RAMBATKAN AKARMU KE TEPI SUNGAI BERKAT-NYA
Dr. Fumio Kurokawa, seorang ilmuwan pertanian dan ahli ekologi di Jepang, suatu ketika, menemukan bahwa akar pohon bambu dapat tumbuh hingga puluhan meter mencari sumber air. Meski batangnya ramping dan tampak lemah, kekuatan bambu terletak pada akarnya yang saling terjalin kuat dan menyerap air secara maksimal dari tanah sekitarnya. Dengan sistem akar yang dalam dan luas, bambu dapat bertahan dari angin kencang dan badai.
Dalam kehidupan kerohanian, kita dipanggil untuk merambatkan akar iman kita ke dalam sumber air hidup, yaitu Yesus Kristus. Dalam Yohanes 7:38, Tuhan Yesus mengatakan, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Air hidup ini melambangkan Roh Kudus yang menguatkan, menuntun, dan memberikan kesegaran bagi jiwa kita. Sering kali dalam hidup, kita mengalami kekeringan rohani karena kita tidak cukup dalam menancapkan akar iman kita pada Tuhan. Kita mencari kepuasan di tempat yang keliru: kesuksesan dunia, pengakuan manusia, atau kenyamanan materi. Namun, semua itu hanyalah sumber air sementara yang cepat mengering. Tuhan Yesuslah satu-satunya sungai berkat yang sejati yang ketika kita melekat kepada-Nya, kita akan mendapatkan ketenangan, kekuatan, dan damai sejahtera yang tidak tergoyahkan.
Mari belajar dari pohon bambu yang tetap kuat karena akarnya yang dalam. Semakin kita berakar dalam firman Tuhan, semakin kita akan mengalami kelimpahan berkat rohani yang tidak hanya menguatkan kita sendiri, tetapi juga mengalir dan menjadi berkat bagi orang lain. Kehidupan iman seharusnya bagaikan pohon bambu yang nampak sederhana, tetapi memiliki akar yang kuat dan mendalam. Jika kita terus menancapkan akar iman kita ke dalam Firman Tuhan, tidak ada badai kehidupan yang dapat menggoyahkan kita. Percayalah bahwa ketika kita melekat pada-Nya, air hidup itu akan terus mengalir dan memberi kehidupan yang sejati. Sebuah kalimat bijak mengatakan, “iman yang berakar dalam akan bertahan dalam segala musim kehidupan.” (sTy)