Aku ingin SATU ANGKA saja

Dalam suatu kejuaraan All England, Rudy Hartono berhadapan dengan Sture Johnson, juara Eropa asal Swedia. Saat itu situasi sangat kritis karena pada set pertama Sture Johnson unggul 15-4 dan set kedua ia sudah unggul 14-0. Semua pendengar RRI dan pemirsa TVRI benar-benar terhenyak karena satu angka lagi tamatlah Rudy Hartono. “Alhamdulillah,” teriak penyiar RRI, shutlecock saat itu berpindah ke tangan Rudy. “Aku ingin satu angka saja” kata Rudy dalam hati ketika memulai servis. Kedudukan kemudian berubah 1-14. Saat itu, Rudy kembali berkata dalam hati. “Aku ingin satu angka lagi”, maka terjadilah 2-14. Akhirnya, Rudy dapat memaksakan hasil imbang 14-14 dan Rudy mengakhiri set kedua dengan 17-14. Untuk lebih memahami topik tentang “Aku ingin SATU ANGKA saja”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 42:1-4. Sahabat, nubuat nabi Yesaya dalam bacaan kita pada hari ini disampaikan sekitar tahun 745-680 Sebelum Masehi. Nabi Yesaya diperkirakan sudah aktif memberikan pelayanan di istana raja beberapa tahun di penghujung pemerintahan raja Uzia. Kemudian nabi Yesaya melanjutkan nubuat-nubuatnya dalam pemerintahan raja-raja: Yotam, Ahas, dan Hizkia dari Kerajaan Yehuda. Melalui nubuat nabi Yesaya tersebut, kita mendapatkan pembelajaran mengenai Dia yang lemah lembut dan penuh belas kasihan. Dia yang berkuasa tidak mematahkan dan memutuskan harapan orang lemah, orang yang letih lesu, orang berkekurangan dan orang berdosa. Nabi Yesaya mengingatkan: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya” (ayat 3-a). Dia tidak memadamkan semangat dan jiwa semua orang yang patah arang, kecewa dan susah hidupnya. Beginilah firman-Nya: “… sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanny, …” Mengapa? Karena Dia taat akan perintah-Nya. Karena Dia setia kepada perintah Bapa, maka Dia akan menegakkan hukum Tuhan. Ia akan menegakkan Firman Allah. Anak Tunggal Bapa akan “dengan setia ia akan menyatakan hukum” Kerajan-Nya di surga raya. Belajar dari pengalaman Rudy Hartono, jangan pernah cepat putus asa! Seberat bagaimana pun beban yang harus kita tanggung dan sekecil apa pun peluang kita untuk menang, tetaplah beriman karena Tuhan yang selalu siaga menopang kita. Di dalam kelemahan, keraguan dan ketakutan kita, Dia selalu ada untuk menjaga. Hanya, bersabarlah saat menghadapi situasi sulit. Tak perlu tergesa, hadapilah setiap masalah satu demi satu. Berjalanlah selangkah demi selangkah bersama Tuhan! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Siapa sesungguhnya yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam bacaan kita? Apa saja ciri-ciri dari Dia yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya? (Ayat 1-2) Berkat apa yang Sahabat terima dari ayat 3? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

HATI-HATI menjaga HATI

Pepatah lama mengatakan, “Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa yang tahu” yang artinya sangat sulit dan hampir tidak mungkin untuk mengetahui isi hati seseorang. Sahabat, HATI merupakan kehidupan batin seseorang, yang mencakup keinginan, perasaan, dan pikiran. Maka untuk lebih memahami topik tentang: “HATI-HATI menjaga HATI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yeremia 17:5-10. Memang tidak ada yang tahu isi hati seseorang. Bahkan ilmuwan yang paling pintar sekalipun, belum dapat membuat alat yang dapat membaca isi hati seseorang. Manusia hanya bisa mengira-ngira, bagaimana isi hati seseorang dengan melihat penampilan dari luarnya. Yeremia sudah mengingatkan kita,  bagaimana kita begitu mudah tertipu melihat penampilan luar seseorang, tetapi kita tidak tahu apa yang tersembunyi dalam hati mereka yang sebenarnya  (ayat 9). Sahabat, sesungguhnya bukan hanya hati orang lain saja, tetapi hati kita sendiripun bisa seperti itu. Begitu banyak hal negatif yang bisa menghancurkan kita berasal dari hati. Jika tubuh kita saja perlu secara rutin diperiksa, apalagi hati kita yang letaknya tersembunyi, jauh di dalam tubuh kita. Memang sulit bagi kita untuk mengendalikan hati kita, tetapi puji Tuhan, kita punya Allah yang tahu keterbatasan kita. Ketika kita tidak sanggup memeriksa dan memastikan hati kita berada dalam kondisi fit dan bersih dari segala kotoran, Tuhan bersedia untuk itu (ayat 10). Tuhan telah mengatakan bahwa Dia mau memeriksa hati kita, menyembuhkan yang terluka, membersihkan yang kotor dan mengembalikan hati kita ke dalam keadaan yang baik. Mari kita belajar dari Daud yang terus peduli untuk meyakinkan bahwa hatinya berada dalam keadaan bersih atau tahir. Dalam Mazmur 26 dan 139 misalnya, Daud berulang kali meminta Tuhan untuk menyelidiki hati dan batinnya. Daud juga berseru: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12). Sahabat, kiranya apa yang dikatakan penulis Amsal berikut bisa tetap kita ingat dengan baik. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23). Adalah penting bagi kita untuk menjaga agar hati kita tetap bersih, karena dari sana hal yang baik dan buruk bisa berawal. Pastikan senantiasa kita tetap menjalani hidup dengan sebentuk hati yang bersih. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5 dan 6? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7 dan 8? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9 dan 10? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

Tolong DOAKAN saya

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan ketika seorang Sahabat menulis WA: “Saya setiap hari berdoa agar Tuhan mengaruniakan pewahyuan kepada Pak Paul sehingga renungan yang Bapak tulis dapat menjadi berkat bagi para pembacanya.” Saya semakin disadarkan bahwa kalau saya dapat menulis “Sejenak Merenung” dan jadi berkat bagi para pembacanya, itu karena banyak Sahabat yang medoakan saya. Pada suatu hari, Charles Spurgeon, pengkhotbah besar Inggris dari abad ke-19, ditanya oleh seorang wartawan:  “Apa yang paling menakutkan bagi Anda sebagai seorang pengkhotbah yang sangat terkenal?” Dengan mantap Spurgeon menjawab, “Saya paling takut bila tidak ada lagi orang yang mendoakan saya!” Sahabat, kita belajar dua hal dari jawaban Spurgeon: Pertama, doa sangatlah penting dan tidaklah terpisahkan dari pelayanannya. Kedua, ia menyadari betapa pentingnya doa syafaat orang lain untuk pelayanannya. Untuk lebih memahami topik tentang: “Tolong DOAKAN saya”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Roma 15:22-33. Sahabat, keyakinan Spurgeon sejalan dengan keyakinan rasul Paulus. Walaupun Paulus seorang rasul yang sangat berpengalaman dan berpendidikan tinggi, ia jauh dari sikap congkak sehingga mengabaikan doa.  Ayat 30 mengungkapkan bagaimana Paulus begitu serius dan tekun dalam berdoa. Bukan hanya itu, ia juga dengan rendah hati mendesak supaya saudara seiman di kota Roma turut mendoakannya. Dari bahasanya, kita menangkap betapa tulusnya permohonan Paulus akan dukungan doa dari mereka tersebut. Bukan mung kanggo abang-abang lambe saja (Bukan hanya basa basi saja). Apakah keyakinan Spurgeon dan Paulus di atas juga menjadi keyakinan Sahabat dalam hidup dan pelayananmu? Apakah Sahabat masih melihat dan merasakan bahwa doa itu mutlak dibutuhkan untuk kehidupan dan pelayananmu?   Atau doa telah menjadi sekadar basa-basi saja? Masihkah Sahabat meminta sesama saudara seiman untuk mendoakanmu? Sahabat, saya dan keluarga membutuhkan dukungan doa-doamu. Yayasan Christopherus membutuhkan doa-doamu. Gereja tempat kamu berjemaat membutuhkan doa-doamu. Bangsa dan negara kita juga membutuhkan doa-doamu. Alangkah indahnya jika kita dapat selalu saling mendoakan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pemahamanmu atas ayat 30-32? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)