+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

KASIH YANG TIDAK MEMBALAS RASA SAKIT

KASIH YANG TIDAK MEMBALAS RASA SAKIT


Pada tahun 1963, seorang gadis kecil bernama Ruby Bridges merupakan salah satu anak kulit hitam pertama yang bersekolah di sekolah khusus kulit putih di New Orleans, AS. Setiap hari, saat ia berjalan ke sekolah, ia menghadapi teriakan kebencian, ancaman, dan hinaan dari orang-orang yang tidak menerima kehadirannya. Namun, satu hal yang mengejutkan banyak orang yaitu doa yang ia panjatkan setiap pagi: “Tuhan, ampuni mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”

Ruby yang masih kecil memahami sesuatu dimana banyak orang dewasa sulit melakukannya: kasih yang tidak membalas rasa sakit. Ia tidak membalas kebencian dengan kebencian, tetapi dengan doa dan pengampunan.

Roma 12:19-21 yang berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan,  tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan,   firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.  Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”, mengajarkan kita untuk tidak mengambil hak pembalasan ke tangan kita sendiri. Dunia mungkin berkata bahwa kita harus membalas sakit hati agar tidak terlihat lemah, tetapi firman Tuhan mengajarkan kebalikannya: kasih yang sejati mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Tuhan Yesus sendiri menjadi teladan tertinggi. Di kayu salib, Dia berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Jika Kristus bisa mengampuni dalam penderitaan-Nya, kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama.  Mengampuni bukan berarti melupakan atau membiarkan kejahatan menang, tetapi mempercayakan keadilan kepada Tuhan. Saat kita memilih kasih, kita bukan hanya membebaskan orang lain, tetapi juga membebaskan diri kita sendiri dari belenggu kepahitan.  Mengampuni bukan berarti setuju dengan kesalahan orang lain, tetapi membiarkan kasih Tuhan bekerja dalam hidup kita. Kasih yang tidak membalas rasa sakit bukanlah sebuah kelemahan, melainkan kekuatan yang mengubahkan hati.  Kasih dan kebaikan tidak pernah sia-sia, karena Tuhan melihat untuk menilai setiap perbuatan kita. (sTy)

Leave a Reply