ReKat: WARISAN yang terus BERGULIR (19 Januari 2022)

Bacaan Sabda: Mazmur 37:21-29 Dari perenungan Bacaan Sabda tersebut, saya mendapatkan: Dari ayat 23-24, Daud menyaksikan Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh,  tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya. Dari ayat 25-26, Daud menyaksikan bahwa Tuhan akan memberkati orang benar, orang yang bergaul karib dengan-Nya, begitu juga dengan anak cucu orang benar itu akan menerima berkat-Nya. Dari ayat 27-29, orang benar yang setia kepada Allah dan menjauhi segala kejahatan akan tetap tinggal untuk selama-lamanya. Orang benar akan memperoleh pertolongan , bimbingan Tuhan dan Tuhan tidak akan meninggalkan orang benar. Orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana untuk selama-lamanya. (Swan Lioe)

ALLAH: Raja Semesta

Sahabat, kita perlu menyadari siapa Allah dan siapa diri kita. Allah adalah Sang Pencipta alam semesta. Dia Mahakuasa. Sedangkan kita adalah makhluk ciptaan, penuh dengan keterbatasan.  Ada cukup banyak  orang percaya  yang kurang menyadari hal tersebut, sehingga hidupnya kurang memiliki gairah untuk menghormati dan menghargai Allah sebagaimana mestinya. Raja di atas segala raja, yang telah menciptakan alam semesta ini, tidak mendapat penyambutan dan penghormatan yang selayaknya. Untuk lebih memahami topik tentang: “ALLAH: Raja Semesta”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 47:1-10 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, sebagai umat Allah, sudah selayaknya kita beribadah dan menyembah Dia dengan sepenuh hati. Amat disayangkan, ibadah zaman sekarang kebanyakan dipenuhi oleh hiburan demi kesenangan umat semata, dan bukan dipenuhi oleh penghormatan demi kemuliaan Tuhan. Berbeda sekali dengan cara Pemazmur mengajak umat Allah beribadah. Dalam Mazmur 47, Pemazmur memberikan alasan utama mengapa umat harus menyembah Tuhan. Karena Ia adalah Raja segala raja (ayat 3, 7, 8, 9). Sebagai Tuhan dan Raja, Allah patut ditinggikan dan dimuliakan sebab Ia Mahatinggi (ayat 3), Tuhan yang dahsyat (3), Raja yang besar (ayat 3), Raja seluruh bumi (ayat 8), bersemayam di atas takhta yang kudus (ayat 9), dan sangat dimuliakan (ayat 10). Kekuasaan dan kebesaran-Nya sungguh luar biasa, namun Ia bersedia memilih dan mengasihi umat-Nya (ayat 5). Sahabat, dengan segala atribut dan keagungan Allah yang demikian, tidak mengherankan jika respons yang dicatat oleh Pemazmur untuk ditujukan kepada Allah penuh dengan antusiasme dan sukacita. Misalnya, bertepuk tangan (ayat 2), elu-elukan (ayat 2), sorak-sorai (ayat 6), diiringi sangkakala (ayat 6), dan umat diajak untuk bermazmur demi Dia (dalam ayat 7-8 disebutkan hingga 5 kali). Bagaimanakah dengan kita? Adakah kita juga menyadari bahwa Allah kita adalah Allah yang besar dan luar biasa? Adakah kita mengamini bahwa Ia adalah Raja di atas segala raja? Jika iya, lalu bagaimana dengan ibadah kita kepada-Nya? Masih adakah antusiasme dan sukacita ketika kita menghadap hadirat-Nya dan menyembah Dia? Atau justru ibadah kita  dipenuhi dengan kesenangan dan hiburan belaka? Sekarang, marilah kita menyembah-Nya dengan yang benar. Beribadah kepada-Nya dengan penuh hormat dan takut akan Dia, karena Dialah Raja di atas segala raja, Tuhan kita. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah bagaimana kesanmu dengan suasana ibadah di gerejamu pada saat ini, Selamat sejenak merenung. Sahabat, sudahkah kita menghormati dan mengagungkan Tuhan dengan sungguh-sungguh? (pg)

ALLAH: KOTA BENTENGku

Mungkin diantara kita ada yang pernah mendengar atau membaca ungkapan: “Setiap orang punya salibnya sendiri-sendiri.”  Ungkapan tersebut mau bertutur bahwa setiap orang memiliki pergumulannya masing-masing. Tidak ada seorang pun  yang bisa melepaskan diri dari pergumulan dan kesesakan hidup. Kehidupan yang tanpa masalah adalah sebuah kemustahilan. Sebagai orang percaya, kita pun tidak dapat terhindar dari problematika dan dinamika kehidupan. Berita baiknya: Pergumulan bisa saja datang silih berganti, namun, ada satu yang tetap sama, yakni Allah sumber pertolongan kita. Allah: Kota Bentengku. Untuk lebih memahami topik tentang: “ALLAH: KOTA BENTENGku”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 46:1-12. Sahabat, Pemazmur mengingatkan bahwa kita punya Allah yang adalah kota benteng kita. Perhatikan bagaimana Pemazmur sangat menegaskan hal tersebut dengan menyebutkannya sebanyak dua kali, yaitu di ayat 8 dan 12. Sebagai kota benteng, Allah adalah “tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ayat 2). Bahkan, Pemazmur melukiskan Allah dengan cara yang dahsyat. Ia mengatakan sekalipun bumi berubah dan gunung-gunung berguncang manusia akan tetap merasa aman (ayat 2-3). Biarpun perang berkecamuk dan bangsa-bangsa saling menghancurkan, Allah akan menjadi Kota Benteng yang teguh. Ia akan tetap menjaga orang-orang yang berdiam di dalamnya. Bahkan pada akhirnya, Ia akan mendatangkan kedamaian pada dunia. Sahabat, Allah adalah kota benteng kita yang teguh. Oleh karena itu, Pemazmur mendorong kita agar di tengah kesukaran yang  kita alami, kita memandang pekerjaan Tuhan (ayat 9) dan berdiam diri di hadapan-Nya (ayat 11). Frase “pandanglah pekerjaan Tuhan” (ayat 9) mengacu pada tindakan mengingat apa yang telah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita dan di bumi ini. Ingat dan lihatlah sekelilingmu! Perhatikan betapa Allah punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu demi kebaikan kita. Sedangkan frase “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah” (ayat 11) menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, hendaknya kita berdiam diri dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, sebaiknya mengandalkan Tuhan. Sekalipun bencana alam menimpa, didera sakit penyakit, kemiskinan, pengkhianatan, atau persoalan hidup apapun yang membuat kita takut dan gentar, maka pandanglah kepada Tuhan. Andalkanlah Dia senantiasa karena Dialah kota benteng kita yang teguh. Allah: Kota Bentengku. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, bagikanlah pemahamanmu tentang: “Allah: Kota Bentengku.” Selamat sejenak merenung. Marilah kita berdoa: “Tuhan, tuntunlah dan mampukan aku untuk percaya kepada-Mu sepenuhnya.  Biarlah melalui pergumulan yang hadir dalam hidupku,  aku semakin mengenal dan merasakan kasih-Mu.” (pg) 

LANTUNAN PENGAJARAN dan KIDUNG KASIH

Sahabat, di komunitas orang percaya dikenal beberapa jenis nyanyian yaitu himne,  lagu-lagu segar (lagu pujian populer), lagu-lagu penyembahan, dan lain-lain. Sedangkan di masyarakat umum dikenal banyak macam jenis nyanyian atau lagu. Ada lagu pop, lagu ndang ndut, lagu mars, lagu melow, lagu balada, lagu cadas, dan lain-lain. Lalu apa yang dimaksud dengan Lantunan Pengajaran dan Kidung Kasih? Untuk lebih memahami topik tentang: “LANTUNAN PENGAJARAN dan KIDUNG KASIH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 45:1-18. Sahabat, Mazmur 45 merupakan nyanyian yang disampaikan oleh bani Korah pada waktu pernikahan raja. Uniknya, bani Korah menyatakan nyanyian tersebut bukan hanya sebagai nyanyian kasih, tetapi juga nyanyian pengajaran. Bahkan nyanyian pengajaran ditempatkan terlebih dahulu sebelum penyebutan nyanyian kasih. Sahabat, bukankah nyanyian pada waktu pernikahan lebih cocok disebut sebgai nyanyian kasih? Tetapi, mengapa bani Korah juga menyebutnya sebagai nyanyian pengajaran? Ternyata selain menggambarkan keagungan kasih dari sang Raja dan permaisurinya (ayat  3, 4, 10, 11, 12), nyanyian tersebut juga mengajarkan pentingnya keelokan karakter sang Raja yang ditunjukkan dengan bertindak demi kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan (ayat 5, 7, 8), melebihi keelokan fisik semata. Selain itu, mazmur tersebut juga mengajarkan betapa pentingnya ketundukkan dan hormat dari sang mempelai perempuan kepada raja karena ia adalah tuannya (ayat 12). Tindakan mempelai laki-laki yang didasarkan pada kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan, ditanggapi dengan hormat dan ketundukkan dari mempelai perempuan. Nah, konsep yang sama juga dapat kita jumpai  di  surat-surat Paulus, khususnya surat Efesus 5:22-33 dan Kolose 3:18-19. Sahabat, menariknya, dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Ibrani 1:8-9, penulis Surat Ibrani mengutip bagian mazmur ini untuk merujuk kepada pribadi Yesus Kristus, “Tetapi tentang Anak Ia berkata:…” (Ibrani1:8a). Itu  berarti, mazmur ini bukan sekadar mazmur yang dinyanyikan dalam rangka pernikahan raja, tetapi juga merupakan mazmur mesianis yang menggambarkan tentang keagungan pribadi dan relasi Yesus Kristus dengan gereja-Nya. Yesus yang di dalam kebenaran dan keadilan telah menunjukkan kasih-Nya bagi kita yang adalah gereja-Nya dan umat pilihan-Nya. Oleh karena itu, patutlah kita menunjukkan kasih di dalam ketundukkan dan hormat kepada-Nya di sepanjang hidup kita.  Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Bagaimana Pemazmur menggambarkan karakter seorang pemimpin (raja) dalam ayat 5, 7, dan 8? Pengajaran apa yang hendak disampaikan oleh Pemazmur dalam ayat 3-4 dan 10-12? Ternyata Mazmur 45 juga merupakan Mazmur Mesianis, bagaimana Pemazmur menggambarkan  relasi Yesus dengan gereja-Nya? Selamat sejenak merenung.  Semoga kita dimampukan untuk dapat menunjukkan kasih di dalam ketundukkan dan hormat kepada Yesus di sepanjang hidup kita. (pg)