Semua orang yang jujur akan bermegah. Meme Firman Hari Ini (05 Maret 2022).
Pakailah perkataan yang baik untuk membangun. Meme Firman Hari Ini (04 Maret 2022).
TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu. Meme Firman Hari Ini (03 Maret 2022)
LEMBUT HATINYA
Sahabat, ada cukup banyak orang percaya yang kurang menyadari bahwa hidup kekristenan adalah sebuah proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus. Apalah artinya menyebut diri sebagai murid Kristus, apabila dalam kehidupan sehari-hari karakter dan perilaku kita sama sekali tidak mencerminkan Kristus atau tidak meneladani bagaimana Kristus hidup. Salah satu sifat Kristus yang patut diteladani adalah kelembutan hati-Nya. Kristus sangat mengedepankan pantang kekerasan. Dia tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya Ia mengasihi orang yang berbuat jahat kepada-Nya, bahkan terhadap orang-orang yang meludahi-Nya, menghujat-Nya, mencambuk-Nya dan bahkan menyalibkan-Nya, Ia justru berdoa bagi mereka dan memohonkan pengampunan kepada Bapa (Lukas 23:34). Untuk lebih memahami topik tentang: “LEMBUT HATINYA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 12:1-16 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, lemah lembut dapat berarti mudah dibentuk, lentur, tidak kaku. Juga, menundukkan diri pada kehendak Allah. Musa disebut sebagai orang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas bumi (ayat 3). Itu bukan berarti Musa tidak pernah marah. Ia sering marah dan dosa terbesarnya juga karena marah. Namun, ia punya ketrampilan untuk menahan diri dan bersikap lemah lembut pada saat yang tepat. Ketika ditentang oleh Miryam dan Harun, ia tidak membela dirinya. Ia tidak reaktif. Ia tidak emosi. Tuhanlah yang membela Musa dengan memaparkan keistimewaannya di hadapan Miryam dan Harun (ayat 6-8). Sahabat, Miryam mendapatkan hukuman berupa penyakit kusta (ayat 10). Kusta adalah simbol tulah atau hukuman Tuhan. Orang kusta harus dikucilkan. Melihat itu, Harun memohon agar mereka dilepaskan dari hukuman (ayat 11). Tanpa menunda-nunda, Musa pun berseru kepada Tuhan, “Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” (ayat 13). Hati Tuhan tertuju kepada Musa dan Tuhan mengindahkan permohonannya. Tuhan tetap menghukum Miryam, tetapi hanya sepanjang 7 hari (ayat 14). Itulah bukti kelemahlembutan Musa. Di satu sisi, ia sama sekali tidak merasa bersukacita atas pembalasan yang dilakukan Tuhan terhadap saudaranya; di sisi lain, ia tetap tunduk kepada kehendak-Nya. Sebagai murid Kristus, terimalah perintah untuk hidup sama seperti Kristus hidup (1 Yohanes 2:6), walaupun untuk memiliki kelembutan hati seperti Kristus tidak mudah, diperlukan proses dan hati yang mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Sesungguhnya ketika kita punya kelembutan hati, mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita, sesungguhnya kita sedang membiasakan diri untuk mengenakan pribadi Kristus! Sahabat, mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang lembut hatinya. Tuhan sendiri yang akan menjagai kehidupan kita. Tuhan sendiri yang akan membela kita. Tuhan Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Matius 5:5) Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikan bagaimana sikap hatimu ketika ada orang menyinggung perasaanmu? Bagaimana sikap hatimu ketika orang berbicara hal yang buruk tentang dirimu? Selamat sejenak merenung. Mari kita terus belajar sehingga kita dapat memiliki kelembutan hati. (pg)
DAHSYATNYA kekuatan BERSYUKUR dan KEDAHSYATAN yang DISYUKURI (25 Februari 2022)
Bacaan Sabda: Mazmur 66 : 1 – 20. Saya bagikan perbuatan Allah yang dahsyat dalam pelayanan saya di Lampung Selatan mengacu pada Mazmur 66:5, “Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia” Saya diutus oleh Yayasan Pengutusan Injil dan Pelayanan Kasih (PIPKA) Sinode GKMI. Tujuh tahun pertama (1977 – 1984), pemberitaan Injil kepada penduduk asal Jawa yang tinggal di kawasan Gunung Bunder dan Dusun Sidorejo, daerah Way Rate – Lampung Selatan. Di antara penduduk di dua tempat ini, mereka merespons pemberitaan Injil. Mereka dibimbing belajar Alkitab sampai kepada pengenalan dan penerimaan Yesus Juruselamat pribadi dan dibaptiskan. Oleh karya Roh Kudus selama tujuh tahun pemberitaan Injil itu, Tuhan tambahkan jiwa-jiwa yang diselamatkan. Rumah yang dipakai untuk beribadah sudah tidak memadai dengan jumlah yang hadir. Tuhan menggerakkan seseorang diantara mereka di Gunung Bunder dan di Sidorejo, rela menyerahkan tanahnya untuk didirikan gereja. Di kedua tempat itu mereka rela pula bekerja bergotong royong mendirikan gereja dan pastori sampai selesai. Pendekatan pelayanan Dua sisi yaitu Pemberitaan Injil (PI) dan Pelayanan Kasih (PKA). Untuk pelayanan kasih kami bermitra dengan World Vision International (WVI) WVI menyalurkan dana untuk keperluan : Bantuan pendidikan anak usia sekolah, Bantuan ekonomi keluarga, berupa ternak. Bantuan pengadaan air bersih, MCK. Bantuan perbaikan jalan, jembatan gantung. Bantuan perbaikan rumah, bagi yang terdampak banjir. Syukur, berdasarkan informasi dari Sekretariat PIPKA Jakarta, direncanakan GKMI Cabang Sidorejo akan didewasakan pada tanggal 29 Maret 2022. Terpujilah Tuhan! (Haryono).
MENGELUH lagi, MENGELUH lagi
Setiap hari saya awali dengan mengingat dan merenungkan kebaikan Tuhan. Selanjutnya mengisi hati dan pikiran dengan ucapan syukur. Saya yakin itu akan membuat hari-hari kita jauh lebih indah untuk dijalani, meski masalah tetap belum hilang dan masih harus dihadapi. Ingatlah! Hati yang sudah panas sejak pagi akan membuat hari tidak lagi menyenangkan untuk dilalui. Karena itu, mengapa mengeluh lagi, mengeluh lagi? Untuk lebih memahami topik tentang: “MENGELUH lagi, MENGELUH lagi”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 11:1-35. Sahabat, kitab Bilangan 11 menunjukkan betapa umat Israel gagal dalam perjalanan iman mereka. Padahal mereka mulai dengan semangat dan optimisme yang tinggi (Bilangan 10:29, 35-36). Dicatat di bacaan kita pada hari ini, dua kali sungut-sungut umat Tuhan yang mengakibatkan murka Tuhan dan penghukuman-Nya (ayat 1-3; 4-6, 31-35). Sahabat, apa isi keluhan umat? Pada kali pertama, tidak disebutkan secara spesifik. Yang pasti perjalanan di padang gurun itu berat dan melelahkan. Mereka telah meninggalkan kaki gunung Sinai yang relatif lebih subur. Padahal, roti Manna menyertai mereka setiap hari tidak putus-putusnya. Keluhan kedua membongkar isi hati mereka! Isi hati mereka ternyata mengeluh masalah perut (ayat 4-6). Mereka sudah mengalami pembebasan Tuhan dari perbudakan Mesir yang berat sehingga mereka mengerang (Keluaran 2:23), namun mereka sepertinya rela balik ke Mesir menjadi budak lagi demi kepuasan perut mereka (bdk. Bilangan 14:2-4)! Tuhan memberikan daging yang mereka minta (ayat 18-20), tetapi kerakusan mereka dihukum Tuhan dengan berat (ayat 31-35). Sangat wajar kalau Musa ikut mengeluh karena sungut-sungut umat bukan hanya menjengkelkan, tetapi juga berpotensi rusuh. Apakah Musa sempat meragukan Tuhan (ayat 21-22)? Tuhan mengerti pergumulan Musa sehingga Ia memperlengkapi kepemimpinan Musa dengan para tua-tua yang dipenuhi-Nya dengan Roh-Nya untuk membantu mengurusi umat yang sepertinya menjurus ke arah tidak terkendali. Saat menempuh perjalanan di padang gurun, setelah terbebas dari perbudakan di Mesir, sebenarnya banyak sekali mukjizat yang Tuhan nyatakan. Suatu kehidupan yang luar biasa karena Tuhan sendiri menyertai, menuntun, memelihara dan membela mereka. Meski demikian orang-orang Israel tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluhkan nasib mereka, serta membanding-bandingkan dengan kehidupan kala berada di Mesir, padahal di sana mereka hanya budak. Sahabat, berjalan dengan iman ternyata tidak mudah! Kita cenderung mau melihat segala sesuatu berjalan lancar, tidak ada masalah. Padahal cara Tuhan memimpin umat-Nya tidak demikian. Tuhan memimpin dengan hikmat-Nya yang tidak terselami, dan kita diminta percaya penuhdan taat. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pelajaran yang dapat kamu petik mengapa umat Israel selalu mengeluh dan bersungut-sungut? Selamat sejenak merenung. Tuhan menuntun, menolong, dan memberkati kita. (pg)
Bolehkah aku BERAMBISI?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) AMBISI adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan). Sedangkan menurut The Webster’s Dictionary, ambisi adalah keinginan yang kuat untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup dan mencapai hal-hal besar atau baik yang diinginkan. Ambisi itu baik, sifatnya netral, jadi tergantung pada orangnya. Tapi hati-hati dengan sikap yang ambisius. Katak dapat menggambarkan sikap yang ambisius. Coba perhatikan gaya katak mencari mangsa. Mereka akan menendang ke bawah agar bisa meloncat ke atas dengan lidah dijulurkan, sedangkan kaki depannya mengayuh ke belakang. Bukankah hal itu mengingatkan pada lagak orang yang ambisius? Mereka menjulurkan lidah untuk menjilat atasan. Atasan yang tidak sadar pasti menjadi mangsanya. Terhadap rekan selevel ia mencoba menyingkirkannya. Apalagi terhadap orang-orang yang berada di bawahnya. Agar bisa naik, ia memanfaatkan bawahannya sebagai tumpuan kakinya. Untuk lebih memahami topik tentang: “Bolehkah aku BERAMBISI?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 75:1-11 dengan penekanan pada ayat 7-8. Sahabat, Pemazmur bersyukur karena segala perbuatan Allah yang ajaib dikisahkan oleh umat-Nya (ayat 2). Pemazmur mencatat bahwa yang menetapkan waktu adalah Allah (ayat 3). Hal utama yang patut disyukuri Pemazmur adalah kenyataan bahwa bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun DATANGNYA PENINGGIAN itu melainkan dari Allah (ayat 7) dan Allah adalah Hakim yang akan merendahkan orang fasik dan meninggikan orang benar (ayat 8). Dalam mazmur ini, orang fasik bangga dengan kekuatan mereka. Kekuatan digambarkan dengan kata tanduk. Perhatikan kata tanduk muncul 4 kali (ayat 5, 6, dan 11). Dua kali Allah memperingatkan orang fasik agar tidak mengangkat tanduk mereka tinggi-tinggi (ayat 5 dan 6). Ketika mereka terus meninggikan tanduknya, pada akhirnya piala yang berisikan murka Allah akan dituangkan ke atas mereka (ayat 9) dan “segala tanduk orang-orang fasik akan dihancurkan-Nya” (ayat 11-a). Sedangkan, “tanduk-tanduk orang benar akan ditinggikan” (ayat 11-b). Sahabat, dari Mazmur 75 kita dapat memetik pelajaran bahwa tidaklah salah kita memiliki ambisi asal jalan yang kita tempuh untuk mewujudkan ambisi itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Tetapi ambisi untuk meninggikan diri, mencari kedudukan dengan mempromosikan diri sendiri, atau mencari hormat dan pujian dari manusia adalah perbuatan yang dicela oleh Tuhan. Ingatlah jangan mengangkat tandukmu tinggi-tinggi (ayat 6-a) Sebagai orang percaya, terlebih-lebih bagi kita yang sudah melayani Tuhan sepenuh waktu, kita tidak diperkenankan bersikap ambisius dalam usaha mendapatkan kedudukan atau posisi atau sesuatu yang lain. Kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena Dialah yang berkuasa untuk meninggikan atau merendahkan seseorang (ayat 7). Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong tuliskan pemahamanmu secara singkat tentang apa perbedaan antara orang yang berambisi dan orang yang ambius? Selamat sejenak merenung. Ingatlah! Kepemimpinan bukanlah jabatan untuk dikejar, melainkan fungsi pelayanan untuk dijalani. (pg)