ReKat: INSPIRATOR: Hidup yang MENGUBAHKAN (31 Oktober 2021)

Bacaan Sabda: 1 Korintus 9 : 1 – 27. Prinsip Rasul Paulus memberitakan Injil:  Tidak memegahkan diri; suatu keharusan dan wajib dilakukan;  dan merupakan tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadanya (Ayat 16 dan 17). Upah Rasul Paulus dalam memberitakan Injil: Upahnya ialah bahwa dia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa dia tidak mempergunakan haknya sebagai pemberita Injil. Fokus utama Rasul Paulus adalah memberitakan Injil, sedangkan upah bukanlah yang menjadi prioritasnya (Ayat 18).  Pendekatan Rasul Paulus untuk memenangkan sebanyak mungkin orang: Menjadikan dirinya hamba bagi semua orang; memakai pendekatan konteks sosial budaya kepada para pendengarnya;  dan memakai pendekatan  latarbelakang dan tingkatan sosial ekonomi para pendengarnya (Ayat 19-22). Yang dilakukan Rasul Paulus supaya dirinya tidak ditolak: Punya visi dan misi; punya tujuan yang jelas; dan mendisiplin dirinya dengan tekun (Ayat 26 dan 27). Nasihat Rasul Paulus kepada Timotius:  Menjadi teladan dalam segala aspek kehidupan (1 Timotius 4:12). (Haryono).

Mengapa engkau TERTEKAN, hai JIWAKU?

Sahabat, setiap orang termasuk para lansia sering mengalami tekanan hidup. Tekanan selalu hadir dalam setiap fase kehidupan. Apakah sebenarnya tekanan hidup itu? Tekanan hidup adalah sesuatu yang terjadi akibat timbulnya perubahan dalam kehidupan. Semakin besar perubahan itu, semakin besar tekanan hidupnya. Sesungguhnya Setiap orang pasti pernah mengalami tekanan dari masalah yang dihadapi: Keuangan, sakit penyakit, hubungan sosial, pekerjaan,  dan lain-lain. Respons setiap orang dalam menghadapi masalahnya bisa berbeda-beda. Tekanan hidup kerap memantik kemarahan kita, bahkan kadang-kadang sampai meledak tak terkendali. Menghadapi tekanan hidup, kita cenderung bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain. Yakobus menyebutnya sebagai dosa yang dapat mengundang hukuman (Yakobus 5:9). Menggerutu dan mempersalahkan pihak lain mungkin dapat sedikit meringankan perasaan. Namun, Tuhan menghendaki kita bersabar dan tekun. Sahabat, untuk lebih memahami topik tentang: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 42:1-12. Daud, seorang raja hebat, juga mengalami tekanan dalam jiwanya karena masalah yang dihadapinya. Tiga kali ia menulis, “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku?” Ia menggambarkan, air mata menjadi makanannya siang dan malam. Banyak musuh menyerangnya dan ia merasa terimpit. Orang-orang mencelanya sambil berkata, “Di mana Allahmu?” (Ayat 4) Ada perkabungan yang melingkupi kehidupannya. Kunci yang memampukan Daud bertahan dalam tekanan adalah kepercayaan bahwa Tuhan memerintahkan kasih setia-Nya dan ia bisa berdoa dengan penuh ucapan syukur. Mengingat kasih setia Tuhan dalam hidup ini akan membantu kita untuk selalu dapat bersyukur. Ucapan syukur merupakan pintu berkat. Hati yang meluap dengan ucapan syukur membuat kita bebas dari tekanan yang mengimpit. Saat ini jika kita memiliki masalah yang menekan jiwa, katakan kepada jiwa kita, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Berharaplah kepada Tuhan, penolongku dan Allahku.” (Ayat 6) Tuhan mencurahkan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang berharap kepada Dia. Sahabat, berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa makna yang tersirat dari pernyataan Daud dalam ayat 2-3? Di tengah tekanan dan penderitaannya, apa yang selalu diingat oleh Daud? (Ayat 4-6) Ketika sedang menghadapi tekanan yang berat, bagaimana caranya agar kita mampu mengatasi emosi dengan baik dan bijak?  (Ayat 12 dan Mazmur 116:7). Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg).

PENGENALAN kita akan ALLAH

Sahabat, pengalaman hidup kita bercerita bahwa kita  dihinggapi rasa cemas dan khawatir ketika kita mulai memasuki masa tua. Usia kita terus bertambah, sedangkan kekuatan dan kemampuan kita semakin berkurang. Teman-teman seangkatan, seorang demi seorang mendahului kita menghadap Sang Khalik.  Anak-anak juga  meninggalkan kita, mereka membentuk rumah tangga sendiri, kalau pun mereka  masih ada di dekat kita, mungkin kita merasa anak-anak sudah tidak membutuhkan diri kita lagi.  Untuk lebih memahami topik tentang “Pengenalan kita akan Allah”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 71:14-21. Rasa cemas  juga sempat menyerang Daud karena ia tahu benar bahwa tak mungkin seseorang terus tetap muda dan tetap perkasa.  Berita baiknya,  pada akhirnya Daud yakin benar bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang dikasihi-Nya.  Ia mengerti benar bahwa satu-satunya tempat bersandar adalah Tuhan saja.  Sahabat, bagaimana pengenalan kita terhadap Allah? Pengenalan itu memengaruhi cara pandang dan cara kita menyikapi segala persoalan yang terjadi di dalam hidup.  Melalui pengalaman dalam perjalanan hidupnya bersama Allah, Daud mengenal Allah sebagai penolong dan pelindung yang setia.  Karena itu, meski di tengah pergumulan, keyakinannya kepada Allah tidak goyah. Daud bahkan dapat selalu memuji Allah dan kebesaran-Nya di tengah-tengah pergumulannya. Bagaimana dengan kita? Mari memperdalam pengenalan kita akan Allah. Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin dalam pula kita mengenal diri kita. Semakin dalam kita mengenal Allah kita, semakin kuat pula iman kita; sebab kita tahu benar bahwa hidup kita dipelihara dan dilindungi oleh Allah yang setia. Berdasarkan hasil perenungan kita dari pembacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pada masa tuanya, Daud masih mengalami pergumulan yang berat, masih ada orang-orang yang  menginginkan kecelakaannya, tapi mengapa Daud bisa begitu yakin bahwa Allah adalah penolong dan pelindungnya? (Ayat 17 dan 19-21) Apa yang membuat Daud begitu yakin bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang setia? (Ayat 22) Sesungguhnya apa yang paling dikhawatirkan dan ditakutkan oleh Daud? (Ayat 18) Apa yang menjadi kerinduan Daud untuk dapat dilakukannya pada masa tuanya? (Ayat 17-18) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)