SENDENGKANLAH Telinga-Mu kepada DOAKU

Saya yakin kebanyakan dari kita pasti mengamini bahwa doa yang kita panjatkan sebagian besar berisi meminta pertolongan. Tak ada salahnya,  karena kalau tidak kepada Tuhan kepada siapa lagi kita harus meminta pertolongan? Karena itu, ada baiknya kita memahami dengan sungguh mengapa kita meminta pertolongan kepada Allah. Sahabat, sebagai manusia biasa, Daud tentu  pernah mengalami pergumulan dan penderitaan dalam hidupnya. Dia pernah berada dalam beratnya kesesakan. Dalam kesesakan hidup tidak ada hal lain yang dapat dilakukan oleh Daud, selain berseru dan berdoa memohon pertolongan Tuhan. Melalui seruan dan doanya, kita mendapati bahwa Daud sungguh-sungguh berharap kepada Allah. Doa dalam kesesakan  dipanjatkan Daud dengan penuh keyakinan kepada Tuhan. Sekalipun belum menerima jawaban atas doanya, tetapi Daud sama sekali tidak memiliki keraguan terhadap Tuhan. Keyakinan Daud ini bukan sekadar optimisme yang tidak berdasar, melainkan sebuah pernyataan iman yang memiliki dasar kuat, yaitu karena tidak ada yang dapat bertindak secara ajaib dan mulia, selain Tuhan yang disembahnya. Sahabat, Bacaan Sabda diambil dari: Mazmur 86:1-17. Renungkanlah dan temukan 4 alasan mengapa Daud minta kepada Tuhan untuk mendengarkan doanya. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pa)

Menjadi SAHABAT KARIB Tuhan

Saya memberi nama kategori renungan saya di website Christopherus: ”Karib Dengan Tuhan.” Mengapa? Karena kekariban  dengan Tuhan membuat kita semakin mudah mengerti kemauan-Nya. Kita semakin mengerti apa yang menjadi kesenangan-Nya. Kita semakin mengerti rancangan-Nya atas hidup kita. Sahabat, pemahaman tersebut saya peroleh dari pengalaman pergaulan dengan teman-teman sehari-hari. Saya yakin, kita punya cukup banyak teman, tapi berapa banyak yang menjadi teman dekat atau teman kental? Kalau saya lebih senang menggunakan istilah sahabat karib. Dengan sahabat karib kita bisa saling curhat secara terbuka. Dengan sahabat karib, kita lebih mengenal sifat, kebiasaan dan kesenangannya. Kadang sebelum dia berbicara, kita sudah tahu apa maunya. Nah, demikian pula dengan Musa. Ia menjadi sahabat karib  Tuhan. Bahkan ia bisa mengungkapkan keinginan dan pergumulannya secara  langsung kepada Tuhan dengan berhadapan muka. Sahabat, padahal kita tahu, tidak seorang pun yang dapat melihat Allah dan tetap hidup. Hanya orang yang suci hatinya yang dapat melihat Allah (Matius 5:8). Setelah peristiwa anak lembu emas, Musa membentangkan sebuah kemah di luar perkemahan orang Israel agar setiap orang yang mencari Tuhan dapat datang ke kemah tersebut. Hal tersebut merupakan anugerah bagi bangsa Israel, mengingat mereka adalah bangsa pemberontak. Dosa menghalangi keakraban mereka dengan Tuhan. Namun anugerah-Nya tetap nyata bagi mereka melalui Kemah Pertemuan. Di Kemah Pertemuan tersebut, Tuhan berbicara dan menyatakan janji penyertaan kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya. Bacaan Sabda: Keluaran 33:1-23. Sahabat, mari kita renungkan sejenak. Tolong tuliskan 2 berkat yang akan kita terima jika kita menjadi sahabat karib Tuhan. Tuhan memberkati. (pg)

MEWARNAI Segala Aspek KEHIDUPAN Kita

Pada tahun 2008 dirilis sebuah lagu yang berjudul “Ingat Kamu” yang dinyanyikan oleh Duo Maia. Bagian refrainnya berbunyi:  “Aku mau makan kuingat kamu. Aku mau tidur juga ingat kamu. Aku mau pergi kuingat kamu. Oh cinta … mengapa semua serba kamu.” Ketika kita mencintai seseorang, ia mewarnai segala aspek kehidupan kita. Persoalannya menjadi berbeda dalam hubungan dengan Allah. Aneh memang. Dengan Allah, kita malah penuh perhitungan. Ini buat Allah, ini bagianku. Ini urusan Allah, ini urusanku. Ini hidupku, jangan jadi urusan Allah. Aku makan, ya makan tanpa perlu ingat Dia yang memberi makan. Aku hidup, ya hidup tanpa bersyukur kepada sang Pemberi hidup. Sahabat, menurut Rasul Paulus, Allah dan segala keputusan-Nya begitu besar, luas dan akbar, tak terselami oleh akal budi manusia. Manusia tidak mampu menyelami pikiran dan keputusan Allah. Manusia tidak mampu mengetahui persis isi hati Allah. Dia Mahabesar dan kita manusia teramat kecil. Yang pasti, pikiran dan hikmat Allah itu tentu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pikiran dan hikmat manusia. Keputusan-Nya pastilah benar dan tidak pernah salah. Rasul Paulus mengingatkan bahwa Allah tidak memerlukan nasihat manusia. Manusialah yang membutuhkan nasihat dan perintah Allah. Sesungguhnya semua bermula dan berakhir pada Allah. Karena itu kita hidup bukan untuk memuaskan ambisi pribadi, melainkan untuk memuliakan Allah. Apa yang dimiliki, dirasakan, dijalani, diperoleh dan dilakukan manusia semata-mata dari Allah, oleh Allah, dan kepada Allah. Manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Allah. Kesadaran akan hal tersebut semestinya membuat kita melakukan segala sesuatu dengan kesadaran akan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Bacaan Sabda: Roma 11:25-36. Sahabat, mari kita renungkan sejenak. Berkat apa saja yang kita dapatkan dari perenungan kita saat ini? Tuhan memberkati. (pg)