Saudaraku, Injil Yohanes selalu menceritakan kisah yang berbeda dengan Injil yang lain. ini adalah salah satu penggalan peristiwa yang dituliskan secara istimewa oleh Yohanes, sebuah penggalan kisah yang membuka fakta menarik tentang gaya pelayanan Yesus. Mari renungkan Yohanes 10:40-42
Yesus selalu enggan secara langsung berkonfrontasi dengan orang-orang yang tidak setuju dengannya. Alkitab beberapa kali mencatat Dia menghindar kala orang mulai emosi saat mendengar penjelasan-Nya.
Ia tidak butuh pengakuan massa untuk kebenaran yang dikatakan-Nya apalagi sampai ia terlibat dalam pertikaian fisik. Selebar-lebarnya perbedaan pendapat, Yesus menghindari kekerasan untuk membuktikan kebenaran perkataan-Nya. Ia konsisten memegang prinsip: Orang yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Matius 26:52).
Itulah sebabnya saat terjadi keributan di serambi Salomo sebagaimana dikisahkan dalam Yohanes 10, Yesus pergi meninggalkan Bait Suci. Ia menepi ke Yordan, tempat dimana ia dibaptiskan oleh Yohanes dan tinggal di sana beberapa hari. Ia tak bersembunyi karena identitasnya diketahui oleh orang-orang di seberang Yordan. Ia menepi dari keramaian, menjauh dari kemarahan massa yang menuduhnya sebagai penista agama. Perjuangan Yesus BUKAN DENGAN JALAN PEDANG dan ia tidak memperlengkapi pengikutnya dengan PEDANG.
Pada zaman ini ‘pedang’ terlalu banyak dipakai untuk memperjuangkan apa yang disebut dengan kebenaran sehingga melukai banyak orang dan meninggalkan bekas yang sulit disembuhkan. Orang yang merasa dirinya benar berkonfrontasi dengan terbuka, mengunggah di media sosial, melabrak orang yang dianggapnya bersalah di depan banyak orang. Tujuannya hanya satu yaitu pengakuan dari orang lain atau pembelaan netizen (bila ia mengunggahnya di media sosial). Orang itu tak menyadari bahwa perbuatannya membawa dampak sosial yang luar biasa karena jejak digital tak akan pernah hilang.
Saat Yesus menepi di Yordan, Yesus tidak istirahat karena justru banyak orang dari seberang yang percaya kepada-Nya. Mereka melihat fakta bahwa Yesus sesuai dengan apa yang dinubuatkan oleh Yohanes. Mungkin mereka mendengar sepak terjang Yesus dan mengikuti jejak pelayanan-Nya dan membuktikan kebenaran sehingga mereka percaya kepada Yesus.
Ironi bukan? Di pusat kesucian seperti Bait Allah, Yesus ditolak namun Dia diterima oleh orang yang berada jauh dari pusat kesucian. Yohanes menuliskan fakta ironi bahwa Allah menyatakan kebenaran kepada orang-orang yang tidak diprioritaskan sebagaimana perkataan Yesus: Yang terdahulu akan menjadi terkemudian (Matius 19:30).
Kebenaran seringkali memilih JALAN SENYAP untuk memunculkan diri. Perjuangan kebenaran itu perlu namun jalan kekerasan tak pernah ditorehkan oleh Yesus dalam menyampaikan Kabar Baik. Selalu ada orang yang akan menerima kebenaran walau mereka bukan yang diharapkan untuk menerimanya. Siapa pun mereka yang MENERIMA KEBENARAN, akan menemukan SANG KEBENARAN. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)