Di tengah RATAPAN ada HARAPAN

Datangnya bencana merupakan suatu keniscayaan. Orang percaya pun bisa ditimpa bencana. Contoh yang sangat nyata saat ini, hampir setiap orang di Indonesia  ditimpa bencana pandemi Covid-19. Hampir semua orang terdampak karena adanya pandemi tersebut, bahkan tidak sedikit kerabat dan sahabat kita yang meninggal dunia akibat pandemi covid-19 yang masih berlangsung sampai saat ini. Sahabat, di tengah bencana pandemi Covid-19, kita perlu selalu mengingat bahwa Tuhan kita itu Tuhan yang memegang perjalanan sejarah dunia. Tuhan itu berkuasa atas alam semesta. Karena itu di tengah ratapan selalu ada harapan. Untuk lebih memahami topik tentang: “Di tengah RATAPAN ada HARAPAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 74:1-23 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, Akibat serangan musuh, Bait Allah menjadi hancur (ayat 3, 5, 6 dan  8) dan tempat kudus Allah dikuasai (ayat 4) serta dinajiskan (ayat 7). Kepedihan Asaf, sang penulis mazmur ini, semakin bertambah ketika ia sadar bahwa tidak ada lagi tanda-tanda Tuhan berfirman melalui perantaraan para nabi (ayat 9). Allah seakan-akan diam dan tidak berbuat apa-apa di tengah situasi yang menghancurkan bait-Nya (ayat 10-11). Menariknya, meski Allah tampak diam bagi umat-Nya, tetapi Asaf ingat bahwa Allah bukanlah Allah yang tidak mampu bertindak. Asaf ingat kemahakuasaan Allah yang telah terbukti di masa lampau (ayat 12-15). Asaf juga ingat kedaulatan Allah atas alam semesta (ayat 16-17). Sahabat, ada tiga hal menarik yang bisa kita amati dan dapatkan dari Mazmur 74: Pertama, Pemazmur mengalami pertentangan batin. Di tengah bencana hebat yang secara manusiawi membuat Pemazmur merasa putus asa dan tidak ada harapan (ayat 3-11), Pemazmur tetap beriman bahwa Allah adalah Penyelamat (ayat 12). Kedua, yang membuat Pemazmur tetap memiliki pengharapan adalah karena Pemazmur mengingat sejarah: Pemazmur mengingat apa yang telah dilakukan Allah pada masa lampau (ayat 13-17). Ketiga, Pemazmur memohon agar Allah mengingat dan menolong umat-Nya berdasarkan perjanjian antara Allah dan umat Tuhan (ayat 18-23). Sahabat, apakah kamu pernah mengalami bencana yang menimbulkan kesedihan hebat dan yang membuat kamu merasa bahwa Allah sudah tidak peduli lagi kepadamu? Saat ini bagi Sahabat yang sedang ditimpa bencana, ingatlah kembali karya Allah dalam kehidupanmu! Ingatlah bahwa Allah telah memberikan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, untuk mati dan bangkit  bagi kita dan menjadi jaminan bahwa Allah tidak pernah berhenti memperhatikan dan  mengasihimu (Roma 8:32) Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, ceritakanlah secara singkat pengalamanmu bersama Tuhan ketika kamu menghadapi bencana pandemi Covid-19. Apa dampak yang kamu rasakan dan jalan keluar apa yang kamu dapatkan. Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong, melindungi, dan memberkati. (pg).

BERIMAN dan BERUSAHA

Saya dan istri kalau tidak ada halangan, setiap Senin – Jumat, mengirimkan renungan singkat kepada beberapa orang sahabat yang sedang sakit atau sedang menjani masa pemulihan.  Kepada mereka, sering kami mengingatkan, ketika kita sedang sakit atau menjalani pemulihan hendaklah kita memperhatikan dan melakukan hal-hal berikut: BERIMAN, Berdoa, BERUSAHA, , Bersabar, dan bersyukur (kami singkat menjadi 5B). Sahabat, ada orang percaya yang ketika dia sedang sakit hanya beriman saja, dia tidak mau berusaha. Menurut dia, kalau berusaha itu berarti kita tidak beriman. Dia tidak mau mengunjungi dokter, tidak mau berobat ke rumah sakit, bahkan dia tidak mau minum obat. Dia hanya berdoa saja. Bagi kami, beriman dan berusaha itu bukan dua hal yang harus  dipertentangkan. Justru dua-duanya perlu dilakukan. Untuk lebih memahami topik tentang: “BERIMAN dan BERUSAHA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 10:11-36 dengan penekanan pada ayat 29-33. Sahabat,  bangsa Israel berjalan mengikuti susunan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Musa mengajak serta iparnya, Hobab, yang saat itu hendak kembali ke negerinya. Alasannya: Hobab tahu banyak dan menguasai betul  medan perjalanan yang akan mereka lalui, “Janganlah kiranya tinggalkan kami, sebab engkaulah yang tahu, bagaimana kami berkemah di padang gurun, maka engkau dapat menjadi penunjuk jalan bagi kami (ayat 31) Apakah itu berarti Musa tidak lagi percaya akan tuntunan Allah dalam bentuk Tiang Awan? Sama sekali tidak. Musa tetap percaya dan taat akan pimpinan Tuhan. Musa mengajak Hobab yang sangat menguasai medan  perjalanan untuk menerjemahkan tuntunan dari Tiang Awan. Hobab diminta untuk memberikan arah, petunjuk detail mengenai medan yang akan mereka lalui. Termasuk hal-hal apa yang perlu mereka perhatikan, waspadai dan hindari. Sahabat, Musa seorang pemimpin yang beriman dan berusaha. Musa mengetahui dan menyadari bahwa ada bagian yang Allah lakukan, tetapi ada bagian yang harus dia dan bangsa Israel lakukan. Tabut perjanjian Allah berjalan mendahului barisan umat Allah. Dalam setiap titik perhentian dan perjalanan, Musa selalu mengucapkan pengakuan atas pimpinan dan penyertaan Tuhan atas mereka. Pengakuan ini mengingatkan bahwa perjalanan yang sedang mereka tempuh bukan persoalan mengenai bangsa Israel yang sedang meraih mimpi dan keinginannya, melainkan tentang Tuhan yang memimpin langkah mereka. Sahabat, fakta ini kian menegaskan bahwa Allah selalu hadir dan sungguh-sungguh menyertai dalam perjalanan hidup umat-Nya. Tidak ada titik di mana penyertaan Allah terlewatkan dari pergumulan dan sukacita kehidupan kita! Kita juga diingatkan bahwa selalu ada bagian yang Allah lakukan, tapi juga ada bagian yang harus kita lakukan. Sesungguhnya beriman dan berusaha merupakan dua hal yang berjalan beriring. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong tuliskan secara singkat pemahamanmu tentang beriman dan berusaha berdasarkan pengalamanmu bersama dengan Tuhan dalam keseharianmu. Selamat sejenak merenung. Tuhan menyertai dan memberkati. (pg) 

KRITERIA yang DIDOAKAN

Kesejahteraan rakyat sangat bergantung kepada pemimpin. Seorang pemimpin yang  berkualitas, bijaksana dan mempunyai integritas, akan membawa kebaikan dan kemakmuran bagi rakyat yang dipimpinnya. Sahabat, sangat tidak mudah memimpin bangsa yang besar dan penuh keberagaman seperti Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu mendoakan para pemimpin kita. Kita perlu mendukung pemerintah dan program kerjanya. Akan tetapi, kita juga perlu bersikap kritis. Kritis supaya keadilan, kebenaran, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dapat semakin mewujud. Untuk lebih memahami topik tentang: “KRITERIA yang DIDOAKAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 72:1-20. Sahabat, Mazmur 72  disebut sebagai doa harapan Salomo untuk raja. Sangat menarik dalam doanya ternyata terkandung kriteria-kriteria seorang raja yang diharapkan. Dalam doanya, Pemazmur memohon agar Tuhan mengaruniakan keadilan (ayat 2 dan 4) dan kebenaran (ayat 3) kepada raja dalam memerintah. Kriteria bagi raja yang didoakan dan diharapkan yaitu raja dapat memerintah dengan memberlakukan keadilan dan kebenaran.  Sahabat, lebih lanjut Pemazmur mendoakan agar dalam memerintah raja berpihak pada orang-orang yang lemah, orang-orang yang tertindas, dan orang-orang yang miskin (ayat 12-14). Pemazmur mendoakan agar raja dalam memerintah sangat mengedepankan pemerintahan yang bersih dan transparan, tidak korup, bahkan meremukkan para pemeras, menghabisi para koruptor (ayat 4-b). Sahabat, Pemazmur berharap dan berdoa agar raja lebih mementingkan nama baik, integirtas lebih daripada kekayaan, kejayaan, dan kepopuleran (ayat 17). Lebih lanjut Pemazmur berdoa agar raja memperoleh pemerintahan yang tiada terbatas (ayat 8-11). Ia memohon agar raja memiliki belas kasihan kepada rakyatnya yang miskin dan tertindas (ayat 12-14), serta dikenal dan memperoleh berkat yang tidak berkesudahan, yaitu hikmat dan kemakmuran (ayat 15-17). Seorang pemimpin yang baik, memimpin dengan penuh hikmat. Oleh karena itu, Pemazmur mendoakan agar raja diberkati dengan hikmat dan berkat kemakmuran yang dari Allah saja. Pada bagian akhir, Pemazmur menaikkan pujian kepada TUHAN, Allah Israel (ayat 18-20). Sahabat, penggenapan seorang raja seperti yang didoakan Pemazmur tidak dapat ditemukan di antara umat manusia. Bagian ini justru sangat dekat dengan nubuatan Mesias yang terdapat dalam Yesaya 11:1-5; 60-62. Hanya di dalam diri Mesias, kriteria, karakter dan kepemimpinan raja yang sempurna, benar, adil dan kekal serta tidak terbatas dapat ditemukan. Bersyukur atas anugerah TUHAN. Mari doakanlah agar Tuhan mengaruniakan kepada para pemimpin kita, baik di pemerintahan maupun keagamaan: Keadilan, kehormatan, dan hikmat yang dari Tuhan sehingga mereka dapat memimpin dengan bijaksana dan takut akan Tuhan. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikan hasil analisamu, apa saja yang sedang diperjuangkan dan dijalankan oleh pemerintahan presiden Jokowi saat ini. Selamat sejenak merenung. Doakan dan dukunglah program-program kerja pemerintah kita saat ini. (pg).

Pergumulan dan Pengharapan ASAF

Kehidupan orang percaya selalu penuh dengan tantangan, termasuk tantangan dalam diri sendiri yang cenderung untuk mudah iri hati kepada orang yang menikmati hidup secara duniawi. Dari zaman dulu sampai zaman now, ada cukup banyak orang percaya merasa iri hati kepada orang fasik yang hidupnya sepertinya penuh dengan kemakmuran, keberkatan, keberhasilan, kelancaran, dan kenyamanan. Sahabat, lalu apa yang harus kita lakukan ketika jatuh pada pemikiran yang seperti itu dan tergoda untuk hidup seperti orang fasik? Kita perlu terus belajar dari pergumulan dan pengharapan ASAF. Untuk lebih memahami topik tentang: “Pergumulan dan Pengharapan ASAF”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 73:1-28. Sahabat, Asaf, penulis banyak Mazmur, seorang kepala pemimpin pujian yang diangkat Raja Daud (1 Tawarikh 16:5), juga bergumul dengan kenyataan tersebut. Ia memperhatikan kejayaan orang-orang fasik dengan banyak kemujuran (ayat 3b), sehat-sehat (ayat  4), tidak mengalami kesusahan (ayat 5). Karenanya mereka menjadi sombong dan terus dalam kejahatan mereka (ayat 7-9), bahkan mengira Allah tidak mengetahuinya (ayat 11). Asaf, seorang yang berhati tulus dan mengandalkan Tuhan (ayat 13), mulai ragu akan imannya. Imannya sempat goyah. Ia merasa kesetiaannya sia-sia belaka (ayat 13), dan ia nyaris tergelincir (ayat 2). Berita baiknya, pada akhirnya  Asaf memutuskan tetap setia dan  mencari Allah (ayat 17), serta berpegang kepada-Nya, sekalipun banyak hal tak dipahaminya (ayat  22-23). Ia berserah pada tuntunan Allah yang membawanya pada kemuliaan (ayat  24). Ia sadar bahwa miliknya yang paling berharga adalah Allah yang kekal (ayat  25-26). Ia pun mengerti bahwa situasi “makmur dan mujur” yang mereka alami itu bersifat sementara, suatu jerat, karena mereka ada “di tempat-tempat licin” (ayat 18a), serta akan berakhir dalam kehancuran dan kebinasaan (ayat 18b-20). Sahabat, sekalipun kita menghadapi banyak hal sulit yang tidak kita mengerti, seperti Asaf, hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah mendekat kepada Allah dan menjadikan-Nya tempat perlindungan kita (ayat  28). Mari berpaut erat pada Allah agar kita tidak tergelincir di jalan licin kehidupan. Bagaimana pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan.  Memang saat kita semakin melekat kepada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan.  Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaan-Nya.  Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan.  Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, coba ceritakan secara singkat pergumulanmu ketika kamu tahu ada temanmu  yang hidupnya tidak lurus dan tidak bersih, tapi justru  perjalanan hidupnya nampak begitu mulus, berhasil dan berkelimpahan.  Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong, melindungi, dan memberkati. (pg)

TUHAN menyiapkan GPS

Saat ini orang-orang yang bepergian, orang-orang yang bekerja sebagai Ojek Online dan Taksi Online sangat tertolong dengan adanya Global Positioning System (GPS). Dengan adanya GPS kita dapat memperoleh petunjuk jalan-jalan yang harus kita lalui, rute yang harus kita tempuh untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Sahabat, sesungguhnya Tuhan telah menyiapkan “GPS” untuk kita semua, supaya kita bisa sampai ke tempat tujuan akhir hidup kita yaitu surga. Sesungguhnya Tuhan bukan hanya menunjukkan arah, tetapi juga menyertai sepanjang pengembaraan kita di dunia ini. Untuk lebih memahami topik tentang: “TUHAN menyiapkan GPS”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 9:15-23. Sahabat, kitab Bilangan 9 terdiri dari 2 perikop. Pertama: “Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah” (ayat 1-13) dan kedua: “Tiang awan memimpin perjalanan Israel” (ayat 15-23). Sahabat, setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel mengembara di padang gurun. Selama perjalanan, Tuhan menuntun mereka dengan dua cara. Pertama, Kemah Suci sebagai lambang kehadiran Tuhan (Bilangan 1:47-53). Kedua, Tiang Awan (saat siang) dan Tiang Api (saat malam) sebagai wujud penyertaan Tuhan (ayat 15-16). Sesungguhnya, Tiang Awan bukan hanya berperan menjadi penunjuk arah, tetapi juga menjadi penunjuk waktu, kapan bangsa Israel harus bergerak dan kapan bangsa Israel harus diam. Kapan pun Tiang Awan bergerak, bangsa Israel juga mulai berjalan. Jika Tiang Awan berhenti, bangsa Israel akan diam untuk berkemah (ayat 17-19). Sahabat, kehadiran dan penyertaan Tuhan merupakan bukti dari janji Allah kepada Musa yang akan menuntun bangsa Israel dalam perjalanan mereka ke Tanah Perjanjian. Bangsa Israel perlu belajar untuk melepaskan semua ikatan dan ketergantungan kepada Mesir. Itulah sebabnya perjalanan di padang gurun diperlukan untuk menggembleng iman mereka. Selain itu Tiang Awan menunjukkan bahwa Tuhanlah yang membawa mereka keluar dari Mesir. Ia tidak hanya menjanjikan Tanah Perjanjian, tetapi juga menyertai dan melindungi mereka secara langsung. Sahabat, pada umumnya agama memang mengajarkan bagaimana cara manusia menggapai Allah. Namun, konsep tersebut  tidak ada dalam kekristenan. Alkitab menegaskan bahwa Allahlah yang berinisiatif hadir dan terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Tuhan hadir dalam setiap bagian kehidupan umat-Nya. Ia tidak hanya jauh “di sana” (transenden), tetapi juga hadiri “di sini” (imanen) dalam realitas pergumulan konkret manusia. Tuhan Yesus Kristus akan senantiasa menyertai kita (Matius  1:23 dan 28:20). Penyertaan Allah bukan sebuah target yang harus diraih atau dikejar. Penyertaan-Nya merupakan relasi yang perlu terus dipelihara melalui iman. Tuhan Yesus menjadi bukti nyata kehadiran dan keterlibatan Allah dalam hidup kita (Yohanes 1:18). Kita perlu memohon kepada Tuhan untuk menyingkapkan mata rohani kita agar kita dapat melihat penyertaan dan tuntunan-Nya di setiap langkah kita dan dalam setiap detik kehidupan kita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, saksikanlah pengalaman hidupmu sendiri bagaimana Tuhan menuntun hidupmu di sepanjang hidup. Selamat sejenak merenung. Yakinlah: Sahabat, Tuhan siap menuntunmu di sepanjang pengembaraanmu di dunia ini. Dia telah menyiapkan “GPS” bagi kita. (pg)