MENGINGAT dan MENSYUKURI segala PERBUATAN TUHAN
Sahabat, tindakan mengingat-ingat apa yang telah Tuhan perbuat di waktu lalu, jika tanpa dilandasi oleh sikap iman, hanya akan menghasilkan nostalgia belaka. Namun jika tindakan mengingat-ingat karya Tuhan itu dilandasi dengan sikap iman atau respons hati yang positif akan menghasilkan kekuatan dan peneguhan untuk lebih berkomitmen makin setia kepada Tuhan. Mengingat-ingat perbuatan-perbuatan Tuhan dan keajaiban kuasa-Nya adalah hal yang harus kita lakukan, terlebih-lebih ketika sedang dalam masalah atau penderitaan, karena pada situasi itu seringkali kita mudah sekali menjadi lemah, putus asa, tawar hati dan kehilangan pengharapan. Untuk lebih memahami topik tentang “MENGINGAT dan MENSYUKURI segala PERBUATAN TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 77:1-21 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, secara tersurat dan tersirat, gubahan mazmur pujian ini dilantunkan sang pemimpin biduan, menurut Yedutun. Dia dicatat sebagai seorang Lewi yang diangkat Daud untuk memimpin ibadah musik di Bait Suci. Yedutun dimaknai juga keluarga biduan atau kelompok musik ibadah di Bait Suci. Dikisahkan dalam bacaan kita bahwa gubahan lirik lagu Mazmur Asaf ini menggambarkan kerinduan Pemazmur untuk berseru-seru dengan nyaringnya kepada Allah. Agar hendaknya Allah berkenan mendengarkan doa dan permohonannya. Supaya Tuhan mengabulkan permintaannya. Di masa lampau, Pemazmur pernah mengalami keajaiban pertolongan dan kasih Tuhan. Namun dalam kesenyapan pergumulannya kali ini, Pemazmur mengungkapkan salah satu pertanyaan: “Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya?” (Ayat 9) Pemazmur hanya punya dua pilihan jawaban: Ya atau tidak. Jika ya, berarti Pemazmur harus menolak segala yang pernah ia percayai tentang Allah. Jika iya, artinya Pemazmur memercayai bahwa kasih setia Allah yang tak berkesudahan itu sesungguhnya hanyalah mitos. Namun jika jawabannya tidak, berarti Pemazmur menerima bahwa Allah adalah Tuhan dan Ia tidak pernah berubah dan kasih-Nya tak berkesudahan. Manakah yang Pemazmur pilih? Syukur, Pemazmur memilih berkata TIDAK terhadap pertanyaan di atas dan tetap memercayai Allah. Oleh karena itu, ia tetap mengingat dan merenung (ayat 12-13). Bila pada bagian sebelumnya, Asaf mengingat dan merenung kesusahannya, penderitaannya, kemalangannya (ayat 3-11). Namun, pada bagian selanjutnya, Asaf mengingat dan merenungkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib. Di tengah penderitaan yang begitu berat dan kesenyapan yang dia alami, Pemazmur memilih untuk merenungkan perbuatan-perbuatan dan keajaiban-keajaiban yang telah TUHAN lakukan atas Israel umat-Nya (ayat 12-13). Hal itu memberi kekuatan kepadanya, meskipun ia belum memperoleh jawaban atas seruannya agar Tuhan mendengarkan dan memerhatikan dia (ayat 2 dan 10). Sahabat, pada bagian ini, Asaf berseru agar ia melihat Tuhan dan menjadi gentar sebagaimana air dan samudera raya (ayat 17), bahkan tetap gentar sekalipun jejak Tuhan tak terlihat di dalam hidupnya (ayat 20). Ketika Asaf memagari emosi dan kekalutannya dengan kebenaran dan perenungan akan Tuhan, Asaf bangkit dari krisis imannya dan tetap memercayai Allah. Sahabat, di hari pertama dalam tahun baru 2022, mari kita berkomitmen: Tetap memercayai Allah, sekalipun jejak pertolongan-Nya tak terlihat oleh mata jasmani kita. Kiranya dengan mata rohani kita tetap memandang dan percaya kepada-Nya, Sang Penolong sejati. (pg)