TAWA MERDEKA SARA

TAWA MERDEKA SARA

Saudaraku, ada beberapa alasan orang tertawa.  Selain sebuah ekspresi sukacita, tertawa juga bisa menjadi ekspresi rasa pesimis.  Sara pernah mengalami kedua tawa itu.  Mari kita membaca dan merenungkan Kejadian 18:11-15 dan Kejadian 21:1-7.

Sara tertawa di balik pintu kemah saat mendengar tamunya mengatakan bahwa tahun depan ia akan memiliki seorang anak dari rahimnya.  Mengapa Sara tertawa? Fakta memang membuktikan bahwa saat itu Sara sudah tak mungkin hamil karena faktor usia dan kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah tak memungkinkan. Tawa diam-diam Sara merupakan bentuk keputus asaan terhadap realitas pahit yang diterimanya walau ia mendengar bahwa seorang anak akan lahir dari rahimnya.  Mungkin Sara masih terlihat cantik (terbukti Abimelekh, raja Gerar masih tertarik kepadanya – Kejadian 20)  tapi kenyataannya Sara sudah tak mampu lagi memiliki keturunan karena sudah mati haid.  Sungguh ironi karena tertawa ternyata juga bisa menjadi ekspresi pesimisme.  Sara diam-diam meragukan janji Tuhan itu dengan menertawakannya.

Setahun kemudian, Sara kembali tertawa namun kali ini tawanya bukanlah tawa keraguan atau keputus asaan, melainkan tawa sukacita.  Tuhan telah mengubah tawa Sara yang penuh keraguan menjadi tawa kemerdekaan.  Kejadian 21 : 5 (versi Bahasa Indonesia Sehari-hari/BIS) menuliskan: Sara berkata, “Allah telah membuat saya tertawa karena gembira. Setiap orang yang mendengar hal ini akan tertawa gembira bersama saya.” Kelahiran anak telah membuat Sara merdeka dari stigma perempuan mandul yang ditanggungnya lebih dari setengah abad.  Sara telah merdeka dari kekuatiran yang berlipat ganda dan bahkan telah merdeka dari keraguannya terhadap janji Tuhan. 

Kekecewaan yang sering dirasakan dapat membuat manusia tertawa getir dan pesimis dengan masa depan. Namun bila mereka belajar benar-benar mempercayai janji Tuhan di masa sulitnya, Tuhan mampu mengubah tawa pesimis menjadi tawa kemerdekaan.  Hidup tak akan pernah menjadi mudah, namun temukanlah Tuhan dalam masa sesak kita.  Percayalah bahwa Tuhan sanggup menolong umat-Nya, sebagaimana Raja Daud menuliskan dalam lirik pujiannya, “Ratapanku telah Kau ubah menjadi tarian gembira, Kau ambil kesedihanku dan Kau penuhi aku dengan sukacita.” (Mazmur 30:12, BIS). Mari terus percaya penyertaan dan pemeliharaan Tuhan sehingga mulut kita dipenuhi dengan tawa sukacita, tawa kemerdekaan dari intimidasi kehidupan. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya