IMAN adalah DASAR dari segala sesuatu. Meme Firman Hari Ini (2 Februari 2022)
Melakukan Perbuatan GAGAH PERKASA
Sahabat, apa yang ada di pikiranmu ketika kamu mendengar kata gagah perkasa? Ada yang berpendapat gagah perkasa identik dengan sosok laki-laki yang memiliki badan tegap dan berotot. Namun ada yang memiliki pandangan berbeda bahwa gagah perkasa itu sebuah ungkapan untuk menggambarkan seseorang (laki-laki/perempuan) yang mampu melewati berbagai tantangan atau mampu menaklukkan segala sesuatu yang dihadapinya, termasuk kemampuan untuk mengatasi masalah atau melewati penderitaan yang dialaminya. Untuk lebih memahami topik tentang: “Melakukan Perbuatan GAGAH PERKASA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 60:1-14 dengan penekanan pada ayat 14. Sahabat, Mazmur 60 merupakan salah satu mazmur emas dari Daud. Mazmur ini ditulis untuk diajarkan dan dijadikan pedoman hidup bagi semua generasi agar mereka menyadari bahwa Allah adalah sandaran yang kokoh dan solusi yang tepat bagi kehidupan. Di bagian awal, Daud menekankan bahwa kekalahan Israel sebelumnya bukanlah karena musuh terlalu kuat. Bukan itu. Alasan utama kekalahan Israel adalah karena Allah membiarkan Israel mengalami kekalahan. Allah tidak lagi menjadi Pembela Israel. Maka di bagian awal, Daud memohon pemulihan dari Allah sendiri (ayat 3). Bagi Daud, Israel kalah bukan karena musuh terlalu kuat, dan jika menang pun, bukan karena Israel hebat. Semuanya itu karya Allah semata. Ayat 14 yang menjadi penekankan kita pada hari ini menyatakan bahwa sebagai orang percaya kita memiliki hal-hal besar yang dapat kita lakukan bersama Tuhan; bahkan hal-hal yang supranatural yang kita sendiri belum pernah pikirkan sebelumnya. Bersama Tuhan kita akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa. Sahabat, ayat 14 merupakan kesimpulan dari kesaksian Raja Daud tentang berbagai kemenangan yang dicapainya dalam peperangan (baca kisahnya dalam 2 Samuel 8:1-14), yaitu ketika Daud mampu mengalahkan orang-orang Filistin, Moab, Aram-Mesopotamia, Aram-Zoba dan beberapa raja lainnya yang telah bersekutu menyerang Daud. Secara hitungan kekuatan pasukan yang dimiliki; Kekuatan Daud jauh lebih kecil sehingga Daud diperkirakan tidak bisa menang, Namun ternyata dengan kekuatan dari Tuhan yang dimilikinya, Daud mampu mengalahkan kekuatan musuh yang lebih besar. Tantangan, peperangan, masalah, dan himpitan yang dialami Daud begitu besar, tetapi Daud bisa memberi kesaksian bahwa ia mampu memenangi peperangan karena ada tangan Tuhan yang besar bersamanya. Daud menegaskan kepada kita bahwa Tuhan yang ada bersama-sama dengan kita, adalah Tuhan yang kekuatannya jauh lebih besar daripada kekuatan apa pun yang ada di dunia ini. Kebesaran Tuhan itu tidak pernah berkurang sedikitpun dari hidup kita, bahkan dari dahulu sampai selama-lamanya. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu tentang melakukan perbuatan yang gagah perkasa. Selamat sejenak merenung. Ingatlah, manusia tidak memiliki kekuatan yang gagah perkasa. Namun Daud sadar bahwa walau kekuatan manusia sangat terbatas, tetapi pertolongan Tuhan membuat kita bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa. (pg)
IKAN mulai BUSUK dari KEPALANYA
Panggilan orang percaya adalah mendoakan pemerintah dan menjalankan kewajiban sebagai warga negara dengan baik. Ketika pemerintah berbuat salah, kita juga dipanggil untuk mengingatkan pemerintah, tentu dengan cara yang benar, santun dan demokratis. Sebagaimana peribahasa: “Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.” Sahabat, mari kita ingat pepatah lama dari Turki: “Ikan mulai busuk dari kepalanya”. Pepatah tersebut mencerminkan sebuah kebenaran bahwa kehancuran sebuah bangsa, negara, institusi, keluarga, maupun peradaban tidak dimulai dari rakyatnya, melainkan dari para pemimpinnya. Karena itu kita sebagai orang percaya punya tugas panggilan untuk berani mengevaluasi kinerja para pemimpin kita. Ingatlah: IKAN mulai BUSUK dari KEPALANYA. Untuk lebih memahami topik tentang: “IKAN mulai BUSUK dari KEPALAnya”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 58:1-12. Sahabat, Kenyataan ini yang ditemukan oleh Daud: Ia melihat kejahatan merajalela dimana-mana. Para penguasa bertindak tidak adil dan korup. Hati mereka penuh kejahatan. Mereka menyalahgunakan dan menyelewengkan otoritas yang diberikan Allah untuk menegakkan keadilan-Nya di bumi. Bukan kesejahteraan yang dihasilkan, melainkan penindasan, kekerasan, dan tipu daya (ayat 2-4). Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan. Itu sebabnya Daud melukiskan mereka sebagai bisa ular, ular tedung tuli (ayat 5-6). Karena hati nurani dan akal sehat mereka telah dimatikan demi kepentingan diri dan yang tersisa hanyalah kefasikan. Namun Daud percaya bahwa Allah akan menegakkan keadilan-Nya dan menjatuhkan penghakiman-Nya atas kejahatan orang fasik. Ada enam gambaran penghakiman Allah atas kefasikan mereka, antara lain: Gigi mereka akan hancur dan patah; mereka akan hilang seperti air yang mengalir senyap; mereka menjadi rumput layu; mereka seperti siput yang berlendir; mereka seperti guguran perempuan; mereka akan merasakan api semak duri (ayat 7-10). Gambaran ini menunjukkan bahwa penghakiman Allah tidak kenal ampun. Saat penghakiman Allah datang, tiada satu pun yang tersisa dari mereka. Murka Allah akan meremukkan dan menghancurkan orang fasik. Bagi orang benar, Daud memberikan penghiburan bahwa segala jerih lelah mereka hidup dalam kebenaran-Nya akan mendapat pahala. Segala penderitaan mereka akan berakhir karena keadilan-Nya telah ditegakkan. Martabat orang benar akan dipulihkan Allah. Sebab itu, Daud menghendaki orang benar selalu bersukacita (ayat 11-12). Sahabat, berdasarakan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Dari hasil evaluasi Daud, apa yang dilakukan oleh para penguasa pada waktu itu? (Ayat 2-4) Bagaimana Daud melukiskan para penguasa? (Ayat 5-6) Bagaimana Daud menggambarkan penghakiman Allah atas kefasikan mereka? (Ayat 7-10) Apa yang akan dilakukan oleh Allah kepada orang-orang benar? (Ayat 11-12) Selamat sejenak merenung. Yakinlah: Kita akan menuai dari apa yang telah kita tabur. (pg)
PANTANG KEKERASAN
Sahabat, mobilisasi massa untuk melakukan tindakan kekerasan seringkali digunakan orang dalam menyelesaikan suatu masalah atau untuk pencapaian suatu tujuan. Padahal kekerasan bukanlah cara terbaik dalam penyelesaian suatu masalah atau sebagai jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Kekerasan justru cenderung melahirkan dendam dan menanam rasa benci yang kemudian menjadi pemicu terjadinya masalah-masalah baru yang semakin menyulitkan banyak pihak dan menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan. Untuk lebih memahami topik tentang: “PANTANG KEKERASAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 59:1-18 dengan penekanan pada ayat 17. Sahabat, konteks Mazmur 59 yaitu ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumah Daud untuk membunuhnya (ayat 1). Saul berusaha membunuh menantunya. Kejadian ini bukan kali pertama. Sebelumnya, Saul telah melemparkan lembingnya kepada Daud, namun meleset. Jauh sebelumnya, Saul berupaya membunuh Daud dengan mengirimkannya ke banyak pertempuran dengan harapan mati dalam tugas, tetapi Daud selalu menang. Segala tindakan Saul didasari iri dan ketakutan bahwa Daud akan mengambil alih kerajaannya. Sahabat, sangat menarik, dalam keadaan sebagai musuh nomor satu dari orang nomor satu di Israel, Daud menaruh harapannya hanya kepada Allah. Mazmur 59 dimulai dengan permohonan agar dilepaskan dari musuh (ayat 2). Daud percaya bahwa Allah sanggup melepaskan dirinya dari orang-orang yang akan membunuhnya. Karena Tuhan, Allah semesta alam, adalah Allah Israel (ayat 6), maka tidak ada yang dapat terjadi di luar izin-Nya. Daud memercayakan dirinya kepada Allah. Menarik pula disimak bahwa Daud tidak mengeluh tentang keadaannya. Mungkin kita berpikir bahwa Daud punya segudang alasan untuk mengeluh. Bagaimanapun, Daud tidak melakukan suatu kesalahan apa pun (ayat 4) sehingga Saul ingin membunuhnya. Orang-orang suruhan Saul pun agaknya menutup mata terhadap ketidakbersalahan Daud. Mereka hanya ingin menyenangkan hati raja. Ini yang perlu mendapat perhatian kita, berkenaan dengan situasi yang dialaminya, Daud tidak melakukan pembelaan diri. Dia juga tidak angkat senjata untuk melawan orang-orang yang hendak membunuhnya, tetapi memercayakan semuanya kepada Allah. Meski situasinya penuh dengan ketegangan, Daud tetap bernyanyi tentang kekuatan dan kasih setia Allah (ayat 17). Bagaimana dengan kita? Situasi yang dialami Daud bisa menimpa kita kapan saja. Kita bisa belajar dari Daud yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dia belajar untuk memberlakukan sikap pantang kekerasan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tuliskanlah pengalamanmu sebagai murid Kristus dalam mengembangkan sikap pantang kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau persoalan di keluargamu. Selamat sejenak merenung. Sekarang mari kita berdoa: “Bapa, ajarlah kiranya kami untuk senantiasa saling mengasihi. Jauhkanlah kami dari segala bentuk kekerasan, dan mampukanlah kami untuk menyelesaikan setiap masalah dengan rembuk bareng berdasarkan kasih.” (pg)