Berani Melawan TEKANAN SOSIAL

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, saya mendapatkan definisi tentang TEKANAN SOSIAL . Tekanan sosial  atau tekanan sejawat adalah dampak langsung rekan-rekan sejawat terhadap seorang individu yang membuat mereka mengikuti rekan mereka dengan mengubah perilaku, nilai, dan sikap, agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan kelompok atau individu yang mempengaruhi mereka. Tekanan ini berbeda dari tekanan masyarakat pada umumnya karena dapat membuat seorang individu mengubah dirinya apabila mereka merasa ditekan atau dipengaruhi oleh rekan atau kelompok sejawatnya. Sahabat, tekanan sosial bisa menyebabkan orang mengubah keyakinannya mengenai suatu hal. Sebaliknya bagi yang melawan akan menjadi resah secara emosi. Bagi yang melawan biasanya dimusuhi, dijauhi, dan diancam, Pertanyaannya, beranikah kita melawan tekanan sosial? Untuk lebih memahami topik tentang: “Berani Melawan TEKANAN SOSIAL”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 14:1-38 dengan penekanan pada ayat 7-9. Sahabat, Kaleb dan Yosua berani tampil berbeda. Mereka berani melawan arus saat kesepuluh rekan yang lain merasa pesimistis untuk dapat masuk ke tanah Kanaan. Dalam ayat 1-4 digambarkan ketika itu, seluruh bangsa menangis dengan suara nyaring dan bersungut-sungut. Mereka protes karena Musa dan Harun membawa mereka keluar dari Mesir. Padahal mereka sedang ketakutan karena berhadapan dengan bangsa asing yang berbadan besar dan kuat. Orang Israel benar-benar lupa bahwa mereka pernah TUHAN bebaskan dari kejaran bala tentara Mesir dengan cara yang sangat ajaib.  Yosua dan Kaleb berani tampil beda. Mereka berani melawan tekanan sosial.  Mereka sama sekali tidak takut kepada kemarahan dan tekanan massa. Sebaliknya, Yosua dan Kaleb berusaha menenangkan, meneguhkan iman orang Israel,  dan membujuk mereka agar tidak memberontak kepada TUHAN, “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.”  (ayat 7-9)  Sahabat, sering, kita juga berhadapan dengan orang banyak yang menginginkan kita berbuat dosa seperti mereka. Kita pun ditekan, secara halus ataupun kasar. Belajar dari  Yosua dan Kaleb, kita dapat bertahan dengan iman yang teguh. Tidak perlu takut tekanan sosial, karena Tuhan beserta kita. Penderitaan yang sementara sifatnya mungkin kita alami. Namun penghargaan dari Tuhan akan kita nikmati. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu ketika kamu menghadapi tekanan sosial di tempat kerjamu, atau di tempat tinggalmu, atau di dalam keluargamu. Apa yang engkau lakukan pada saat engkau menghadapi tekanan sosial. Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)

MENCERITAKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN YANG AJAIB

Sahabat, kita sebagai orangtua biasanya suka sekali bercerita kepada anak-anak kita  tentang hidup kita dulunya seperti apa. Masa kecil kita seperti apa? Ketika anak-anak kita beranjak menjadi remaja dan pemuda, kita biasanya juga menceritakan masa pacaran yang kita jalani. Kita juga menceritakan tumbuh kembang mereka. Semoga kita sebagai orangtua tidak lupa untuk menceritakan pengalaman hidup kita bersama Tuhan. Kita menceritakan iman yang hidup dan iman yang kita hidupi. Kita menceritakan bagaimana campur tangan Tuhan dapat kita rasakan melalui proses yang kita jalani dari hari ke hari. Kita bercerita kepada mereka bagaimana kita menikmati penggenapan janji-janji Tuhan . Kita menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib yang kita alami. Untuk lebih memahami topik tentang: “MENCERITAKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN YANG AJAIB”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 78:1-8 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, dalam Mazmur 78, Pemazmur menyadari adanya kemungkinan umat Allah akan melupakan karya ajaib Allah dan menjadi generasi yang terhilang. Oleh karena itu, Pemazmur  mengajak mereka untuk tidak bosan-bosannya menceritakan kisah lama tentang karya penebusan-Nya kepada generasi-generasi mendatang (ayat 4). Tujuan dari menceritakan kisah sejarah mereka dengan terus-menerus ini bukan semata-mata untuk menghafal data historis, melainkan untuk menumbuhkan iman, ketaatan, dan harapan di dalam Tuhan (ayat 7) dan untuk menjaga agar generasi mendatang tidak tersesat dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti generasi sebelum mereka (ayat 8). Selain itu Pemazmur juga belajar untuk mengingat setiap karya Tuhan dalam sejarah. Semuanya itu dituliskannya dengan lengkap dalam teks Mazmur 78 ini. Ada banyak kegagalan yang terjadi dalam hidup bangsa Israel. Sekalipun demikian, Allah tetap mengasihi mereka. Tuhan juga banyak memberi karya-karya yang ajaib agar mereka tetap percaya pada Tuhan (ayat 7) dan semuanya ini menjadi pelajaran agar  generasi selanjutnya, mereka makin setia dan taat kepada Tuhan sehingga tidak merasakan murka Tuhan (ayat 8). Sahabat, suatu perbuatan yang diceritakan dapat mengilhami pendengarnya untuk merubah cara hidupnya sehingga menjadi lebih baik di hari esok. Dalam kehidupan kita, janganlah lupa untuk menceritakan tentang setiap karya Tuhan. Ceritakan bagaimana Tuhan menggenapi janji-janji-Nya dalam hidup kita. Ceritakan dan perkenalkan Tuhan pada sebanyak mungkin orang agar mereka makin bertumbuh dalam iman dan makin taat. Sungguh indah jika mereka akhirnya menjadi generasi yang memuliakan nama Tuhan karena terinspirasi dari cerita kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah salah satu pengalamanmu ketika kamu menceritakan pertolongan Allah yang nyata yang kamu alami kepada anak-anakmu atau temanmu. Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg)

MEMAKAI KACAMATA KEBAIKAN TUHAN

Bagaimana reaksi kita saat masalah datang menerpa? Kalau masalah sudah berat apalagi datangnya sekaligus. Bahkan terkadang, belum lagi masalah yang satu beres, sudah muncul masalah berikutnya. Kita bisa gelagapan, goyah lalu kemudian panik, di sana rasa takut pun mulai muncul. Kita menjadi ragu apakah kita bisa melewati semua itu sebagai pemenang? Di saat seperti itu, adakah sesuatu yang bisa kita pakai untuk menguatkan  kita agar bisa berpijak tegar di tengah situasi sulit? Apa yang bisa membuat iman kita tidak ikut goyah sebaliknya mampu memberi kekuatan kepada kita untuk bisa terus tegar dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang? Sahabat, mengingat kebaikan Tuhan yang sudah terjadi dalam kehidupan kita adalah hal yang baik dan perlu supaya keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi pergumulan hidup berubah menjadi pengharapan kepada Allah yang hidup. Kita perlu memakai kacamata kebaikan Tuhan. Untuk lebih memahami topik tentang: “MEMAKAI KACAMATA KEBAIKAN TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 77:1-21 dengan penekanan pada ayat 12-13. Sahabat, Mazmur 77 memberitahu kita bahwa pergumulan orang percaya waktu itu sangat berat.  Asaf, seorang pelayan Tuhan dari suku Lewi, menyimpulkan bahwa tangan kanan Tuhan Yang Mahatinggi berubah (ayat 11), itu artinya pergumulan terasa semakin berat seolah-olah Tuhan tidak lagi menghiraukan pergumulan orang percaya pada  saat itu. Di bagian pertama, Asaf memakai pergumulan dan kesusahan sebagai kacamata untuk melihat Allah (ayat 2-11). Hasilnya, kesusahan membuat Allah terasa jauh (ayat  2). Kesusahan membuat mengenang Allah terasa memilukan (ayat 3). Gambaran yang ideal tentang Allah terasa sangat mengecewakan bila dibandingkan dengan pergumulan yang dihadapi manusia. Kesusahan membuat Tuhan terasa seperti menolak dan tidak bermurah hati (ayat 8). Kesusahan membuat janji Tuhan terasa seperti tidak berlaku (ayat 9). Kesusahan membuat Allah nampak seperti melupakan janji-Nya (ayat 10). Sahabat, berita baiknya, di bagian kedua , Asaf memakai kebaikan Tuhan sebagai kacamata untuk melihat kesusahannya (ayat 12-21). Hasilnya, dengan mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu, dia mengaku bahwa Allah itu sangat besar dan berkuasa. Saat Asaf mengalami pergumulan, Allah tidak berubah. Kebaikan Tuhan membuat Asaf percaya bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun (ayat 21). Asaf memberikan sebuah tips yang sangat baik untuk kita ingat saat kita sedang berada di tengah badai kehidupan. “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.” (ayat 12-13). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu apa yang harus kita lakukan jika masalah berat atau sakit penyakit sedang menerpa kita. Selamat sejenak merenung. Mari kita mendaraskan ayat 15: “Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.” (pg)