BERSYUKURLAH dan PUJILAH

Sahabat, sesungguhnya Allah menginginkan kita bukan hanya sehat secara rohani, tetapi juga secara jasmani. Lalu bagaimana kita dapat mendapatkannya? Apa yang harus kita lakukan. Di dunia medis ada alat yang namanya “Heart Rate Variability Monitor”. Fungsinya untuk mengukur ritme/irama detak jantung seseorang. Idealnya irama atau ritme detak jatung dari detak satu ke detak yang lain itu teratur dan seimbang. Penelitian HeartMath Institute mengungkapkan bahwa penghargaan, pujian, belas kasihan, kemurahan hati dan ucapan syukur dapat menciptakan ritme detak jantung seseorang menjadi seimbang dan selaras. Hal tersebut menyebabkan seseorang merasakan kedamaian dan terhindar dari stres. Sahabat, dalam tradisi Yahudi bersyukur dan memuji Allah adalah ciri kesalehan. Sedangkan Tuhan Yesus memusatkan tindakan dan ajaran-Nya pada kasih. Ia mengajarkan agar setiap orang mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama seperti dirinya sendiri. Prinsip tersebut di atas secara ilmiah mengungkapkan bahwa seseorang yang bersyukur dan membiasakan memuji, dengan cepat akan berpindah dari frustrasi, depresi, khawatir, jengkel, marah atau benci kepada penghargaan dan kedamaian. Demikian pula mereka yang menanggapi segala sesuatu dengan puas, nrima, lega, iklas, sabar, penghargaan, pengampunan, sukacita, kasih dan belas kasihan menjadi orang yang sangat damai dalam hidupnya.    Bacaan Sabda: Mazmur 100:1-5. Sahabat, mari kita renungkan sejenak. Berkat apa saja yang kita dapatkan dari perenungan kita saat ini? Tuhan memberkati. (pg)

Ketika TUHAN Terasa BEGITU JAUH

Salah satu lagu Bimbo yang menjadi favorit saya  berjudul: “Tuhan”.  Penggalan liriknya berbunyi, “Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat.”  Para seniman  tampaknya sering digelisahkan oleh kehadiran Tuhan. Kapankah kehadiran Tuhan menjadi persoalan bagi kita? Ketika TUHAN TERASA BEGITU JAUH. Lalu, kapankah Dia terasa begitu jauh? Ketika semua hal dalam hidup ini menjadi porak poranda seperti saat ini. Sahabat, nabi Habakuk menyaksikan hal-hal yang membuatnya putus asa ketika bangsa Yehuda berubah setia kepada Tuhan. Habakuk sudah berseru kepada Tuhan lewat doa-doanya agar Tuhan bertindak mengganjar kelaliman bangsa itu, tapi Tuhan sepertinya terdiam; walaupun pada akhirnya Tuhan bertindak menghukum bangsa Yehuda dengan penyerbuan orang Kasdim (Habakuk 1:5-11). Tindakan Tuhan membuat Habakuk resah dan gelisah, dan lewat pewahyuan Roh Kudus, muncullah pernyataannya yang melegenda: “orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (Habakuk 2:4). Orang benar akan hidup oleh iman. Di bagian akhir kitab Habakuk kita bisa membaca, ia menemukan alasan untuk tetap bersyukur (Habakuk 3:17-18) meskipun segala sesuatu yang ia doakan tak cepat dijawab oleh Tuhan. Ia tetap setia menunggu, meyakini bahwa Tuhan tak pernah diam untuk segala ketidakadilan yang disaksikannya. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidur. Sahabat, sangat mudah kehilangan kepercayaan ketika harapan dan impian kita tak segera mewujud. Namun, iman sejati mewujud dalam hati yang bersukacita, menanti, dan percaya, bahwa rancangan dan tindakan Tuhan selalu mewujud pada waktu-Nya. Bacaan Sabda: Habakuk 1:2-4. Sahabat, mari kita renungkan sejenak. Berkat apa saja yang kita dapatkan dari perenungan kita saat ini? Tuhan memberkati. (pg)

DUA UNSUR PENTING: Iman dan Perbuatan

Ada dua unsur penting,  iman dan perbuatan.  Seseorang dapat dikatakan memiliki iman bila ia percaya meski belum melihat bukti;  selain itu, seorang beriman taat melakukan apa yang dia imani, apa pun risikonya.  Jadi, iman juga harus disertai perbuatan atau tindakan nyata.  Sahabat, jika kita berbicara mengenai iman tetapi tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai, hal itu adalah sia-sia.  Iman yang sejati bukanlah sekadar perkataan, namun harus diwujudkan ke dalam gaya hidup kita.  Iman yang disertai dengan tindakan pasti membuahkan hasil.  Rahab, perempuan sundal dalam kitab Yosua 2, merupakan penduduk kota Yerikho. Rahab telah mendengar tentang kuasa Allah Israel yang mengalahkan banyak bangsa, dan ia tahu orang Israel sedang menuju Yerikho sementara Allah menyerahkan kota itu ke tangan mereka.  Ketika dua orang pengintai Israel datang ke Yerikho, Rahab melihat itu sebagai kesempatan emas dan ia bertindak  (Yosua 2:1-20).      Sahabat, ketaatan Rahab mengaitkan tali kirmizi menunjukkan imannya pada perkataan para pengintai itu, yang secara tidak langsung merupakan janji Tuhan.  Karena iman pengharapan yang ditaruhnya pada Allahnya yang baru dia kenal, dan disertai tindakan nyata sebagai respons terhadap imannya, Rahab dan segenap keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menguasai dan menghancurkan kota Yerikho.  Pelajaran dari hidup Rahab sudah jelas:  iman yang disertai tindakan selalu membuahkan hasil! (Yosua 2:21) Bacaan Sabda: Yakobus 2:14-26. Sahabat, mari kita renungkan sejenak. Berkat apa saja yang kita dapatkan dari perenungan kita saat ini? Tuhan memberkati. (pg)