RAMBATKAN AKARMU KE TEPI SUNGAI KEBENARAN-NYA
Aleksandr Solzhenitsyn, seorang penulis dan sejarawan Rusia yang lahir pada 11 Desember 1918. Pada masa mudanya, ia terpengaruh oleh pendidikan negara yang mengajarkan bahwa sosialisme merupakan keadilan dan agama itu musuh rakyat. Namun selama Perang Dunia II, Aleksandr ditangkap karena mengkritik Joseph Stalin dan dijatuhi hukuman delapan tahun kerja paksa di kamp kerja paksa Soviet yang dikenal sebagai Gulag . Di tengah penderitaan di kamp tersebut, Solzhenitsyn menemukan kembali imannya kepada Tuhan. Pengalaman di kamp kerja paksa telah menginspirasinya untuk menulis karya-karya seperti “One Day in the Life of Ivan Denisovich” dan “The Gulag Archipelago” yang mengungkap kekejaman rezim Soviet dan menyoroti ketahanan iman di tengah penindasan. Melalui tulisannya, ia menunjukkan bahwa kebenaran Tuhan tetap ada, bahkan di tengah penderitaan yang paling berat.
Dalam kehidupan kita, sering kali kita merasa terombang-ambing oleh berbagai tekanan dunia. Tetapi Yesus mengajarkan bahwa,”Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Yohanes 8:31-32 (TB). Seperti pohon yang merambatkan akarnya ke sungai agar tetap hidup dan kuat, kita pun harus menanamkan hidup kita dalam kebenaran Firman Tuhan. Jika kita berakar dalam Firman-Nya, kita tidak akan mudah tergoyahkan oleh tipu daya dunia ini karena Firman Tuhan adalah air kehidupan yang memberi kekuatan dan arah bagi anak-anak Allah.
Hidup dalam kebenaran-Nya bukan sekadar mengetahui ayat-ayat Alkitab, tetapi juga menghidupinya dalam keseharian. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi pendengar Firman, tetapi juga pelaku yang mengalami kemerdekaan sejati. Seperti akar pohon yang merambat mencari sumber air, demikianlah hati kita harus merindukan Firman Tuhan. Hanya dengan berpegang teguh pada kebenaran-Nya, kita akan menemukan kebebasan sejati yang melampaui segala situasi. Kebenaran bukan sekadar diketahui, tetapi harus dihidupi karena didalamnya ada kemerdekaan sejati. (sTy)