Orang Percaya: HIDUP dalam IMAN

Wilma Rudolph dilahirkan 23 Juni  1940 di St Betlehem, Tennessee, Amerika.  Ia dilahirkan dengan polio dan pneumonia, serta pernah menderita demam scarlet saat masih muda. Semua penyakit itu berkontribusi pada pertumbuhan kakinya yang kurang sempurna.   “Apakah saya akan bisa berlari seperti anak-anak lain?” Wilma  bertanya pada ibunya. “Sayang, kamu harus percaya kepada Tuhan dan jangan pernah berhenti berharap. Jika kamu percaya, Tuhan akan membuatnya terjadi,” jawab ibunya. Wilma percaya dengan jawaban ibunya dan sejak itu ia bersusah payah belajar berjalan. Pada usia 12 tahun ia bisa berjalan tanpa memerlukan penyangga kaki. Bahkan di tahun 1960, ia berhasil mendapatkan tiga medali emas untuk cabang olahraga lari di Olimpiade. Ia menyapu bersih gelar di lari 100 meter, 200 meter, dan estafet sprint.  Iman adalah prinsip dasar kehidupan orang percaya. Hidup dalam  iman berarti memercayai siapa Allah itu, apa yang dikatakan-Nya, apa yang sudah dilakukan-Nya, dan apa yang akan dilakukan-Nya. Iman adalah inti kehidupan kita dari hari ke hari. Untuk lebih memahami topik tentang: “Orang Percaya: HIDUP dalam IMAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 13:1-33. Sahabat, Pengintaian Israel atas Kanaan merupakan perintah Tuhan. Di sini Allah menyoroti aspek kepemimpinan dengan serius. Pengutusan diberikan dengan menyoroti rute dan keperluan penyelidikan Tanah Kanaan. Para pengintai Israel menjalankan tugasnya selama 40 hari. Mereka menemukan bukti hasil bumi berupa satu tandan buah anggur beserta delima dan ara dari lembah Eskol (ayat 17-24). Meskipun Tanah Kanaan sangat menjanjikan, namun ada persoalan dan perselisihan internal dalam diri 12 pengintai. Di satu sisi, 10 pengintai berpikir logis bahwa bangsa Kanaan sulit ditaklukkan. Mereka merasa mustahil mengalahkan orang-orang Kanaan yang jauh lebih besar dalam strategi dan kekuatan perang untuk melindungi kota mereka. Tidak heran jika 10 pengintai Israel pesimis melihat kenyataan itu. Akibatnya, sebagian besar orang Israel termakan isu negatif yang diberitakan 10 pengintai (ayat 27-29; 31-33) Di sisi lain, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi iman. Berdasarkan pengalaman berjalan di padang gurun sampai di wilayah Kanaan, mereka melihat bahwa Allah selalu ikut berperang bersama mereka. Siapa pun lawan mereka, Allah sanggup memberikan kemenangan bagi mereka. Kaleb dan Yosua sangat optimis berkenaan dengan janji Allah (ayat 30). Sebagaimana kita dahulu menerima Kristus dengan iman, maka kita seharusnya juga akan berjalan dalam iman dari hari ke hari. Berjalan dalam arti cara kita berperilaku dalam hidup sehari-hari. Iman kita teruji dan semakin bertumbuh pada saat persoalan menghantam di tengah perjalanan hidup kita. Di tengah tekanan hidup yang mendera, kita pun diingatkan untuk tetap berdiri teguh, memercayai firman-Nya dan juga janji-janji-Nya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tuliskanlah secara singkat, apakah kamu tetap berjalan dalam iman kepada Allah sekalipun berbagai ujian menempa hidupmu? Apakah kamu percaya bahwa Allah sanggup melakukan sesuatu dalam hidupmu?  Selamat sejenak merenung. Ingatlah! Kita ditantang untuk memercayai Tuhan dan tidak meragukan firman-Nya. (pg)

Memercayakan PEPERANGAN ROHANI kepada ALLAH

Sahabat, Rasul Paulus menggambarkan bahwa kehidupan rohani orang percaya seperti berada di medan peperangan. Selama hidup di dunia ini kita akan terus berperang melawan Iblis. Bukan peperangan yang bersifat jasmani, di mana musuh terlihat dan dapat diukur kekuatannya, melainkan peperangan yang bersifat rohani.  Jadi musuh kita tidak kelihatan secara kasat mata (Efesus 6:12). Peperangan inilah yang sangat sulit, karena bisa berlansung kapan saja dalam waktu 24 jam dan di mana saja. Kita juga tidak tahu secara pasti kapan musuh itu akan datang dan menyerang kita, yang jelas dan pasti si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Kita tidak boleh lengah sedikit pun dan harus ekstra waspada dan hati-hati terhadap segala bentuk serangan iblis, karena lengah berarti membuka peluang Iblis untuk menang. Untuk lebih memahami topik tentang: “Memercayakan PEPERANGAN ROHANI kepada ALLAH, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 76:1-13. Sahabat, dalam Perjanjian Lama, umat Israel sangat paham bahwa Allahlah yang maju memerangi para musuh mereka (bdk. Yosua 24:12-13). Demikian juga Mazmur 76  menggambarkan hal yang sama. Pemazmur melihat Allah sebagai Pahlawan Perang yang perkasa. Ia mematahkan panah berkilat, perisai, pedang, dan alat perang (ayat 4). Orang-orang yang berani dan gagah perkasa dari pihak musuh kehilangan kekuatannya dan mereka dijarah oleh Allah (ayat 6). Sebegitu perkasanya, Allah cukup menghardik dan semua musuh serta kuda mereka tertidur lelap (ayat 7). Semua pemimpin atau pun raja patah semangat dan tidak tahan menghadapi murka Allah (ayat 8 dan 13). Bahkan,  bumi pun takut dan tertegun mendengar keputusan-Nya (ayat 9). Ternyata, murka Allah itu ditujukan untuk menyelamatkan semua orang yang tertindas di bumi (ayat 10). Karenanya, Pemazmur menutup mazmurnya dengan meminta umat membayar nazar dan memberikan persembahan kepada Tuhan yang ditakuti (ayat 12). Sahabat, Pemazmur menekankan bahwa dalam setiap peperangan,  Allah yang berperang bagi umat-Nya. Di tangan Allah yang perkasa, musuh mereka yang begitu kuat kehilangan kuasanya dan mudah ditaklukkan. Karena itu, umat perlu bersyukur kepada Allah yang memenangkan peperangan bagi mereka. Hal senada juga ditegaskan oleh Rasul  Paulus bahwa peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12). Secara manusia kita tidak akan mampu menang melawan serangan Iblis, tetapi bersama Tuhan kita akan dapat mengalahkan Iblis beserta pasukannya. Jadi kita harus kuat di dalam Tuhan, yang artinya kita harus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  Ada dua fungsi alat perlengkapan perang itu yaitu perlengkapan untuk bertahan  dan perlengkapan untuk menyerang. Perlengkapan untuk bertahan adalah iman, yang berfungsi sebagai perisai (Efesus 6:16); sedangkan perlengkapan untuk menyerang adalah firman Tuhan (Ibrani  4:12 a-b). Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pengalamanmu pribadi apa saja yang telah kamu lakukan agar dapat mengalami kemenangan dalam peperangan rohani dari hari ke hari. Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa, ajarkan kami  untuk mengerti bahwa hidup adalah medan peperangan rohani. (pg)