RAMBATKAN AKARMU KE TEPI SUNGAI
Saat pandemi COVID-19 melanda dunia, seorang dokter Tiongkok bernama Li Wenliang menjadi salah satu orang yang pertama memperingatkan bahaya virus ini. Meski suaranya sempat dibungkam, dokter Li tetap berpegang teguh pada kebenaran dan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter. Walau ia sendiri pada akhirnya tertular dan meninggal namun perjuangannya menginspirasi banyak orang. Dokter Li merupakan gambaran seseorang yang akarnya tertanam kuat dalam nilai yan benar, meskipun badai datang menghantam.
Firman Tuhan dalam Yeremia 17:7-8 yang berkata,”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi sungai, dan tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:7-8, TB). Ayat ini memberikan gambaran tentang orang yang mengandalkan Tuhan sebagai pohon yang merambatkan akar-akarnya ke tepi sungai. “Kemarau” kehidupan bisa datang dalam berbagai bentunya seperti kesulitan ekonomi, penderitaan, atau pergumulan batin tetapi bagi mereka yang akarnya tertanam dalam Tuhan tidak akan layu atau kehilangan pengharapan sedangkan mereka yang mengandalkan kekuatan diri sendiri, yang diibaratkan seperti semak di padang gurun (Yeremia 17:5-6). Orang yang hidup dalam Tuhan tetap menghasilkan buah di setiap musim kehidupan dan ini berarti mereka tetap bisa mengasihi, berbagi, dan bersyukur di tengah keterbatasan.
Bagaimana kita bisa merambatkan akar kita ke tepi sungai kehidupan? Dengan selalu bersekutu dengan Tuhan dalam doa dan firman-Nya, selalu mengandalkan-Nya dalam setiap keputusan kita, dan tetap percaya bahwa kasih Tuhan akan tetap selamanya walau dunia ini mengalami perubahan. Hidup ini penuh ketidakpastian, tetapi mereka yang mengandalkan Tuhan akan tetap bertumbuh dan berbuah. Badai boleh datang, tetapi jika akar kita kuat dalam Tuhan, kita tidak akan tumbang. Orang yang berakar dalam Tuhan tidak takut pada musim kering, sebab ia hidup dari air yang tak pernah ada habisnya. (sTy)