MERDEKA: Bebas dan Bertanggung Jawab

Sebagai  pengikut Kristus kita dituntut memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang di luar Tuhan, karena status kita adalah orang-orang percaya.  Apakah orang percaya hidup sama  dengan orang yang belum percaya?  Tentu tidak.  Karena itu kita harus mempertanggungjawabkan status istimewa tersebut.  Akankah kita menjadi orang percaya yang biasa-biasa saja,  dengan menjalani hidup ala kadarnya tanpa menyadari untuk apa kita dipanggil sebagai orang percaya? Salah satu panggilan hidup kita sebagai orang percaya yaitu dipanggil untuk merdeka. Maka dalam rangka memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Galatia 5:1-15. Sahabat, salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Prinsip ini mempertimbangkan pemahaman bahwa kebebasan itu tidak pernah absolut. Batas dari kebebasan adalah tanggung jawab itu sendiri. Selama berpegang pada prinsip tersebut, kemerdekaan tidak akan berubah menjadi sikap semaunya sendiri. Kebebasan selalu satu paket dengan tanggung jawab. Kekristenan pun berpegang pada prinsip tersebut. Kebebasan, dalam kekristenan, merujuk pada kemerdekaan yang sejati, karena Kristus telah memerdekakan kita. Kemerdekaan ini tidak lain merujuk pada kondisi orang percaya yang terlepas dari perangkap dosa. Yesus merupakan anugerah terbesar yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Sebagai penerima anugerah yang begitu mulia, orang percaya punya tanggung jawab menjaga kehidupannya.  Dari bacaan kita pada hari ini, tuliskan 2 berkat yang Sahabat peroleh yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

PUJIAN dan SYUKUR

Sahabat, berkaitan dengan memuji Tuhan dan mengucap syukur, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur  145:1-21. Mazmur 145 merupakan mazmur  berstruktur akrostik yang terakhir di kumpulan150 Mazmur yang ada di Alkitab. Yang dimaksud akrostik ialah setiap baris dimulai dengan abjad Ibrani secara berurutan. Hanya dalam naskah Ibraninya, abjad ke-12 tidak terwakili. Keindahan akrostik ini hanya bisa dinikmati dalam bahasa aslinya. Namun, hal ini tidak mengurangi keindahan mazmur ini sendiri dan terutama makna rohaninya. Sahabat, coba kita simak, Mazmur 145 dimulai dengan menyebut Allah sebagai Raja (ayat 1). Pujian kepada Allah sebagai Raja diungkapkan (ayat 1-7). Dialah Allah yang besar dan perbuatan-perbuatan-Nya besar dan ajaib. Oleh karena itu, pujian ini bukan hanya keluar dari mulut umat Tuhan generasi kontemporernya pemazmur, melainkan juga keluar dari setiap generasi umat Tuhan (ayat 4). Pemazmur berkomitmen untuk memuji Tuhan terus menerus dan setiap hari (ayat 2) dan dia mengajak orang lain juga memuji Tuhan. Sangat menarik, dari pujian, beralih kepada ucapan syukur (ayat 10). Alasan bersyukur ialah karena perbuatan Tuhan kepada umat-Nya sesuai dengan karakter-Nya yang menjadi dasar Ia bertindak penuh kemurahan (ayat 8-9). Sedangkan ayat 14-20 memberikan gambaran berbagai perbuatan Tuhan yang baik. Sahabat, sekarang tiba saatnya untuk merenungkan bacaan kita pada hari ini. Tolong tuliskan 2 berkat yang Sahabat peroleh dari pembacaan kita hari ini. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati.

TANTANGAN HIDUP

Sahabat, tahukah kita bahwa tantangan hidup yang kita alami saat ini, bila kita pada akhirnya bisa keluar sebagai pemenang, akan menjadi kesaksian yang mendatangkan berkat di masa mendatang. Saya yakin masa pandemi Covid-19 merupakan situasi yang menantang iman kita saat ini, yang membuat kita sungguh-sungguh bergumul dengan Tuhan. Jika kita memperhatikan dengan saksama, segala situasi hidup di saat ini memiliki potensi untuk menggoncang iman kita. Mengingat situasi yang cukup menantang saat ini yang dapat menggoncang iman kita, maka Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 3:1-9. Sahabat, Mazmur 3 memperlihatkan segala perasaan Daud sewaktu melarikan diri dari istana akibat pemberontakan anaknya Absalom. Perasaannya sungguh campur aduk karena ada kaitan emosional antara ayah dan anak. Di satu sisi ada ketakutan karena jiwanya terancam. Di sisi lain ada kesedihan karena anaknyalah yang menjadi sumber ketakutannya. Pasang surut kehidupan Daud menunjukkan bahwa tantangan hidup bisa datang kapan saja, dari mana saja, tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Daud menuliskan Mazmur 3 ketika ia sedang berstatus sebagai buronan dari anaknya sendiri yaitu Absalom. Perasaan tertekan sudah pasti terus mengimpit Daud karena banyaknya musuh yang mengejar dia (ayat  2). Tidak hanya tertekan! Tentu rasa sedih, kecewa dan marah, sudah menjadi makanan keseharian Daud ketika ia berada dalam masa pelarian dikarenakan anak yang ia kasihi berikhtiar untuk membunuhnya. Sahabat, dari bacaan kita pada hari ini, tuliskanlah 2 hal yang dilakukan oleh Daud ketika dia menghadapi tantangan hidup yang sangat berat. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pp)

ReKat: BERHARGA di Mata TUHAN (11 Agustus 2021)

Bacaan Sabda: Yesaya 43:1-7 Dua  hal yang saya  peroleh dari perenungan: Penyertaan Tuhan itu sempurna. Dia tidak akan meninggalkan kita karena kita berharga dan mulia bagi-Nya. Janji Firman Allah itu kekal, dan janganlah kita takut di dalam menghadapi badai kehidupan ini. Tugas Kita: Kita harus bisa mewartakan dan menggemakan akan pertolongan dan penyertaan Allah yg telah kita terima kepada sesama kita , sehingga orang -orang di sekitar kita dapat terhibur dan menguatkan imannya karena kesaksian kita. (Kristianti)

PENGHARAPAN: Kekuatan untuk Bertahan

Sebuah kapal yang berlayar di laut membutuhkan jangkar. Jangkar berguna untuk menahan dan menjaga keseimbangan kapal agar tahan terhadap gelombang atau ombak, tahan angin kencang sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman. Sahabat bisa bayangkan seandainya kapal hanya berhenti tanpa ditahan oleh beberapa buah jangkar ketika menurunkan penumpang. Itu akan sangat merepotkan orang yang turun naik bahkan berbahaya. Sahabat, pengharapan ibarat sebuah jangkar. Pengharapan adalah daya kekuatan yang memampukan kita untuk bergerak maju, untuk terus hidup, untuk melihat masa depan, dan bertahan dalam segala situasi. Tanpa pengharapan tidak ada kehidupan. Selama ada pengharapan, selama itulah ada kehidupan. Pengalaman hidup kita bercerita bahwa  yang paling menggoda seseorang untuk tidak setia sampai akhir adalah penyakit ketidaksabaran. Manusia cenderung ingin cepat memetik hasil dalam melakukan sesuatu. Sahabat, kesetiaan, ketekunan, keseriusan, dan kesabaran sangat diperlukan dalam menanti janji Allah. Hanya mereka yang tetap memiliki pengharapan akan dimampukan melihat dan mengalami penggenapan janji-janji Allah dalam hidupnya.  Karena pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, jangkar yang kukuh yang membuat kapal tidak terhanyut arus laut. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Ibrani 6:13-20. Sahabat, dari hasil perenunganmu, tolong tuliskan 2 hal yang menjadi pegangan hidupmu ketika sewaktu-waktu badai hidup menerpa hidupmu.  Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)