, yakni memercayakan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Sebab, kita tahu dalam Tuhan ada pengampunan dan pertolongan, dan Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:11). Berdasarkan hasil perenunganmu pada hari ini, bagikanlah pelajaran apa yang Sahabat peroleh? Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa ajar kami untuk mencari pertolongan hanya kepada-Mu saja.” (pg)
Menantikan WAJAH ALLAH BERSINAR
Sepenggal lirik lagu “Air Mata” yang dipopulerkan oleh grup band “Dewa 19” berbunyi: “Air mata yang telah jatuh membasahi bumi, takkan mampu menghapus penyesalan … Menangislah bila harus menangis, karena kita semua manusia”. Lagu tersebut hendak bercerita kepada para pendengarnya bahwa air mata dan tangisan adalah bagian dari kehidupan manusia, tatkala seseorang menghadapi musibah dan kesesakan. Sahabat, pernahkah kamu menitikkan air mata penyesalan saat mengalami kondisi hidup yang terpuruk akibat berbagai kesalahan yang kamu lakukan? Pada saat seperti itu, ada kalanya sulit bagi seseorang dapat melihat secercah harapan bersinar di balik kegelapan. Kita perlu menantikan wajah Allah bersinar. Untuk lebih memahami topik tentang “Menantikan WAJAH ALLAH BERSINAR”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 80:1-20 dengan penekanan pada ayat 4, 8 dan 20. Sahabat, pengkhianatan bangsa Israel terhadap Tuhan menyebabkan mereka ditimpa murka-Nya. Beratnya penderitaan yang dialami membuat umat-Nya berkeluh kesah kepada Tuhan. Hal ini tampak dari kata “berapa lama lagi”. Kalimat tersebut memperlihatkan ketidaksabaran mereka karena murka Allah tidak kunjung surut, walau mereka telah mengakui kesalahan dan berdoa memohon pengampunan-Nya (ayat 5). Makanan sehari-hari mereka adalah penderitaan, ratapan, dan olok-olokan para musuh Israel (ayat 6-7). Dalam masa kesengsaraan, Pemazmur mengontraskan karya keselamatan dan pemeliharaan Allah di masa lampau dengan keterpurukan mereka di masa kini. Pada zaman Daud dan Salomo, Allah membuat nama Israel termasyhur dan berjaya (ayat 9-12; bdk. 2 Samuel 8; 1Raja 4:21-25; 5:1, 4). Saat ini, bangsa Israel hidup dalam penderitaan karena Allah “membuang” umat-Nya (ayat 13-14). Di tengah situasi yang memilukan, Pemazmur mengajak bangsanya kembali berharap kepada Allah dan mengungkapkan janji setia di hadapan-Nya (ayat 19). Sahabat, walau murka Allah belum reda, Pemazmur mengingatkan bangsanya jangan berputus asa berharap kepada-Nya. Sebab, Allah Israel bukan hanya berkuasa atas alam semesta (ayat 5, 8, 15, 20), tetapi juga Allah yang pengasih dan penyayang (bdk. Mazmur 33:18, 100:5, 103:8). Dengan terus-menerus merendahkan diri di hadapan-Nya, Pemazmur berharap ekspresi kemarahan Allah berubah menjadi sukacita (ayat 4, 8, 20). Keceriaan wajah Allah menandakan hari penyelamatan Israel segera tiba. Karena itu mereka menantikan wajah Allah bersinar. Ratapan Pemazmur merupakan wujud penyesalan, pertobatan, dan pengharapan kepada Allah. Dalam kesedihannya, Pemazmur sujud di hadapan Allah mengikrarkan tekad untuk memuliakan nama-Nya yang kudus. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, pernahkah kamu menitikkan air mata penyesalan saat mengalami kondisi hidup yang terpuruk akibat berbagai kesalahan yang kamu lakukan? Jika jawabanmu pernah, apa yang engkau perbuat pada saat itu sehingga engkau dapat mengalami pemulihan? Tuliskanlah pengalamanmu secara singkat. Selamat sejenak merenung. Mari kita mendaraskan ayat emas kita pada hari ini, “Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.” (pg).
Lebih Baik TAAT, Jangan MEMBERONTAK
Bung Karno, Presiden kita yang pertama berkata, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah).” Sejarah perjuangan bangsa kita sungguh penuh dengan gejolak. Sejak merdeka hingga hari ini kita masih saja melihat pemberontakan yang dilakukan baik oleh individu maupun sekelompok orang agar mereka bisa memisahkan diri dari negara yang menaunginya. Sikap memberontak ini biasanya timbul dari ketidakpuasan akan sesuatu, atau bisa juga akibat adanya konflik dengan keinginan atau kepentingan pribadi. Sahabat, kita sebagai komunitas orang percaya, lebih baik taat, jangan memberontak. Untuk lebih memahami topik tentang: “Lebih Baik TAAT, Jangan MEMBERONTAK”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 16: 1-50 dengan penekanan pada ayat 1-2. Sahabat, sekalipun perjalanan melewati gurun itu berat penuh rintangan, sebagai pemimpin, Musa menata dan mengatur banyak hal, demi kebaikan, keutuhan, dan keselamatan bangsa itu. Tetapi, ada saja pihak yang bukannya bahu-membahu menopang malahan hendak memancing di air keruh. Itulah Korah beserta sekutunya (ayat 1-3). Akhir yang tragis menimpa mereka sendiri ketika Tuhan murka atas pemberontakan itu (ayat 30-33). Ada banyak alasan mengapa seseorang atau sekelompok orang memberontak. Dari bacaan kita, pemberontakan terjadi karena dua motif utama. Pertama, pemberontakan yang dilakukan oleh Korah dan 250 pemimpin umat (ayat 1-2). Mereka tidak suka dengan kepemimpinan Musa dan Harun. Alasannya, mereka tidak puas dengan posisi dan jabatan mereka sebagai pengurus perabot kemah pertemuan (Bilangan 4:1-20). Mereka sangat berambisi untuk meraih jabatan imam. Hal ini membuat mereka iri hati dan cemburu, lalu menuduh Musa dan Harun meninggikan diri (ayat 3). Kedua, pemberontakan Datan dan Abiram terhadap Musa (ayat 12). Mereka kecewa terhadap Allah yang sampai saat itu tidak menepati janji-Nya. Perasaan kecewa itu mereka lampiaskan kepada Musa. Dalam kemarahan, mereka berdua memfitnah Musa berencana membinasakan seluruh orang Israel (ayat 13-14). Sepintas kita hanya melihat mereka memberontak terhadap Musa dan Harun. Padahal, secara tidak langsung mereka memberontak terhadap Allah. Sebab Allah yang mengutus Musa dan Harun untuk memimpin mereka. Mereka tidak mau tunduk dan taat kepada Allah, melainkan memaksakan ambisi dan keinginan hati sendiri. Sahabat, terkadang kita suka melakukan hal yang dilakukan Korah, Datan, dan Abiram. Kita memberontak terhadap pemimpin gereja atau lembaga gerejawi karena keputusan dan cara mereka memimpin. Kita sering memprotes dan mengeluh, bahkan berpikir negatif tentang para pemimpin kita. Tidak sedikit dari kita yang diam-diam membangkang terhadap peraturan gereja. Kita lebih menyoroti sisi negatif para pemimpin gereja sehingga lupa bahwa mereka adalah hamba Tuhan yang punya kelemahan. Lalu, kita kehilangan rasa hormat dan tidak menghargai mereka. Kita perlu membuang sikap semacam itu. Sahabat, kita perlu belajar untuk dipimpin dan memaklumi kelemahan pemimpin sebagai manusia. Saling memahami antara yang memimpin dan yang dipimpin merupakan hal penting. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu sendiri, apa yang engkau lakukan ketika engkau tidak setuju dengan keputusan atau model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Gembala Jemaat di gerejamu? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati dan menolong. (pg)