Pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Meme Firman Hari Ini (26 September 2021)
Tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai. Meme Firman Hari Ini (25 September 2021)
BERSAMA TUHAN MELEWATI LEMBAH KEKELAMAN
Orang bijak berkata, “Tidak ada pesta yang tidak berakhir, dan tidak ada badai yang tidak berlalu”, yang artinya di dunia ini tidak ada yang kekal, semuanya akan berlalu, termasuk pesta dan badai, termasuk kesenangan dan kesusahan. Sahabat, pengalaman hidup kita bercerita bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita pasti pernah mengalami dan merasakan masa-masa yang sulit, serasa berada dalam lembah kekelaman. Maka Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 23:1-6. Dalam Mazmur 23, Daud menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang baik. Dalam ayat 4 Daud menyatakan, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku” (ayat 4) Sahabat, dalam ayat 4 Daud menyebutkan bahwa ada dua benda yang selalu dibawa oleh gembala yaitu gada dan tongkat. Gada terbuat dari akar pohon dengan panjang tidak lebih dari 40-50 cm. Itu adalah senjata ampuh untuk melawan hewan-hewan buas yang hendak memangsa domba-dombanya. Gada ini adalah gambaran tentang jaminan perlindungan dan pembelaan Tuhan dari para musuh. Sedangkan tongkat berfungsi untuk menepuk-nepuk tubuh domba ketika domba mulai berjalan melenceng arah atau menjauhi kawanannya. Tongkat ini berbentuk melengkung di bagian pangkalnya seperti gagang payung, agar dapat mengait badan atau leher domba yang jatuh terperosok di lubang atau di jurang. Berdasarkan hasil perenunganmu dari pembacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Apa yang dimaksud dengan “lembah kekelaman” di ayat 4 dalam kehidupan kita? Apa makna atau arti kata “berjalan” di ayat 4? Mengapa kita tidak perlu takut ketika harus berjalan atau melewati lembah kekelaman? Apa yang Tuhan janjikan ketika kita tetap setia berjalan bersama dengan Tuhan melewati lembah kekelaman? (ayat 5 dan 6) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)
MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Sahabat, bukan rahasia lagi bahwa kerusakan lingkungan terbesar terjadi akibat ulah manusia. Bukannya melakukan eksplorasi, manusia justru mengeksploitasi alam. Berbagai bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor berkaitan erat dengan rusaknya lingkungan di sekitarnya. Pemanasan global yang sekarang sering dikampanyekan juga merupakan akibat kerusakan alam. Sesungguhnya Kewajiban untuk memelihara lingkungan dan alam semesta merupakan perintah Tuhan. Walaupun demikian, topik melestarikan lingkungan jarang dibahas dalam kotbah di gereja maupun tulisan renungan, mungkin karena anggapan bahwa hal tersebut hanya menyangkut hal duniawi dan merupakan kewajiban pemerintah. Sahabat, sejak penciptaan dunia beserta isinya, Tuhan mengingatkan kita bahwa selama hidup di dunia kita tidak boleh acuh tak acuh terhadap lingkungan hidup kita. Hal itu bukan saja menyangkut tanggung jawab kita atas keadaan alam, kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan, tetapi juga menyangkut cara hidup dan tindak-tanduk kita yang bisa memengaruhi orang-orang di sekitar kita. Dalam segala sesuatu yang kita pikirkan, katakan dan lakukan, kita harus sadar bahwa kita adalah wakil dan duta besar kerajaan Tuhan di dunia. Selain itu, kabar baik yang kita sampaikan kepada seisi dunia, bukan saja mengenai kebahagiaan di surga tetapi juga mengenai keadilan sosial dan kesehatan lingkungan yang seharusnya bisa dinikmati setiap manusia di dunia. Untuk menggali lebih dalam topik tentang melestarikan lingkungan, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 2:15 dan Ulangan 20:19-20. Berdasarkan hasil perenunganmu dari pembacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini: Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bangsa Israel ketika memerangi musuh mereka? (Ulangan 20:19-20) Di kitab Kejadian dinyatakan bahwa seluruh alam semesta ini merupakan karya Tuhan yang diciptakan dengan sangat baik. Tugas apa yang diberikan Tuhan kepada manusia? (Kejadian 2:15) Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)
Lupa BERTERIMA KASIH
Kami ingat dengan nasihat dari orang bijak: “Tuliskanlah segala kebaikan yang kamu terima di loh hatimu, sebaliknya tuliskanlah segala kebaikan yang telah kamu perbuat untuk orang lain di pasir dekat laut.” Kami terus mengingat dan berusaha mempraktikkan nasihat tersebut. Sahabat untuk menggali lebih dalam topik tentang: “Lupa BERTERIMA KASIH”, maka Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Lukas 17:11-19. Dikisahkan saat itu, Yesus menyusuri perbatasan Samaria dan Galilea. Ia baru masuk ke sebuah desa. Saat itulah, ada sepuluh orang kusta meminta belas kasih-Nya dan memohon kepada Yesus agar ditahirkan. Sahabat, orang Yahudi menganggap penyakit kusta sebagai hukuman atas dosa tertentu dan mengucilkan penderitanya. Itulah sebabnya mereka hanya berteriak dari kejauhan, “Yesus, Guru, kasihanilah kami” (ayat 13). Mereka tidak dapat mendekati Yesus karena hukum Ibrani melarang orang kusta mendekati siapa pun. Sepuluh orang kusta itu tidak langsung meminta Yesus memberi kesembuhan. Mereka hanya meminta belas kasih-Nya agar sudi melihat penderitaan mereka. Sahabat, Yesus mendengar teriakan mereka dan menunjukkan kasih-Nya. Akan tetapi, apa yang Ia lakukan kemudian? Yesus tidak langsung menyembuhkan mereka. Ia pun tidak menjanjikan kesembuhan. Yesus terlebih dahulu ingin menguji ketaatan mereka. Ia memerintahkan agar mereka pergi menemui imam (ayat 14). Ternyata, para penderita kusta itu memiliki iman untuk menaati Yesus. Mereka menerima ujian dan membuktikan ketaatannya. Setelah itu, kesembuhan pun terjadi. Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari pembacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini: Mengapa kita perlu berterima kasih kepada Tuhan? Apa makna pernyataan Yesus dalam ayat 17 dan 18? Apa makna pernyataan Yesus dalam ayat 19? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)