Rekat: Tetap MEMUJI TUHAN di tengah PERGUMULAN (6 Februari 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 57:1-12 Kesaksian Pertama: Dari perenungan Firman Tuhan hari ini, saya akan menyaksikan pertolongan Tuhan yang ajaib. Tepatnya pada Sabtu siang (5 Februari 2022) dalam perjalanan dari Batu – Malang menuju ke Surabaya saya mengalami gangguan lambung, seperti mual, kembung, sakit perut, dan badan terasa pegal-pegal semuanya. Sesampainya di Surabaya, saya mengalami muntaber, karena semua yang saya minum dan makan, langsung ke luar semuanya. Dalam kondisi seperti ini, saya mohon dukungan doa dari bapak dan ibu Paul Gunawan.  Anak-anak saya sempat merasa khawatir kalau saya mengalami dehidrasi dan mengajak saya untuk periksa ke Rumah Sakit; tetapi justru dalam kondisi seperti itu saya masih berdoa dengan iman yang kuat. Akhirnya saya minta untuk di tes antigen malam itu juga, dan Puji Tuhan hasilnya negatif. Saya langsung menuju ke apotik untuk membeli obat. Anak saya tetap mengajak ke Rumah Sakit, namun pada saat itu saya yakin dengan meminum obat yang saya beli pasti sembuh; dan saya berkata kepada anak-anak, “Nanti kalau belum sembuh, ya mami mau periksa ke RS.” Haleluya. Puji Tuhan! Seperempat jam setelah saya minum obat itu , semua rasa mual, sakit perut, kembung sudah hilang. Anak-anak saya sampai heran, saya tetap bisa tenang dan tabah menghadapi kondisi seperti itu. Karena saya sudah sehat, Minggu siang saya langsung pulang ke Semarang dan sampai di Semarang dengan sehat dan selamat. Banyak terima kasih untuk dukungan doa dari bapak dan ibu Paul Gunawan. Tuhan Yesus sangat baik buat kita semua. (Swan Lioe) *** Kesaksian Kedua: Sahabat, orang yang sudah memamsuki masa emeritus (pensiun) menghadapi penggumulan mengenai pendapatan yang berkurang dan kondisi tubuh yang semakin melemah. Demikian juga dengan saya dan istri. Senada dengan, Mazmur 57,  kami tetap dapat nemuji Tuhan di tengah pergumulan. Kami diteguhkan dengan firman Tuhan dari 1 Tesalonika 5:16-18, “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dlm segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dlm Kristus Yesus bagi kamu.” Tentang masalah fisik yg semakin merosot, kami diteguhkan oleh firman dari 2 Korintus 4:16, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Dalam hidup kami memegang janji Tuhan yang terdapat di Matius 6:33-34, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri, kesusahan sendiri cukuplah untak sehari.” Demikian kami terus belajar untuk tetap memuji Tuhan di tengah pergumulan. Terpujilah Tuhan utk kasih setia-Nya. (Haryono)

Mengenal Lebih Dekat KITAB BILANGAN

Sahabat, ketika saya mengikuti kelas katekisasi, saya berpikit bahwa Kitab Bilangan itu berisi aneka macam bilangan seperti bilangan:  Nol, Bulat, Asli, Prima, Cacah, Pecahan, Rasional, Irasional, dan lain-lain. Ternyata bukan itu. Akhir-akhir ini saya lebih banyak mengajak Sahabat untuk belajar dari Kitab Mazmur, Nah,  supaya wawasan kita lebih luas dan ada variasi, maka mulai  hari ini Sahabat saya ajak untuk mencicipi Kitab Bilangan supaya kita dapat mengenal lebih dekat Kitab Bilangan. Sahabat, Kitab ”Bilangan” dalam Alkitab Ibrani berarti ”di padang gurun”. Judul “Bilangan” dipakai karena isi kitab ini mencatat dua kali sensus bangsa Israel, yaitu pada tahun kedua (pasal 1) dan tahun keempat puluh (pasal 26) setelah mereka meninggalkan Mesir. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan pengalaman bangsa Israel di padang gurun selama empat puluh tahun sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Bilangan adalah kitab ketiga dari Pentateukh (yaitu lima kitab pertama dalam Alkitab) yang diyakini sebagai lima kitab yang ditulis oleh Musa. Musa adalah tokoh terpenting. Dikatakan berulang-ulang dalam Kitab Bilangan bahwa undang-undang dan peraturan-peraturan yang dicatat di kitab ini diberikan dengan perantaraan Musa (Bilangan 1:1; 3:44; 6:1; 33:2). Sahabat, ada beberapa hal penting yang dapat kita pelajari dari kitab Bilangan: Pertama, Allah menyediakan segala kebutuhan bangsa Israel dan menuntun mereka ke Kanaan, namun bangsa Israel gagal mengikuti kehendak Allah di Kadesh Barnea (pasal 14; 32:8). Kisah ini mengingatkan kita sebagai komunitas orang percaya yang hidup pada era digital  bahwa Allah mengasihi kita dan berkenan menyediakan segala kebutuhan kita, walaupun kita sering kali membangkang dan gagal mengikuti kehendak-Nya. Kedua, Kitab Bilangan mengajarkan kepada kita bahwa walaupun hidup ini sulit, sarat dengan pengalaman padang gurun, namun sebagai  orang percaya, kita tidak perlu pesimis dan berkecil hati karena Allah berada di pihak kita dan akan membela kita sebagai umat-Nya. Ketiga, Allah sanggup untuk memelihara. Pemeliharaan-Nya tak putus-putus terhadap umat-Nya karena pemeliharaan-Nya tidak tergantung pada keadaan umat-Nya. Keempat, kita dapat belajar dari umat Israel yang mengembara di padang gurun bahwa Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya, melainkan menunjukkan kasih setia-Nya berulang kali kepada mereka dan memelihara mereka selama mereka mengembara. Sahabat, sebagai orang percaya, mungkin kita lemah dan sering gagal mencapai tujuan Allah dalam hidup kita. Sekalipun demikian, kita harus bangkit dan menjadi murid Yesus yang setia, seperti Kaleb dan Yosua yang bertahan dan setia sehingga akhirnya mereka diperbolehkan memasuki tanah Kanaan. Yang penting kita tetap semangat untuk berdoa dan berjuang dalam pengembaraan kita selama hidup di dunia ini. Bagi Sahabat yang sudah pernah membaca Kitab Bilangan sampai selesai, tolong bagikan secara singkat berkat apa saja yang kamu peroleh dari KItab Bilangan. Semoga kita terus bergairah untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan setiap hari. (pg)  

Masihkah ADA TEMPAT bagi KEJUJURAN?

Susahkah hidup jujur? Secara teori mudah bagi kita untuk mengatakan tidak, tetapi pada praktiknya itu amat sangat susah. Secara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur,  tetapi lucunya dalam banyak keadaan dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekan-rekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. “Betapa mahalnya harga kejujuran”, begitu katanya, dan ia pun melanjutkan pertanyaannya: “Di negeri yang kita cintai ini, masih adakah orang yang menghargai kejujuran?” Sambil matanya menatap ke langit, dia bergumam:  “Masihkah ada tempat bagi kejujuran?” Untuk lebih memahami topik tentang: “Masihkah ADA TEMPAT bagi KEJUJURAN?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 64:1-11 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, Mazmur 64 menunjukkan kondisi Daud yang sedang menghadapi masalah. Masalah yang dihadapi oleh Daud datang dari para musuhnya. Ancaman musuhnya membuat Daud takut (ayat 2-3). Sahabat, kita tidak mengetahui siapa sesungguhnya musuh yang dihadapinya, tetapi Daud menggambarkan perbuatan musuhnya seperti panah. Atau dengan kata lain, musuh Daud seperti pemanah yang memburu mangsanya (ayat 4-5). Gambaran tersebut mencirikan orang yang memiliki perilaku yang tidak terduga dan berbahaya. Bahkan Daud juga menggambarkan musuhnya sebagai orang yang akan menghadirkan bencana tak terhindarkan (ayat 6). Dengan demikian, masalah yang dihadapi Daud  bukanlah masalah sepele, melainkan masalah berat (serius). Kendati demikian, Daud memiliki keyakinan kepada Allah dan perbuatan-Nya (ayat 2, 8-10). Hal tersebut ditunjukkan Daud dengan menyerukan suatu permohonan, yakni perlindungan Allah dari ancaman para musuhnya (ayat 3). Melalui seruan tersebut, kita dapat melihat keyakinan Daud terhadap perbuatan Allah. Daud yakin bahwa Allah tidak akan tinggal diam terhadap orang jahat. Allah akan membalikkan semua perbuatan orang yang jahat (ayat 8-9). Setiap orang yang melihat perbuatan Allah akan menjadi takut kepada-Nya (ayat 10). Sahabat, lihatlah betapa besar nilai kejujuran di mata Tuhan. Mungkin di dunia ini kita bisa mengalami kerugian atau bahkan malah mendapatkan masalah besar karena memutuskan untuk berlaku jujur. Tetapi itu bukanlah masalah karena kelak dalam kehidupan selanjutnya yang kekal semua itu akan diperhitungkan sebagai kebenaran yang berkenan di hadapan Allah. Pada akhirnya Daud berkata, “Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.” (ayat 11). Pada saat ini mungkin kita hancur akibat memutuskan untuk jujur, tetapi kelak pada saatnya kita akan bermegah dan bersyukur karena telah mengambil keputusan yang luhur. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikankanlah pendapatmu, “Masihkah ada tempat bagi kejujuran di negeri kita tercinta saat ini?” Selamat sejenak merenung. Sahabat, mari kita mengedepankan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, jangan tukarkan itu dengan apapun, dan lihatlah pada saatnya nanti setiap orang jujur akan bersukacita memetik buahnya. (pg)