DISIPLIN: Tidak Ada Jalan Pintas

Film yang berjudul “Sepatu Dahlan” menceritakan masa kecil Dahlan Iskan. Meskipun berkekurangan, orangtua Dahlan mendidik anak-anaknya untuk disiplin. Pernah sepulang sekolah, Dahlan kepergok mencuri sebatang tebu di perkebunan negara. Walau hanya sebatang, Dahlan tetap dihukum dengan sabetan rotan oleh orangtuanya. Ayah Dahlan berkata: “Bapakmu memang miskin, tetapi itu tidak berarti anak Bapak boleh mencuri. Sekarang mencuri sedikit, lama-lama mencuri banyak, merugikan semua orang!” Sejak hari itu, Dahlan berhati-hati dalam bertindak. Sahabat, disiplin berlatih juga menjadi nasihat rasul Paulus kepada Timotius muda. Paulus ingin agar anak rohaninya itu menjadi pelayan yang mumpuni dalam mengajarkan firman Tuhan (1 Timotius 4: 6 dan 13). Namun, hal itu tidak dapat terjadi begitu saja. Timotius harus melatih diri dalam membaca Kitab Suci dan menggunakan karunianya mengajar. Kata “latihlah” dalam bahasa Yunani adalah gumnazo, yang juga merupakan asal kata Inggris gymnasium, tempat para olahragawan berlatih fisik. Tidak ada jalan pintas. Tentu saja, menjadi pelayan yang disiplin bukan tujuan akhir. Latihan rohani hanyalah sarana yang menjadikan Timotius lebih leluasa dipakai Allah membawa keselamatan dan pertumbuhan bagi banyak orang. Bapa surgawi juga menghendaki anak-anak-Nya dapat hidup disiplin dan bertanggung jawab dalam bertindak. Meskipun Allah itu kasih, namun Ia tidak pernah memanjakan anak-anak-Nya agar mereka dapat menjadi dewasa serupa Kristus. Sebab Kristus adalah teladan disiplin rohani bagi kita dalam melawan dosa. Kedisiplinan dan ketaatan Kristus kepada Bapa surgawi telah dibuktikan di kayu salib. Sedangkan pergumulan dan kesulitan kita melawan dosa belum sampai level mencucurkan darah. Memang harus diakui bahwa yang kita hadapi belum sebanding dengan penderitaan Kristus. Meskipun begitu, kita perlu belajar terus-menerus dari teladan Kristus. Sahabat, untuk mendalami topik tentang “Disiplin: Tidak ada jalan pintas”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Ibrani 12:1-11. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Jika Allah tidak mendidik umat-Nya, maka kita dianggap sebagai apa? (Ayat 8) Disiplin rohani tidak hanya membimbing kita untuk menjadi dewasa, lalu hal-hal apa saja yang akan kita peroleh? (Ayat 10) Proses pendisiplinan membutuhkan kerja keras, lalu hasil apa yang akan kita nikmati? (Ayat 11) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

Jadilah SAHABAT Sejati

Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika menulis  tentang quote tentang sahabat sebagai berikut:  “Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda.”  Artinya seorang sahabat yang sejati itu bukan hadir di kala senang saja, melainkan juga saat susah. Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di  bawah, sedang jatuh, sedang terpuruk.  Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh, apa adanya. Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekadar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama.  Sahabat, untuk mendalami topik tentang “Jadilah sahabat sejati”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 17:17. Dalam Amsal 17:13-28, pengajaran dari pengamsal membahas seputar perilaku manusia dalam kehidupannya. Bila kita perhatikan, ada dua hal besar yang dibahas oleh pengamsal pada bagian ini, yaitu tentang kebebalan dan ketidakbijakan dalam hidup. Kontras dengan kebebalan dan ketidakbijakan yang membawa seseorang menuju duka dan kehancuran, pengamsal menyoroti bagian lain dari kehidupan manusia yang dapat membawa sukacita dan kebijaksanaan. Apa yang menyukakan dalam hidup? Keberadaan sahabat yang penuh kasih (ayat 17). Kasih seorang sahabat tak lekang oleh waktu, penuh komitmen dan teruji kesetiaannya, semua dilakukan bukan karena terpaksa, tapi penuh kerelaan. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong jelaskan secara singkat apa syaratnya untuk dapat menjadi seorang sahabat sejati. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

CARA TUHAN MENOLONG KITA

Masalah adalah kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada seorangpun yang  luput dari masalah,  baik masalah yang sifatnya ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Sesungguhnya, masalah  dapat membuat kita melihat kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita. Hanya Tuhanlah yang mampu serta sanggup menolong, sehingga jangan pernah cemas saat mengalami cobaan hidup. Serahkan setiap masalah pada Tuhan saja, karena apapun yang kita alami Tuhan selalu bekerja dan mendatangkan kebaikan bagi kita. Sahabat, saat menghadapi tantangan dan masalah, hadapi dengan tenang, jangan pesimis sebab bersama Tuhan pasti ada pengharapan dan jalan keluar. Tuhan Yesus bukan hanya mahakuasa, Yesus selalu peduli dengan keadaan kita. Ketika mengalami persoalan, bertekunlah di dalam doa supaya kita mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta hikmat untuk menghadapinya. Sahabat, yakinlah Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk menolong kita. Bersama Tuhan kita pasti akan cakap dalam menghadapi setiap persoalan dan Yesus akan membawa kita menjadi pemenang. Untuk lebih memahami topik tentang “Cara Tuhan menolong kita”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari 2 Tawarikh 20:1-26. Kekuatan perang Yosafat yang semakin besar mendorong bangsa Moab bersekutu dengan Amon, ditambah lagi pasukan orang Meunim yang menyerang kerajaannya. Saat musuh bersekutu dan kekuatan besar siap menyerbu, biasanya rasa takut akan muncul dan hal itu wajar. Ketakutan Yosafat membawanya datang kepada Tuhan. Karya ajaib Tuhan mengubah ketakutan menjadi sukacita. Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Armada perang musuh yang besar menggentarkan Yosafat, lalu apa yang diperintahkan raja Yosafat untuk dilakukan oleh segenap bangsanya? (Ayat 3-13) Apa yang diserukan dan dinyatakan oleh Yahaziel seorang penyanyi dari bani Asaf yang dihinggapi Roh Tuhan? (Ayat 14-17) Siapa yang di tempatkan di barisan depan oleh raja Yosafat? (Ayat 19, 21-22) Apa yang dilakukan oleh Tuhan sehingga Yehuda akhirnya dapat tampil sebagai pemenang? (Ayat 22-24) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

KESOMBONGAN: Suka Memuji Diri Sendiri

Sahabat, salah satu ciri kesombongan adalah suka memuji diri sendiri, segala sesuatu berfokus pada  aku dan aku.  Sesungguhnya orang yang demikian merupakan orang yang penuh kelemahan, dan untuk menutupi sisi-sisi kelemahan dirinya, orang tersebut selalu bermegah atas dirinya.  Tidak sepatutnya kita memuji diri sendiri, biarlah pujian itu datang dari Tuhan.  Walaupun kita memuji diri tahan uji, tapi yang mengukur kualitas hidup kita ialah Tuhan.  Bila Tuhan yang memuji kita pastilah itu sesuai kebenaran dan kenyataan yang kita alami.  Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa memuji diri sendiri sama dengan sombong, dan kesombongan adalah kebencian Tuhan. Sahabat, untuk memahami lebih dalam topik tentang “Kesombongan: Suka memuji diri sendiri”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari 2 Korintus 10:12-18.  Bacaan kita pada hari ini menceritakan tentang sekelompok orang di Korintus yang membanggakan diri atas pertumbuhan jemaat Korintus. Mereka bermegah dengan menjadikan diri sendiri sebagai pusat untuk mengukur segala sesuatu, dan ini merupakan kesombongan. Paulus menyebut mereka bodoh! Mereka membanggakan sesuatu yang bukan hasil kerja mereka dan bermegah atas hasil kerja orang lain, yang mereka akui sebagai hasil pekerjaannya. Padahal itu adalah hasil kerja Paulus dan timnya dalam pemberitaan Injil. Sahabat, ingatlah, keberhasilan pelayanan kita terjadi karena campur tangan Tuhan, bukan karena kekuatan kita. Seorang pelayan Tuhan yang benar tidak akan memperhatikan penghormatan dan pujian dari manusia. Ia akan berusaha menarik perhatian orang hanya kepada Tuhan Yesus, bukan kepada dirinya sendiri. Sesungguhnya  bangga diri tidaklah salah, tetapi hendaklah kita bermegah di dalam Tuhan, karena kebanggaan yang terlepas dari kesadaran akan campur tangan Tuhan akan berubah menjadi kesombongan. Berdasarkan hasil perenunganmu dari pembacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa makna pernyataan Rasul Paulus dalam ayat 13-15a? Sebutkan   3 macam kebanggaan (bermegah) yang benar menurut Rasul Paulus (Ayat 15b-16a; 16b; dan 17) Menurut Rasul Paulus, kebanggaan seperti apa yang patut kita miliki? (Ayat 18) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg).